Bukan Mengemis, Hanya Sekedar Mengumpulkan Donasi

Yup, bukan mengemis, hanya sekedar mengumpulkan donasi, kok! Sebenarnya, saya agak maju mundur untuk menulis tentang ini. Tapi entah kenapa, kok rasanya pengen mencurahkan perasaan heran ini. Boleh, ya...?

Bermula dari kegiatan Pak Su dengan komunitasnya. Seperti kita ketahui, akhir-akhir ini beberapa daerah di negeri kita sedang dilanda musibah. Banyak saudara kita yang kehilangan tempat tinggalnya, bahkan kehilangan anggota keluarganya. Sudah wajar, jika kita ikut berduka, bukan?
http://www.nurulfitri.com/2016/09/bukan-mengemis-hanya-mengumpulkan-donasi.html
Gambar dari Pixabay
Tapi selayaknya, kita tidak hanya sekedar mengucapkan turut berduka. Minimal kita bisa membantu meringankan beban saudara kita dengan menyisihkan penghasilan kita atau menyumbangkan barang-barang yang sedang dibutuhkan.

Oleh karena itu, selain mengumpulkan dana dari anggota komunitas yang diikutinya, Pak Su bersama rekan-rekannya berinisiatif untuk turun ke jalan untuk menggalang dana. Mencoba menyentuh hati para pengendara yang lewat agar mau menyumbangkan sebagian uang yang mereka miliki.

Berada di jalanan yang dilewati oleh banyak kendaran dengan berbagai macam polah pengendara atau penumpangnya, tentu saja bukan hal yang mudah. Berkawan dengan paparan sinar matahari dan menghirup udara yang penuh polusi, seakan sudah tidak mereka pedulikan lagi.

Selama menggalang dana untuk korban banjir bandang di Garut dan bencana longsor di Sumedang, Pak Su menemukan berbagai macam reaksi orang terhadap kegiatan penggalangan dana ini. Dari sebagian ceritanya, tak urung membuat saya perlu banyak mengambil oksigen untuk menghela napas panjang. Haaisshh... Heran, aja!

Betapa tidak, ketika anggota komunitas pendaki gunung tersebut menyodorkan kardus kosong sebagai tempat uang yang dikumpulkan, ternyata memunculkan beragam reaksi orang. Dari para pengendara motor yang melintas di depan mereka, reaksinya sangat positif. Sambil duduk di atas kendaraan roda duanya, mereka terlihat bersemangat untuk membantu. Buktinya, sumbangan yang mereka keluarkan jumlahnya tidak sedikit. loh!

Bagaimana dengan pengendara roda empat? Beberapa dari para pengemudi mobil mewah yang melintas, ada yang dengan suka rela menyumbang, namun ada juga yang berperilaku seolah-olah tidak ada orang-orang di sisi pintu kendaraan mereka.

Terus terang, Pak Su merasa tertohok. Bak diperlakukan seperti pengemis. Apa salahnya, jika memang tidak mau menyumbang atau barangkali sudah menyumbang melalui tempat lain, cukup berikan isyarat saja. Dengan cara melambaikan tangan atau tersenyum, tentu saja sudah cukup, bukan? Jangan berlagak seolah tidak ada seorang pun di samping mobilnya.

Tidak hanya berlaku seperti itu. Ada pula yang dengan ala kadarnya melemparkan selembar uang dua ribuan dari balik ruangan yang ber-AC tersebut. Iya, sih, barangkali kerelaan seseorang berbeda-beda. Memang benar, besar kecilnya sumbangan memang tergantung dengan keikhlasannya. Tapi... ini dua ribu rupiah loh! Kayak bayaran parkiran saja, ya... heeeh!

Ayolah, tuan-tuan ... mereka yang membawa kardus kosong tersebut, bukan pengemis. Mereka hanya berinisiatif mengumpulkan dana dan ingin menyalurkannya kepada yang berhak. Hanya itu!
 
Kenapa, saya agak greget dan heran? Karena di waktu yang sama, ada pedagang asongan yang dengan serta merta menyumbangkan hasil jerih payahnya, memberikan selembar uang sepuluh ribuan.

Ada juga sumbangan yang diberikan oleh pelajar SMA yang berada di dalam angkutan umum. Begitu mengetahui ada penggalangan dana untuk musibah di Garut, mereka langsung merogoh kantong seragamnya. Mau tau, berapa yang mereka berikan? Ada yang memberi sumbangan sepuluh ribu rupiah dan ada yang memberikan selembar uang lima ribuan. 

Wajar saja, jika pelajar memberikan sumbangan uang dalam jumlah tersebut. Mereka belum berpenghasilan dan sudah dipastikan uang tersebut merupakan hasil dari menyisihkan uang saku mereka. Namun jika dibandingkan dengan kelakuan para pengemudi mobil mewah tadi, tentu saja sangat disayangkan.

Berbeda dengan cerita Pak Su beserta kawan-kawan komunitasnya, salah seorang ustad pengisi taklim yang saya ikuti, juga punya cerita sendiri. Beliau bersama penduduk sekitar, juga menggalang dana di mesjid yang ada di lingkungan mereka. 

Pak Ustad pun menyatakan keheranannya. Karena penyumbang dana, untuk bencana yang telah memakan banyak korban tersebut adalah kalangan dari menengah ke bawah. Beliau juga tidak mengerti, kemana orang-orang kalangan atas yang ada di lingkungan mereka. 

Tapii...mari kita berbaik sangka saja. Barangkali mereka sudah menyumbang melalui badan atau instansi yang lebih besar dan terpercaya. Jadi tidak bisa menyumbang melalui mesjid yang ada di lingkungannya.

Lelaki yang selalu menggunakan kopiah hitam tersebut juga bercerita, tentang seorang tukang becak yang dengan suka rela menyumbang, sebesar seratus ribu rupiah untuk turut serta membantu saudaranya yang terkena musibah.

"Biarlah, Tad, nanti bisa saya cari lagi. Saya ikhlas, kok, memberikan semuanya." jawab Abah becak menanggapi pertanyaan Ustad yang heran dengan banyaknya jumlah uang yang dia sumbangkan. Bukan apa-apa, Pak Ustad juga nggak menginginkan keluarga si abah terbengkalai, sehingga tidak bisa membeli makanan.

Namun, pengayuh becak tersebut meyakinkan Pak Ustad, jika dia dan keluarganya akan baik-baik saja.

Dari semua kejadian yang diceritakan, seolah menyadarkan saya mengenai arti sebuah keikhlasan. Tidak perlu menjadi orang kaya dulu, baru bisa bersedekah. Toh, mereka yang memiliki penghasilan minim masih bisa bersedekah. 

Boleh baca juga : Tak Perlu Menunggu Menjadi Kaya
http://www.nurulfitri.com/2016/09/bukan-mengemis-hanya-mengumpulkan-donasi.html
Gambar dari Pixabay

Jika saja, semua orang tahu, bahwa sedekah merupakan amalan yang tidak akan terputus meskipun jiwa telah terpisah dari raga, maka akan semakin banyak orang yang peduli dengan sesama. 

Maaf saya bukan alim ulama, bukan juga penceramah. Saya  hanya ingin berbagi, kenyataan yang ada di sekeliling kita. Musibah yang terjadi di beberapa tempat di negeri kita ini, semestinya lebih menyadarkan kita untuk terus lebih mawas diri dan menyandarkan rejeki kita hanya kepada Allah semata.

Walahualam


Post a Comment

25 Comments

  1. Kalo masalah ngomongin sumbangan ini dilematis sih ya memang. Di satu sisi kita warga Indonesia kalo ada orang kena musibah langsung tanpa dikomando jiwa sosialnya tumbuh sementara di sisi lain ada pihak-pihak nakal juga yang kadang menyalahgunakan kesempatan ini. Saya pernah liputan investigasi mereka yang minta-minta sumbangan di lampu merah dari yang pakai identitas seperti almamater sampai yang katanya mau buat bangun masjid atau panti tapi pas di investigasi lembaga dan penerimanya fiktif. Kalau sudah begini, kuncinya memang husnudzon aja. Kalau memang nggak mau ngasih ya nggak apa-apa. Barang kali mereka sudah menyumbang lewat jalur lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itulah, yang serius ingin menyalurkan donasi jadi ikut terkena imbasnya, gara-gara ada oknum-oknum yang menyalahgunakan kesempatan, ya Mbak.

      Delete
  2. Tetap semangat ya Mba Nurul dan Pak Su. InsyaAllah mendapatkan sebaik-baik balasan.
    Iya memang, kadang ada orang yang sudah sinis dan apatis terhadap oknum yang suka meminta sumbangan tapi ternyata di 'makan' sendiri. Seperti sering diberitakan di TV. Jadi berprsangka baik aja semoga orang2 itu udah berdonasi melalui lembaga lain Mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Mbak, itu juga yang saya katakan pada Pak Su, bahwa mungkin saja mereka tidak memberi karena sudah menyalurkan sumbangannya kepada pihak yang lain :)

      Delete
  3. Berbuat baik emang kadang lebih susah ya Fit, dan butuh semangat pantang menyerah. Apalagi menjadi pengumpul donasi gitu.

    ReplyDelete
  4. aku kalo sempat dan ada rejeki, aku berbagi mba

    ReplyDelete
  5. Wah malu ya, yg kesusahan aja masih mau bantu. Semoga sumbangan yg terkumpul bisa meringankan beban korban banjir ya mbak aamiin

    ReplyDelete
  6. Semangaaat Teteh..

    Meski memang buatku juga kalo ada yg meminta sumbangan , semampunya saja! Keikhlasan yang teepenting ya.

    ReplyDelete
  7. Sharing yang bagus Mbak
    setiap orang punya ciri khas sendiri, bagi mereka yang ikhlas memberi yang monggo bagi yang belum atau tidak ya biarkan saja.

    dan yakinlah rejeki mah sudah di atur sama Gusti Alloh, entah meminta-minta atau atau akan diberi.

    terima kasih dan salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, Mas, semua punya ciri khas masing-masing dan rejekinya sendiri-sendiri ya..

      Delete
  8. Berbagi memang harus ya mbak karena dengan berbagi kita bisa membantu meringankan beban orang lain dan salah satunya saudara kita yang sedang mengalami musibah, ayo kita sedekah agar bisa mengurangi beban pikiran mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita bisa istiqomah untuk berbagi, ya, Kang :)

      Delete
  9. berapapun yang dikeluarkan asal ikhlas insha Allah ada pahalanya ya

    ReplyDelete
  10. katanya, Ikhlas itu salah satu pelajaran tertinggi dalam hidup. Bismillah semoga kita bisa ya ^^

    ReplyDelete
  11. Yang penting adalah niat kita untuk membantu sesama :-)
    orang lain mah biarin..
    toh cuma kita dan Allah yang tau..

    ReplyDelete
  12. sesam muslim ada bersaudara, jangan khawatir rezeki berkurang karena berdonasi :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^