Waspada Dengan Gejala Baby Blues

Menikah merupakan dambaan setiap orang. Melalui hari demi hari bersama orang yang paling dicinta, selanjutnya berharap pernikahan yang akan bertahan sepanjang usia di kalang badan. Namun dalam kenyataannya, pernikahan bukanlah hanya sekedar keindahan dan kebahagiaan saja. Pasangan yang telah menikah juga akan dihadapkan dengan berbagai permasalahannya.

Kehadiran buah hati dapat membuat setiap pasangan merasa bahagia. Namun, bisa menimbulkan permasalahan tersendiri jika proses yang dijalani terasa berat. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan, resah bahkan timbulnya pikiran-pikiran yang buruk. Keadaan yang timbul pasca melahirkan ini dinamakan baby blues syndrome.
Waspada dengan Gejala Baby Blues (gbr : google)
Gejala baby blues syndrome
Seseorang yang mengalami baby blues syndrome memiliki gejala : reaksi depresi, sedih, kecewa atau perasaan tidak nyaman yang muncul setelah melahirkan. Tanda yang lain adalah ketika seseorang merasa ingin selalu menangis bahkan, menangis tanpa sebab yang jelas. Mudah tersinggung pada masalah-masalah yang sepele, cenderung menyalahkan diri sendiri dan lain sebagainya.

Siapa penderita baby blues syndrome?
Baby blues syndrome sebagian besar dialami oleh ibu yang baru pertama kali melahirkan. Ketidaksiapan mental, pengetahuan, materi dan lainnya dapat membuat ibu menjadi depresi setelah melahirkan.

Dalam kenyataannya, depresi ini bisa terjadi tidak hanya pada kelahiran pertama. Untuk beberapa kasus, kelahiran berikutnya juga dapat menimbulkan depresi bagi ibu.

Seorang ayah pun bisa mengalami baby blues syndrome. Hal ini bisa dipicu dari beberapa hal. Seperti emosi ayah yang kurang matang sebagai orang tua, perekonomian rumah tangga yang belum mapan atau hubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri.

Dampak baby blues
Emosi seseorang yang tidak stabil tentu sangat berpengaruh pada orang lain. Seorang ibu yang mengalami depresi ini, tentu berdampak pada keharmonisan rumah tangga. Suami akan merasa bingung dengan perubahan sikap yang terjadi pada istrinya.

Begitu pula jika seorang ayah terkena baby blues syndrome, kenyamanan ibu dalam merawat bayipun akan mengalami gangguan.

Ternyata perubahan emosi ibu atau ayah yang mengalami baby blues dapat juga dirasakan oleh bayi loh..

Bayi sangat peka terhadap emosi orang-orang yang ada disekitarnya. Jangankan memiliki hubungan yang lekat dengan orang tuanya, si bayi malah merasa takut untuk mendekat. Pada prinsipnya, emosi atau suasana hati menular.  Jika seseorang merasa sedih atau marah, maka orang yang ada di sekitarnya akan ikut merasakan.

Apabila hal ini dibiarkan terus, bayi akan tumbuh menjadi anak yang rawan mengalami gangguan psikologis. Mungkin, di masa depannya nanti anak akan menjadi individu yang menarik diri dalam pergaulannya.

Penanganan 
Bila ayah atau ibu mengalami depresi pasca kelahiran buah hati, ada beberapa hal yang bisa dilakukan :
  • Meminta dukungan pada keluarga terdekat untuk melaksanakan tugas sehari-hari yang tentu saja berubah sejak melahirkan. 
  • Komunikasikan semua hal yang penting dengan suami/istri. 
  • Luangkan waktu untuk menghibur diri sendiri, seperti menjalani hobi atau berolahraga ringan.
  • Usahakan bisa beristirahat dengan cukup ketika bayi sedang tidur. 
  • Hindari sikap yang ingin selalu tampak sempurna. Biarkan semuanya sesuai dengan kemampuan diri sendiri. 

Tindakan preventif
Untuk menghindari terjadinya depresi pada ibu atau ayah, perlu persiapan yang baik untuk menyambut kehadiran bayi. Seperti :
  • Memperkuat hubungan yang harmonis dengan suami atau istri, agar saling memahami dan membantu ketika mengurus bayi.
  • Siapkan mental dan fisik untuk menyambut kehadiran bayi. Termasuk kesiapan finansial.
  • Perluas wawasan tentang parenting skill, termasuk cara mengurus bayi dan tahap tumbuh kembang bayi.
  • Banyak bertanya kepada yang lebih berpengalaman serta bisa juga dengan membaca buku yang mengulas tentang baby blues syndrome.
Buku yang mengulas baby blues syndrome dengan tuntas
Contoh buku yang banyak mengulas baby blues syndrom adalah Buku Anakku Bukan Anakku. Dalam buku ini, penulis tidak hanya sekedar mengupas tuntas masalah depresi pasca melahirkan. Namun, di dalamnya juga terpapar beberapa kisah nyata orang yang mengalami baby blues syndrome. 

Dengan membaca kisah-kisah yang ada di dalam buku ini, setiap pasang suami istri bisa belajar memahami apa yang harus mereka lakukan ketika buah hati dilahirkan. Karena di akhir kisah-kisah tersebut, ada analisis kasus beserta penanganannya.

Semoga dengan memiliki lebih banyak wawasan tentang baby blues syndrome dan penangannya, diharapkan ibu atau ayah bisa lebih tenang dalam menyambut kelahiran buah hati.



Post a Comment

8 Comments

  1. Wah aku belum sampe tahap ni mb...

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, dua kali ngurus bayi aku gk ngalami baby blues. Lg hamil ketiga, moga nanti terhindar jg dr baby blues...

    ReplyDelete
  3. Jamanku melahirkan dulu (1996), entah akunya yang kudet atau memang informasi-informasi yang belum begitu meluas, new moms pada jaman itu, kayaknya masih belum begitu familiar dengan istilah baby blues itu deh. Walo mungkin, banyak ibu yang alami sindrome ini, tp kami ga tau bhw ini namanya baby blues. Hehe, entahlah.

    Alhamdulillahnya, walo lahir via caesar stlh 3 hari tiga malam ga mampu buka jalan, sindrom ini tak menghampiri. Sedih juga menyaksikan para ibu yang dihinggapi sindrome ini ya. :( Semoga akan semakin banyak bacaan/tips yang bisa diakses para ibu untuk mencegah diri alami ini.

    TFS, Mba Nurul. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduuh... Mba Al, 3 hari 3 malam nahan mulesnya ya? Kebayang rasanya mba.. Untungnya gak ngalami BBS ya..

      Delete
  4. Menurutku memang komunikasi dengan suami yang utama ya, mba. Kalau pasutri kompak, insyaAllah bisa diminimalisir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak, yang paling utama itu, komunikasi dengan suami dan keluarga terdekat.

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^