Optimalkan Kecerdasan Kinestetik Anak

Sobat nurulfitri.com yang sering berkunjung ke blog ini pasti sudah mengetahui jika anak lelaki saya merupakan anak dengan tipe kinestetik. Saya ketahui tipe kecerdasannya dari pengamatan mengenai beberapa kebiasaan yang sering dilakukan. Tingkah laku yang selalu aktif dan tidak mau diam merupakan salah satu ciri anak kinestetik yang paling mudah diamati.

Menghadapi anak kinestetik memang tidak mudah. Kita harus paham dan menyesuaikan diri dengan tingkah lakunya yang sulit diam. Sebagai orang tua, saya masih harus terus belajar. Apalagi kakaknya memiliki kecerdasan yang berbeda, sehingga perlakuannya pun tidaklah sama. Karena cara mengembangkan kecerdasan masing-masing anak tidak sama, harus berdasarkan tipe kecerdasannya, bukan?
Lalu bagaimana caranya mengoptimalkan kecerdasan anak kinestetik? 

Optimalkan Kecerdasan Kinestetik Anak


Tipe Anak Kinestetik

Sebelum membahas lebih lanjut tentang mengoptimalkan kecerdasan kinestetik anak, mari kenali dahulu tipe anak dengan kecerdasan kinestetik. Berdasarkan beberapa jurnal penelitian, ciri anak kinestetik adalah sebagai berikut: 
  1. Memiliki kemampuan motorik kasar yang bagus 
  2. Lebih suka berinteraksi di depan komputer dibandingkan membaca buku
  3.  Memiliki koordinasi tubuh yang baik dan cenderung tidak bisa diam 
  4. Senang melakukan eksperimen/percobaan yang menarik perhatiannya.
  5. Anak dengan tipe kinestetik lebih sering menggunakan indera perabanya. Dia gemar menyentuh apa yang menarik perhatiannya. 
  6. Sering melakukan kegiatan menggunakan tangannya secara aktif
Secara umum tipe anak yang memiliki kecerdasan kinestetik ini tidak dapat berkonsentrasi lebih dar 10 menit tanpa bergerak atau berdiri. Tingkah laku anak saya yang paling mudah dilihat yaitu selalu menggerakkan kakinya, baik ketika belajar atau sedang menonton televisi. Ternyata gerakan-gerakan ini justru dipercaya dapat membantu pikiran anak untuk lebih fokus.

Optimalkan Kecerdasan Anak Kinestetik

Saya yakin semua orang tua ingin yang terbaik untuk anak mereka. Maunya tumbuh kembang anak bisa lebih optimal. Termasuk untuk urusan kecerdasannya. Karena setiap anak memiliki kelebihan kecerdasan masing-masing, maka optimalisasinya pun dengan cara yang tidak sama.

Berdasarkan ciri-ciri anak kinestetik yang aktif, orang tua mesti mendukungnya dalam setiap aktivitas fisiknya. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengoptimalkan kecerdasan anak kinestetik:

Berikan ruang untuk anak belajar

Izinkan anak untuk melakukan gerakan yang dia inginkan ketika sedang belajar. Biarkan anak berjalan-jalan, bermain bola sambil belajar. Berikan ruang belajar yang variatif. Beri kebebasan anak untuk memilih tempat dan gaya belajarnya seperti belajar di halaman rumah, duduk di atas karpet atau duduk di meja belajarnya.

Dulu ketika belum mengerti tipe belajar anak bungsu saya suka melarang anak selalu bergerak dan menyuruhnya diam ketika sedang belajar. Seriring waktu ketika saya mengerti bahwa gerakan-gerakan tersebut justru bisa membantunya dalam belajar, tidak ada larangan lagi, deh!

Lakukan aktivitas bermain peran dengan anak

Banyak aktivitas bermain peran yang bisa dilakukan bersama anak. Orang tua bisa melakukan peran sebagai penjual atau pembeli bersama anak. Atau bermain peran profesi tertentu seperti berperan menjadi seorang dokter atau pemadam kebakaran.

Melatih keseimbangan anak

Keseimbangan anak dengan kecerdasan kinestetik bisa dilakukan dengan cara mengajak anak untuk berolahraga atau menari. Ajak anak melakukan berbagai aktivitas yang melibatkan fisiknya. Kegiatan fisik tersebut mampu melatih keseimbangan gerak anak, melatih keselarasan gerak dan melatih kelenturan ototnya.

Dukung hobi anak kinestetik

Beri dukungan pada hobi anak. Libatkan dia dalam kompetisi atau seni pertunjukan yang akan mengasah kepercayaan dirinya. Hobi anak lelaki saya adalah bermain bola. Ketika masih di sekolah dasar dia sempat ikut bergabung dalam klub bola dan mengikuti beberapa kompetisi antar klub sepak bola. 
 
Berlatih sepak bola untuk optimalisasi kecerdasan kinestetik

Libatkan anak dengan alam

Melihat langsung semua benda yang ada di alam juga bisa mengoptimalkan kecerdasan anak kinestetik. Anak dengan tipe kinestetik lebih mudah belajar dengan cara melihat langsung, menyentuh dan observasi langsung. Misalnya daripada menyuruh anak belajar dari gambar yang ada di buku, lebih baik ajak anak ke taman dan biarkan dia menyentuh tanaman yang sedang dipelajarinya.

Mengenalkan konsep bentuk melalui gerakan

Anak akan lebih mudah belajar mengenali huruf dengan menggunakan gerakan. Termasuk mengenalkan konsep besar, kecil, panjang, pendek, yang diperagakan dengan gerakan tangan.

Semua optimalisasi yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan anak melibatkan aktivitas fisik. Untuk anak usia dini, seluruh kegiatan itu tentunya perlu pendampingan dari orang tua. Jangan sampai anak terluka.

Pengalaman Mendampingi Optimalisasi Kecerdasan Anak

Mendampingi anak untuk mengasah kecerdasan kinestetiknya membutuhkan pengawasan dari orang tua. Seperti ketika mendampingi anak lelaki saya berlatih sepak bola, saya harus siap apabila ada kemungkinan buruk terjadi. Terjatuh dalam pertandingan itu memang sudah biasa. Namun saya pasti akan merasa khawatir apabila anak terluka.

Sebetulnya lapangan bola tempat anak saya berlatih terbuat dari bahan yang aman. Lapangannya dilapisi oleh rumput sintensis. Anak yang mengikuti klub sepak bola pun diharuskan memakai pelindung untuk mencegah mereka terluka. Namun dalam kenyataannya anak-anak ada yang mengalami luka tergores ketika terjatuh di lapang.

Saya termasuk ibu yang gak tegaan kalau lihat anak terluka. Karena bisa membayangkan sakitnya luka yang diderita anak apalagi kalau sampai mengeluarkan darah. Di saat saya ribut soal lukanya, biasanya anak saya malah bertambah meringis menunjukkan rasa sakitnya. Kalau sudah begitu saya harus bertindak cepat mengobati agar darahnya tidak bertambah parah. 
 
Aktivitas Anak Kinestetik

Antiseptik Betadine Pelindung Keluarga

Obat untuk luka yang menjadi andalan keluarga saya yaitu Betadine Antiseptic Solution. Saya percaya Betadine merupakan solusi praktis antisepik pada luka. Kandungan di dalamnya mampu membunuh kuman penyebab infeksi pada luka. Terutama luka yang sering terjadi pada anak-anak seperti tergores, terkelupas, atau terkoyak.

Saat kulit anak terluka, hal pertama yang saya lakukan adalah membersihkannya dengan air. Sudah cukupkan membersihkan luka dengan air? Tentu tidak. Air itu hanya menghilangkan kotoran fisik yang menempel di luka saja. Menggunakan antiseptic Betadine yang terdapat Povidone-Iodie di dalamnya bisa membunuh kuman dan mencegah terjadinya infeksi. Informasi tersebut saya dapatkan dengan mudah di https://betadine.co.id/

Awalnya anak-anak saya takut dengan warna obat untuk luka. Warnanya merah, hampir menyerupai warna darah, kata mereka. Namun ketika saya menggunakan Betadine yang memiliki warna coklat keemasan, anak-anak tidak susah lagi untuk diobati. Biasanya saya mengobati luka dengan cara mengoleskannya menggunakan kapas.

Sebenarnya untuk mengobati luka, penggunaan Betadine Antiseptic sudah cukup. Namun anak-anak kadang merasa takut lukanya akan terasa perih ketika terkena air. Mereka meminta saya untuk menutup luka agar selalu terlindungi.

Untuk memenuhi keinginan anak menutupi lukanya, saya menggunakan plaster khusus perawatan luka. Dan supaya anak merasa senang mengunakan plaster, saya pilih menyimpan Betadine plaster Junior. Warna dan bentuk tampilan luar plaster didesain menarik untuk anak-anak. Berkat Betadine, anak-anak dengan mudah diobati dan luka mereka jadi lebih cepat kering. Dengan luka yang sudah sembuh, mereka bisa bebas berakivitas lagi. 

Anak Sehat, Mudah Dioptimalisasi Kecerdasannya

Dapat disimpulkan, setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing yang dapat dioptimalkan. Cara mengasah kecerdasannya juga tergantung dari sifatnya masing-masing. 
Sebagai seorang ibu yang memiliki dua orang anak dengan jenis kecerdasan yang berbeda, saya juga harus belajar terus untuk mengoptimalkan kecerdasan mereka. Keduanya memiliki perlakuan yang berbeda.
 
Namun satu hal yang pasti, optimalisasi kecerdasan bisa dilakukan apabila anak dalam keadaan sehat dan bugar. Aktivitas apapun pastinya tidak akan berjalan dengan baik apabila anak merasa sakit. Oleh karenanya memberikan perlindungan pada kesehatan keluarga merupakan prioritas bagi saya. Anak sehat, hatinya akan senang. Dalam keadaan ceria, anak pun bisa lebih mudah dioptimalkan kecerdasannya.
 
Salam takzim

Post a Comment

1 Comments

  1. Iya aku jadi keinget daripada biarin anak anteng sama hp, mending biarin dia aktif bermain. Gak tahu kenapa sekarang jarang banget, padahal olahraga juga penting buat anak apalagi kalau berprestasi.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^