Menulis Review Film

Apa yang dilakukan oleh teman-teman sebelum menonton sebuah film? Barangkali membaca ulasannya terlebih dahulu? Apakah setelah terbentuk sebuah opini melalui review film tersebut, kemudian menontonnya? Atau timbul keinginan menonton, saat mengetahui judul film yang menarik?

Berbicara tentang menulis review film, saya termasuk paling jarang menulis ulasan sebuah film. Tidak seperti kawan saya Teh Lendy yang sering mereview film di blog lendyagasshi -nya. Yang saya tahu, penggemar film Korea ini sering menulis jalan cerita sebuah drama atau film Korea di blognya tersebut.
Tulisan tentang review film di web KEB

Sebagai narablog yang memang jarang menulis review sebuah film, menurut saya, proses menulis ulasan sebuah film tidaklah mudah. Banyak hal yang mesti diperhatikan, sehingga pembaca puas pada hasil ulasan kita.

Sebelum menulis review sebuah karya film, penulis setidaknya mengerti konteks film tersebut, kapan dan dimana cerita tersebut berlangsung, memahami betul karakter utama di film itu dan mengetahui siapa sutradara dan penulis naskahnya.

Dan demi kesempurnaan sebuah ulasan, bukankah seorang penulis perlu menonton film yang akan direview, berulangkali? Atau cukup dengan menonton sekali saja? Barangkali kalau filmnya bisa memberikan kesan yang mendalam, dengan menonton sekali saja, sebuah review bisa tersaji dengan sangat apik dan memuaskan pembacanya.

Yang terbayang dalam benak saya, orang yang akan mereview, ketika menonton sebuah film, dia mencatat semua hal penting yang bisa diceritakan dalam film tersebut. Mendalami sinopsis film dengan mengisahkan cerita dasar secara garis besar dan menghindari memaparkan adegan penting dalam sebuah film.

Semua hal itu diracik secara apik dengan tujuan membentuk opini pembaca sesuai keinginan penulis. Dan selanjutnya setelah membaca sebuah review, tinggal pembaca yang mau menentukan sikapnya sendiri. Berniat untuk lanjut menonton film tersebut atau malah sebaliknya, memilih tidak menonton.

Dan ketika saya membaca review film Battleship Island yang ditulis oleh Teh Lendy, saya berpendapat jika film tersebut  disarankan untuk ditonton oleh orang dewasa saja dan bukan untuk anak-anak. Karena menurut ceritanya, banyak adegan kekerasan yang dikhawatirkan akan ditiru oleh anak usia dini.

Battleship Island sendiri merupakan judul sebuah film Korea, dengan latar belakang kehidupan bangsa Korea di zaman perang. Sebuah kisah yang menceritakan penderitaan rakyat Korea, akibat penjajahan Bangsa Jepang. Dalam tulisan ulasan tersebut saya juga ikut membayangkan, betapa kejamnya Bangsa Jepang saat menjajah rakyat Korea pada waktu itu.

Bisa dikatakan, hampir serupa saat pertama kali Jepang datang ke Indonesia. Memperkenalkan diri mereka, sebagai pelindung bangsa Asia. Mengatakan bangsa Jepang sebagai cahaya dan pemimpin Asia. Namun pada akhirnya, justru mereka yang membuat bangsa pribumi, merasakan bagian paling gelap dalam kehidupannya.

Dalam me-review film Korea tersebut, blogger yang kini tinggal di Bandung ini, juga menceritakan hubungan yang menarik antara seorang ayah dengan anaknya. Perjuangan dua orang yang memiliki pertalian darah, ketika mengalami kejamnya siksaan dari kaum penjajah. Ayah yang mendukung anaknya untuk tetap tegar dan kuat di masa yang penuh konflik. Lelaki yang mengajarkan anak untuk bisa memakan apa pun makanan yang tersedia. Dan kisah-kisah pengasuhan lainnya yang terselip apik, ditengah-tengah adegan kekerasan pada masa peperangan.

Lalu setelah membaca review tentang film Battleship Island tersebut, apa yang bisa saya simpulkan? Sepertinya saya tidak akan menonton film tersebut bersama keluarga. Karena adegan-adegan kekerasan yang ada di cerita tersebut, tidak baik bila dikonsumsi oleh anak-anak. 
Namun, apabila saya tetap penasaran dengan akting Song Jong Ki yang tampan itu, lebih baik saya nonton berdua saja dengan suami. Sekalian kencan berdua, bukan? #uhuuk!

Keuntungan yang didapatkan setelah membaca tentang review sebuah film, saya jadi lebih tahu mana film yang akan saya tonton bersama anak-anak, dan mana film yang hanya bisa di tonton oleh orang dewasa. Tidak perlu ada rasa khawatir, salah memilih film untuk di tonton.

Selain mengetahui sinopsis cerita dan karakter tokoh utamanya, kejujuran penulis dalam menulis review film merupakan hal yang penting. Karena opini pembaca yang nantinya terbentuk, sangat tergantung dari ulasan penulis. 

Untuk saat ini, saya lebih menikmati review film yang dituliskan oleh beberapa teman blogger. Lebih membuka wawasan. Mudah-mudahan ke depannya, saya juga bisa belajar menulis ulasan sebuah film. Menulis review film yang berkesan bagi saya. Lalu, bagaimana dengan teman-teman, sudah pernah atau ingin bisa menulis review film?

#KEBloggingCollab
#kelompok Yohana Susana

Post a Comment

28 Comments

  1. Saya belum pernah review film sih karena di dalam sebuah film aku merasa banyak banger hal-hal tersirat yang membuat aku ingin membahas banyak hal. Tapi ya karena itu jadi agak capek ngebahasnya. Wkwkkw Mudah-mudahan aku juga bisa menjadi reviewer favorit mbaknya ehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dengan membahas banyak hal, reviewnya bakalan lengkap, dong! Asiik!

      Delete
  2. Kalau saya biasanya mengulas film hanya dari segi cerita. Tidak semua film yang saya tonton juga saya review, biasanya hanya yang ceritanya sangat menarik. Kalau dari segi penokohan, setting, efek visual, atau adegan saya angkat tangan. Gak ngerti soalnya, cuma bisa nikmatin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga bisanya menikmati. Kalau ada certa yang menarik, baru bisa saya review. Gak ngerti sama detilnya.

      Delete
  3. Aku tipe yang kurang suka nonton film, apalagi yang berepisode panjang lebar. Biasanya setelah baca sinopsis malah jadi males nonton karena sudah tau pangkal dan ujung inti ceritanya. Hehe

    ReplyDelete
  4. kalau aku sih memang jarang review film karena jarang nonton heheheeee

    aku lebih suka dengar cerita atau baca review dari teman-teman, jadi walau tak nonton tidak ketinggalan info, begitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Meskipun gak nonton, tapi bisa baca reviewnya ya...

      Delete
  5. Saya termasuk orang yang suka membaca review film sebelum nonton

    ReplyDelete
  6. Sering pengen nulisrevew setelah nonton tapi suka ga keburu

    ReplyDelete
  7. Aku nulis review gak pakai siapin catetan. Cuma pas ada kata2 yg wow, langsung diingat2

    Kalau dikit2 catet, duh rasanya gak nikmat banget nontonnya, hahaha

    ReplyDelete
  8. Saya pribadi bukanlah seorang yang suka nonton film. Saya lebih suka mendengarkan lagu. Dan, yak, mereview musik pun juga hal yang susah. Terutama jika dalam musik hiphop. Susah banget. Entah itu dari lirik, teknik rima, bahkan ada pula kita berbicara tentang referensil lirik tersebut. Itu juga kita belum membahas musik pengiringnya yang bisa juga mengambil beberapa elemen dari sebuah lagu. Beuuh. Salut deh buat irang yang jago review!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, maka dari itu, saya juga gak pernah mereview musik. Kurang menguasai, soalnya.

      Delete
  9. Kalau saya mengulas film dari semuanya sih, cuman jarang ditulis di Blog. hanya ditulis di script untuk disiarkan diradio hehehe... tiap minggu ngerjain script film

    ReplyDelete
  10. Saya belum pernah deh kayaknya mereview film. Cuma kemarin menulis semacam ajakan buat menonton sebuah film dan sedikit review atas trailernya. Bagi saya, membayangkan menulis review itu memang enggak mudah. Banyak hal yang mesti diperhatikan seperti yang mbak Nurul tulis di atas.
    Eh, lagipula, saya jarangggg banget nonton film di bioskop. Di tivi dulu sering, tapi sekarang enggak pernah. Soalnya enggak punya tipi! hahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, Mbak Deka, memang gak mudah menulis review itu.

      Delete
  11. Duh, jadi kangen review film deh, udah lama gak review film nih. Hehehehe. Kakak sukanya film apa niih buat direview?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ASaya lebih suka film romans sama misteri, Kak Oky.

      Delete
  12. Aku belum pernah mereview film. Sulit rasanya dibandingkan mereview buku atau prodak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagi saya, menulis review buku, juga perlu perhatian khusus

      Delete
  13. walau agak jarang nonton film, tapi aku pernah beberapa kali review film
    itupun filmnya yang kurasa sangat kukenal entah jalan cerita atau suasananya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga lebih senang mereview film yang mengena di hati. Jadi lebih mudah menuliskannya.

      Delete
  14. Suamiku yang jago mereview film, aku maunya nonton sama protes aja kalau filmnya gak sesuai gambaran 😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi..langsung protes ke suaminya dong, Mbak :))

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^