Kenangan Berkesan Saat Mudik

Mudik bagi keluarga besar saya sudah jadi tradisi yang turun-menurun. Rasanya gak afdol merayakan hari kemenangan nan fitri tanpa mudik ke kampung halaman Bapak dan Ibu. 

Ibu dan Bapak sudah lebih dari 45 tahun merantau ke Bandung. Saat Hari Raya Idul Fitri atau ada acara keluarga, saya dan adik-adik sering diajak pulang ke kampung halaman Bapak atau Ibu di Ngawi dan Salatiga.

kenangan-berkesan-saat-mudik

Perjalanan Mudik yang Berkesan

Salah satu moment yang paling berkesan bagi saya saat mudik yaitu saat di perjalanan menuju kampung halaman Bapak dan Ibu. Dulu waktu saya dan adik-adik masih kecil, orang tua kami lebih sering menggunakan kereta api sebagai alat transportasinya.

Naik Kereta Api

Zaman dulu, kereta api kelas menengah ke bawah belum senyaman seperti sekarang. Saat itu kami harus duduk di bangku yang sandarannya tegak lurus, sehingga punggung rasanya pegal ketika harus menjalani perjalanan selama hampir 12 jam.

Belum lagi aroma keringat yang menguar di dalam gerbong, ditambah penjual makanan yang lalu lalang menjajakan dagangannya sambil berteriak-teriak. Gak ada istilah bisa tidur nyenyak di kereta, deh!

Apalagi kalau kebetulan kereta api yang kami tumpangi penuh, hingga ada beberapa penumpang yang duduk di lorong yang ada di dalam gerbong, bikin malas kalau hendak ke toilet, karena harus melewati kaki-kaki yang berselonjoran memenuhi lorong.

kenangan-berkesan-saat-mudik
Stasiun Kereta api

Seperti halnya anak-anak lain, kondisi kereta api yang penuh dengan hingar bingar di dalamnya tidak menyurutkan antusias kami pergi menumpang kereta api. Suara roda kereta yang bersentuhan dengan rel menimbulkan irama yang khas dan selalu membuat kangen. Begitu juga suara yang timbul akibat gesekan di sambungan antara gerbong, begitu khas dan menimbulkan memori yang kuat di ingatan kami.

Penjual yang lalu lalang tidak selalu mengganggu kami, jiwa anak kecil yang selalu semangat untuk jajan. Terutama penjual pecel yang selalu kami tunggu-tunggu. Padahal Bapak dan Ibu sering membawa bekal makanan untuk disantap kala kami lapar. Namun kalau belum beli pecel dari simbok penjual yang mengenakan jarit batik, sepertinya belum afdol, deh! Hihihi..

Pecel jadi panganan yang selalu jadi favorit saya hingga saat ini. Yang khas dari hidangan rebusan sayur ditambah banjuran sambal pecel yang ada di atas kereta adalah tambahan bunga turi di dalamnya. Aromanya khas, berbeda dengan pecel yang sering saya temukan di Bandung. Oleh karena itu, kalau ada kesempatan pulang ke kampung halaman Bapak dan Ibu, saya selalu mencari pecel dengan bunga turi untuk dinikmati sebagai obat kangen.

Kesan menyenangkan lainnya yang masih teringat yakni ketika naik kereta dari Bandung menuju stasiun Solo Balapan. Memandang suasana di dalam stasiun kereta api setiap kali melintasi tempat pemberhentian kereta di kota yang kami lewati. Saya selalu senang melihat suasana stasiun yang memilki ciri khas masing-masing. Di dalam stasiun pasti terdapat toko makanan khas daerahnya, misalnya deretan dodol, kerupuk, jenang atau kerupuk intip. Keanekaragaman yang menarik. 

Suasana stasiun yang riuh dengan pedagang makanan khas daerah dan toko makanan yang menyediakan buah tangan untuk penumpang kereta api, kini sudah tidak bisa dilihat lagi. Sekarang pihak PJKA sudah melakukan renovasi demi kenyamanan dan keamanan semua penumpang. Tidak ada lagi pedagang asongan yang bisa lalu lalang di dalam gerbong dan stasiun. Baik di dalam gerbong atau stasiun semua jadi terlihat lebih rapih dan bersih.

Menumpang Hercules

Sebagai salah satu staf bagian perlengkapan di TNI Angkatan Udara, Bapak sering ditugaskan mengirimkan spare part pesawat atau perlengkapan alutsista lainnya ke kota lain menggunakan pesawat Hercules.

Pernah suatu ketika kami mudik dengan cara menumpang pesawat Hercules yang waktu itu hendak mengirimkan spare part pesawat ke Kota Malang. Jangan pernah membayangkan suasana di dalam kabin pesawat Hercules dengan pesawat penumpang yang biasanya, ya ... hehehe. Beda jauuh!

Pesawat Hercules yang kami tumpangi dirancang untuk mengangkut peralatan besar dan akomodasi bagi personil tentara yang bertugas. Sudah pernah lihat film yang menggambarkan suasana dalam pesawat ketika mengangkut tentara-tentara yang siap terjun dari udara? Nah, seperti itulah kondisinya.

Ruang kabinnya besar hingga muat membawa sparepart pesawat sebesar truk. Tempat duduknya tidak empuk ditempatkan sepanjang dinding kabin. Dalam kabinnya pun tidak ada peredam suara, sehingga suara mesin pesawat yang memekakkan telinga memenuhi ruangan.

Kala itu kami terbang bersama keluarga TNI AU lainnya yang hendak pergi ke Malang. Beberapa di antaranya sepertinya sudah tidak asing dengan keadaan di dalam Hercules, sehingga sudah siap membawa headset untuk kenyamanan pendengaran. Kami yang baru pertama kali (dan menjadi terakhir kali, 😄 ) tentu saja tidak siap menghadapi kebisingan itu. Akhirnya perjalanan Bandung-Malang kami lalui dengan suara mesin pesawat yang menderu. Apakah suara keras itu mempengaruhi pendengaran kami? Entahlah, karena pada waktu itu kami tidak langsung memeriksakannya. 😔

Saat landing dan keluar dari pesawat berukuran besar itu, merupakan moment yang paling melegakan. Akhirnya kami terlepas dari kebisingan mesin pesawat, dong! Sampai-sampai ingin rasanya sujud syukur  di landasan pesawat ... wkwkwk. 

Terbang bersama Hercules untuk mudik lebaran merupakan pengalaman luar biasa yang sangat berkesan. Meskipun kurang nyaman tapi jadi pengalaman yang gak terlupakan, deh! Kapan lagi bisa naik pesawat besar seperti Hercules, bukan?

Hingga kini walaupun kami lebih sering menggunakan mobil untuk mudik, pengalaman selama di perjalanan menuju kampung halaman Bapak dan Ibu tetap memberi kesan yang menyenangkan. Terutama karena bisa pergi mudik dengan cara konvoi bersama keluarga adik-adik. Tetap asyik! 

Menggunakan kendaraan sendiri bisa memberikan kebebasan bagi kami untuk berhenti di tempat yang diinginkan. Di perjalanan menuju rumah simbah, kami manfaatkan untuk mencari kuliner khas kota yang kami lewati. Misalnya menikmati mie koclok khas Cirebon atau soto ayam di Sragen dan Solo.

Berkumpul Bareng Keluarga Besar

Ibu dan Bapak merupakan bagian dari keluarga besar. Bapak adalah sulung dari 7 bersaudara, begitu juga Ibu merupakan anak keempat dari 8 bersaudara. Jadi kalau kumpul di rumah simbah, ruangan penuh dengan anak, cucu dan cicit simbah.

Tipe rumah simbah seperti model rumah Jawa pada umumnya. Berukuran besar dengan banyak ruangan. Ruang tamunya saja cukup dipenuhi 4 set kursi tamu. Dan sesuai dengan banyaknya anak, maka kamar tidurnya pun banyak. Namun kedatangan cucu dan cicit tetap saja ruangan yang tersedia tidak mencukupi.

kenangan-berkesan-saat-mudik
Rumah simbah di Salatiga

Paling seru kalau tiba saatnya makan bersama. Kami berkumpul di meja makan berbentuk oval dengan ukuran besar. Simbah mengajak cucu-cucunya untuk makan bersama beliau. Karena keterbatasan kursi makan, simbah mengutamakan cucu-cucunya dahulu untuk makan di meja makan bersama beliau. Orang tua kami berkumpul bersama saudara-saudaranya makan bersama di ruang keluarga.

Saya selalu ingat menu khas yang selalu disajikan saat berlebaran di rumah simbah. Opor daging entog atau mentok. Dagingnya lebih alot dibandingkan dengan daging ayam, ukurannya pun lebih besar. Saya jarang sekali menemukan daging mentok di Bandung. Jadi jika suatu ketika menemukan menu daging mentok, pasti ingatan saya langsung teringat dengan simbah dan kebersamaan dengan keluarga besar.

Simbah menyediakan opor mentok dalam jumlah yang besar, ART simbah akan memasak lebih dari 3 ekor mentok. Setelah opor matang, biasanya hidangan tersebut dimasukkan ke dalam wadah baskom yang besar. Dan di saat waktu makan telah tiba, simbah putri akan berjalan mengelilingi meja makan untuk membagikan lauk untuk cucu-cucu beliau. 

Kalau simbah sudah datang membawa baskom berisi lauk, kami cucu-cucunya langsung riuh menanti jatah. Riuh memilih bagian mentok yang diinginkan, hihihi. Dan biasanya simbah putri langsung menenangkan dan meyakinkan kami untuk tidak takut kehabisan lauk. Setelah setiap cucu mendapatkan jatah lauknya, dipimpin cucu yang tertua kami pun berdoa lalu dilanjutkan makan bersama.

Tidak hanya keseruan di meja makan yang memberikan kesan mendalam bagi saya, moment indah saat mudik ke rumah simbah yang lainnya yaitu saat menentukan posisi tidur. Karena rumah besar simbah penuh dengan anak cucu beliau, kamar yang tersedia tidak bisa menampung semuanya sehingga akhirnya ada beberapa orang yang tidur di musala atau tidur berderet di ruang tengah.

Kalau diamati, posisi kami yang tidur berjajar, jadi terlihat seperti ikan pindang, loh! Hehehe. Dan biasanya kami tidak langsung tidur, tetapi ngobrol bersama dulu. Dan kalau tidak ditegur oleh simbah, acara ngobrol ngalor ngidul itu akan berlanjut hingga menjelang subuh. 😂
 
kenangan-berkesan-saat-mudik
Foto jadul bersama keluarga besar

Masa-masa indah yang ngangenin. Sudah lama sekali kami tidak bisa berkumpul. Apalagi pandemi yang belum ada tanda-tanda pergi dari muka bumi ini.
Kini kami hanya bisa berlebaran  melalui aplikasi zoom saja, tidak bisa merasakan keseruan bercengkrama dengan sanak famili. Hiks ...

Semoga keadaan bisa kembali membaik. Supaya kami sekeluarga bisa melakukan perjalanan ke arah timur lagi. Mudik mengunjungi sanak famili dari keluarga bapak dan ibu. Aamiin Ya Rabbal'allaamiin.

"Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti tema 'Mudik dalam Tulisan' yang diselenggarakan oleh Warung Blogger"

Salam takzim

Post a Comment

14 Comments

  1. Mbaaa aku ngebayangin rasanya naik hercules itu. Jadi kepo pesawatnya. Foto jadul lebarannya menggemaskan sekali. Dulu pernah lihat ibuk punya ini.

    ReplyDelete
  2. Hahaha.. sujud syukur setelah terlepas dari Hercules ya, Mbak. Aku bayangin seruuu dan telinga jadi super terganggu :D
    Btw asyik banget bayangin makan bersama di meja ovalnya. Trus kalau cucu-cucunya gak mudik, pasti simbah akan mellow, huhu. Eh tapi itu dulu, ya.. pasti bisa mudik tiap tahun :)

    Semoga pandemi lekas berakhir ya, Mbak. Sehingga kita bebas mudik lagi :)

    ReplyDelete
  3. Terbang bareng Hercules pas mudik itu epic banget siikk!
    Bener2 anti mainstream dah mba, wkwkw
    Semogaaa corona segera udahan dan ngga ada pagebluk2 lainnya ya

    ReplyDelete
  4. Walah, Mbak... meski bisa bayangin rasa kesal karena berisik rasanya mudik dengan hercules itu akan jadi yang paling berkesan bagiku. Hihihi. Sulit diulang.
    Padahal tiap peristiwa juga sulit diulang ya.
    Maaf lahir batin, Mbak

    ReplyDelete
  5. Perkenalanku dengan kereta api juga ketika saudara dari beda pulau mudik, tapi bukan naik melainkan mengantarkan ke stasiun. Dulu rasanya takjub banget, maklum sih belum pernah sama sekali naik hehe. Kalau mendengar KA jaman dulu, terkenalnya penjual yang masih bisa lalu lalang ya. Kebayang kurang nyamannya gimana karena berisik :D untung sekarang sudah jauuuh lebih ditingkatkan pelayanannya. Tapi tetep yah, bikin kangen juga jajanan dan makanan khas tiap daerahnya gitu dengan harga terjangkau gitu.

    Gokil, Bandung-Malang lumayan itu, pakai Hercules ke sana. Berapa jam tuh Mbak "terganggu pendengarannya" selama di atas? XD

    Momen dibagikannya lauk opor mentok, ini pasti yang selalu bikin kangen tiap ke rumah Simbah ya. Kalau di tempat kakeksaya juga ada semacam hal seperti ini, tapi bedanya pakai ikan gurameh yang memang dimiliki sendiri gitu di empang hehe.

    Selamat Idulfitri juga ya, Mbak Nurul. Semoga tahun depan keadaan lebih baik dan bisa berkumpul dengan lengkap dengan anggota keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  6. Lengkap dan seru sekali pengalamannya, Mbak. Itu sampai pernah mudik naik Hercules juga pula. Asli sih jadi pengalaman paling berkesan pasti.

    Dari foto jadulnya ini mbak keluarga besar juga ya. Pasti ruameee banget kalo udah kumpul semuanya.
    Terus mirip di keluarga aku jg mbak, kalo ada pembagian jatah makanan tuh udah pada anteng ngumpul deket makanan aja. Terus enaknya kalo makan rame2 gitu tuh makanan jd kerasa lbh lezat. Terus ada sisi serunya sih pas pada milih2 bagian gitu. Hehehe

    ReplyDelete
  7. aamiin, aku pun ingin sekali keadaan cepat membaik. aku bisa membayangkan di hercules karena beberapa kali liat video orang naik hercules dan katanya selain bising juga panas ya hawanya

    ReplyDelete
  8. wuaaaah menggemaskan sekali foto-foto jadulnyaaaa

    berkesan banget pengalaman mudiknya yg naik hercules
    sayang ya, saat itu belum ada fotonya

    ReplyDelete
  9. Wah dapat juga foto jadul bareng keluarga besarnya. Aku masih ngubek2 foto tapi ga ketemu juga hiks. Ini sama kayak di rumah mbahti mertuaku yg di Jogja seringnya masak mentok. Jadi suamiku nostalgia nya kalau ada sajian mentok ini. Kebetulan biasanya dipelihara sendiri mentok nya, lalu menjelang hari raya di masak

    ReplyDelete
  10. Whaa, aku belum pernah naik pesawat hercules. Pasti jadi pengalaman menarik dan menegangkan ya. Haha.
    Hmm... nggak kebayang kalau ternyata bawa anak kecil dan masuk ke pesawat hercules. Huaaaa... Gimana ya jadinya?

    ReplyDelete
  11. Mudik naik pesawat hercules, sungguh mengasyikkan sekali ya mbak.
    Dari sekian banyak moda transportasi, sepertinya mudik dengan pesawat hercules sangat unik dan layak untuk dituliskan. Karena biasanya kan mudik itu naik bus, kereta api, kapal, pesawat komersil, ataupun motor. namun, segala upaya rela dilakukan demi bisa mudik dan demi bisa berkumpul dengan keluarga di hari raya, karena kurang afdol rasanya hari raya tidak kumpul bersama keluarga.

    ReplyDelete
  12. Sejak menikah, mudik yang menyenangkan juga waktu bisa naik kereta mahal yang biasanya dipakai artis-artis
    Padahal hanya 2 jam saja
    Tetapi rasanya tidak terlupakan

    ReplyDelete
  13. Moda transportasi yang paling Aku sukai adalah kereta api. Kereta meninggalkan kenangan Dan perjuangan. Eh, romantisme juga waktu LDR-an. LOL

    ReplyDelete
  14. Sepupu istri ada yang setiap tahun mudik naik pesawat Hercules karena almarhum suaminya dulu seorang pilot. Tapi sejak tahun ini dia tidak naik hercules lagi karena sang suami wafat terkena Corona.
    Semoga pandemi ini lekas berakhir agar yang sudah 2 tahun nggak mudik bisa segera mengobati rindunya, aamiin.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^