Kini Merayakan Hari Raya Bersama Keluarga, Tidaklah Sama!

Libur lebaran sudah beberapa saat yang lalu kita lewati. Aktivitas keseharian di lingkungan sekitar kita pun sudah berjalan seperti biasanya. Namun, kenangan saat berlibur bersama sanak saudara, masih bisa saya rasakan. Apalagi liburan kali ini, ada beberapa hal yang tidak seperti biasanya. Berbeda dari Hari Raya Idul Fitri di tahun-tahun sebelumnya, loh!



Sudah dua tahun nenek pergi meninggalkan kami. Dulu, saat hari raya, semua saudara berkumpul di rumah mamah. Karena nenek tinggal bersama mamah. Sebagai orang tertua di keluarga besar kami, neneklah yang jadi salah satu leluhur yang wajib dikunjungi oleh sanak saudara.

Perubahan Tempat Bersilaturahim
Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, setelah nenek meninggal, tempat berkumpul bersama keluarga besar yang tadinya di rumah mamah, untuk tahun ini pindah rumah Uwa yang kami jadikan  sebagai tempat berkumpul sambil bersilaturahim.

Mamah hanya dua bersaudara. Mamah sebagai anak kedua dan kakak lekaki mamah yang selalu kami panggil Uwa sebagai anak sulungnya. Dengan kepulangan nenek, otomatis tempat berkumpul beralih ke rumah Uwa sebagai anak tertua.

Dengan demikian, rumah mamah kini tidak seramai dahulu. Hanya beberapa adik sepupu mamah yang datang berkunjung. Yang lainnya, bertemu di rumah Uwa. Sedih juga, sih.  Terasa sekali, suasana berubah jadi sepi setelah nenek tidak ada.

Heboh! Menemukan Kejadian Mengejutkan Saat Hari Raya
Masih terekam dalam ingatan saya, dahulu saat Hari Raya Idul Fitri, keluarga besar kami berkumpul menemani nenek. Memperbincangkan segala hal sambil mencicipi hidangan khas lebaran, tentunya. Rumah mamah menjadi riuh dengan tawa dan canda kami, deh! 

Selain berbincang dan bercanda, kami juga menikmati ketupat, opor ayam, rendang daging sapi, sambal goreng kentang, sayur cabai hijau dan sayur capcay yang menjadi andalan keluarga besar suami saya itu.

Tahun ini, kebiasaan kami menjadi berubah. Tidak ada lagi acara makan bersama di rumah mamah. Semua saudara berkumpul di rumah Uwa dan menikmati hidangan di sana. Tidak sama seperti tahun sebelumnya, setelah berbincang melepas kerinduan karena jarang bertemu sambil menikmati kue kering buatan anak-anak Uwa, kali ini acaranya berlanjut ziarah ke makam nenek.

Nenek dimakamkan tidak jauh dari rumah Uwa. Tepatnya di kebun belakang rumah Uwa. Kakak mamah itu, memiliki tanah yang luas di sekitar rumahnya. Tepat di belakang rumah, terdapat dua kolam ikan yang besar. Di sekelilingnya terdapat kebun yang ditanami berbagai macam tanaman 


Di kebun paling belakang yang dibatasi oleh sungai kecil dan area pesawahan,  di sanalah nenek dimakamkan. Ketika sampai di makam, kami membersihkan makam nenek terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan doa bersama. Selesai berdoa, kami tidak langsung beranjak. Iya kami tidak langsung pergi, sambil mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar makam, kami pun berbincang-bincang sejenak di sana.

Anak bungsu Uwa yang tinggal bersama kakak lelaki mamah itu, kemudian bercerita. Beberapa hari belakangan, dia dan Uwa kerap melihat beberapa ekor ular melintas. Ular sendok sebesar lengan lelaki dewasa pernah terlihat melintas di atas kolam ikan mereka. Bahkan Uwa pernah menemukan ular hijau di atas pohon kelapa dan pohon sirsak.

Mendengar cerita sepupu suami, membuat saya reflek melihat sekitar kami duduk berkumpul. Di sebelah makam nenek, tumbuh dua batang tumbuhan ketela pohon. Di pohon terluar dan tepat di atas suami, saya melihat sesuatu berwarna hijau yang melingkar di ranting yang tertinggi.

Panik, dong! Teriak kencang? Tidak! Saya tidak panik! Dengan perlahan saya menunjuk ke arah atas pohon dengan ragu-ragu. Betulkan itu ular hijau yang sedang kami bicarakan? Mendengar pertanyaan saya, sontak semua bergerak menjauh. Beberapa diantara kami malah meloncat berhamburan meninggalkan makam.

Geli campur ngeri, itu yang saya rasakan pada saat itu. Jika saja ular itu dapat berbicara, mungkin dia akan menegur kami yang sedang membincangkannya hihihi ... 
"Ngomongin gue, ya? Enggak lihat gue lagi santai di atas kalian, ya??"


Beruntung ular tersebut hanya diam saja. Yup, kami beruntung! Seperti kita ketahui, ular hijau merupakan ular yang berbahaya. Meskipun bisa (racun) yang dikeluarkannya hanya mampu mematikan hewan kecil seperti burung atau katak dan tidak mematikan manusia, tetapi kalau sampai terkena gigitannya, akan terasa gatal, perih dan bengkak. Ngeri, juga, ah!

Ternyata perut ular hijau tersebut itu terlihat menggelembung. Sepertinya dia habis memangsa katak yang ada di kebun Uwa. Oleh karena itu, dia diam saja tidak bergeming saat kami ramai di bawahnya. Alhamdulillah, kami masih dilindungi.

Mendengar ada ular hijau di kebun, Uwa dan adik iparnya segera menangkap ular hijau yang membuat kami heboh, dan berlarian menjauhi makam. Dengan menggunakan senapan laras panjang, adik ipar Uwa membidikkan sekitar dua peluru yang bisa melumpuhkan ular tersebut. Tubuhnya pipih dan panjang ular tersebut sekitar 1,5 meter. Cukup panjang, bukan?

Setelah mendapati ular hijau di dekat makam nenek, mamah memutuskan untuk lebih berhati-hati jika ingin membersihkan makam nenek suatu saat nanti. Beliau pun berpesan pada kami tidak ke sana untuk sementara waktu.

Suasana hari raya yang menghebohkan! Bertemu ular di saat merayakan hari raya, menjadi cerita yang tidak akan kami lupakan. Dengan bercanda sepupu suami saya mengajak kami untuk foto bersama ular tersebut. Unik, begitu katanya. Jika orang lain di foto bersama keluarga dan handai taulan, kami berfoto bersama ular hehehe...

Well, begitulah kisah unik dan menghebohkan yang ingin saya ceritakan dan saya simpan dalam tulisan di blog ini. Bagaimana dengan cerita teman-teman ketika merayakan Hari Raya Idul Fitri tahun ini? Apakah ada cerita yang menarik juga? Cerita, yuk!

Post a Comment

20 Comments

  1. Dulu Eyang saya juga tinggal di Mamah. Eyang nggak ada, ya kumpulnya tetep di Mamah, krn beliau sulung, adiknya 5 sekota pula. Rame deh...

    ReplyDelete
  2. Wah, berhari raya bersama ular ceritanya...syukurlah semua baik-baik saja.


    ReplyDelete
  3. Whuaaa ngeri banget mba ada ular gitu. Alhamdulillah atas izin Allah gak ngapa2in ya itu ular..

    ReplyDelete
  4. Meskipun ularnya cuma diem aja tapi tetap aja serem ya, hehe

    ReplyDelete
  5. Walau bagaimanapun setiap momen lebaran tetaplah istimewa ya

    ReplyDelete
  6. Momen lebaran memang sangat ditunggu-tunggu sebagai momen kumpul keluarga, jadi rasa seneng sekaligus haru terkadang muncul mengingat saudara yang telah mendahului kita.

    ReplyDelete
  7. Setiap momen lebaran memang selalu istimewa jika bisa berkumpul bersama keluarga.

    ReplyDelete
  8. Kalau saya momen lebaran setiap tahunnya pasti berbeda, memiliki cerita unik tersendiri hehe

    ReplyDelete
  9. Lebaran tahun ini masih sama seperti lebaran sebelumnya, yang terpenting memnag bisa berkumpul bersama keluarga hehe

    ReplyDelete
  10. Lha, kalau saya udah kejer gak karuan itu, Mbak. Hehehe. Lebaran ini juga sedikit berbeda di keluarga saya. Karena ibuk maupun mertua sudah jadi "orang tua, jadi tamunya banyak sekali. Sampai2 kami anak-anaknya nggak sempat silaturahim kemana-mana karena sibuk bantuin di rumah. Hehehe. Apapun itu, lebaran memang selalu berkesan

    ReplyDelete
  11. Kok medeni Mbak. Alhamdulillah ya bisa berlebaran bersama mama. Aku cerita unik lebaran habis mudik anak2 pada mencret dan muntah-muntah hoho jadi emaknya lumayan repot

    ReplyDelete
  12. haduuuh mba, saya tuh paling ngeri sama ular dan hewan melata lainnya hehehe dasar penakut. Untung ular ijonya ga beraksi yah mba :)

    ReplyDelete
  13. Yang namanya kumpul keluarga seru banget apalagi di momen tepat yaitu idul fitri ditambah cerita seru pasti jadi momen spesial buat keluarga ya kak

    ReplyDelete
  14. Teteeeh Nurul itu ularnya ngeri banget hyiiiii. 😂😂😅

    Semoga makin erat silaturahmi sepeninggal nenek yaaa Teteh. 🙏

    ReplyDelete
  15. Memang ya kalau sesepuhnya udah berpulang, rasanya aneh. Mbahku tuh jd anak tertua di keluarganya. Kalau lebaran yg byk dituju ya rumah. Ya mungkin kalau beliau gak ada bakal beda

    Aku dulu pernah hampir pegang ular hijau. Kukira pohon tomat, hahaha

    ReplyDelete
  16. Wah seru banget pengalamannya. Ada ada aja, hehe.
    Tapi bikin susah lupa ya kalo ada pengalaman kaya gini, Mba.

    ReplyDelete
  17. Kurus ternyata yaa...
    Maksudku, kalo ketemu pasti dia gak kelihatan, karena bentuk dan warnanya yang sama seperti lingkungannya.

    Heuu~~
    Syerreem.

    Aku paling takut sama hewan ini, teteeh...

    ReplyDelete
  18. asalkan berkumpul bareng keluarga semua akan terasa bahagia hehe

    ReplyDelete
  19. Persis kejadian kmrn di Ngawi, Kak. Ada ular ijo tepat di plafon atas kami duduk, pdhl ada 2 bayi yg kami pangku. Duh, untung ga jatuh pas kami duduk. Sampe skrg jadi parno.

    ReplyDelete
  20. Mudik kemaren sudah tinggal jalan-jalan ke keluarga aja karena lingkungan sudah mulai hilang hijau rawa dan lebaknya. Ga seru lagi hiks hiks.. sdh jadi perumahan

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^