Sebagai orang tua, saya sadar bahwa kewajiban untuk buah hati itu tidak hanya sekedar mengurus soal kebutuhan fisiknya saja. Soal kesehatan mental anak pun harus jadi perhatian khusus. Lebih memperhatikan kesehatannya terutama untuk anak-anak yang sudah bertambah besar seperti anak saya.
Yang dimaksud kesehatan mental bukan hanya berhubugan dengan kondisi mentalnya saja tetapi juga meliputi kemampuan berpikir jernih, pandai bersosialisasi dan mampu mengendalikan emosi. Anak yang memiliki kesehatan mental akan memiliki karakter yang baik. Mereka bisa bertahan dalam menghadapi situasi sulit, beradaptasi menghadapi stres dan bisa berusaha bangkit dari keadaan sulit.
Yang dimaksud kesehatan mental bukan hanya berhubugan dengan kondisi mentalnya saja tetapi juga meliputi kemampuan berpikir jernih, pandai bersosialisasi dan mampu mengendalikan emosi. Anak yang memiliki kesehatan mental akan memiliki karakter yang baik. Mereka bisa bertahan dalam menghadapi situasi sulit, beradaptasi menghadapi stres dan bisa berusaha bangkit dari keadaan sulit.
Selaku orang tua sebisa mungkin saya selalu mendorong anak untuk percaya pada kemampuan dirinya. Mengajak anak untuk menikmati proses dalam mengerjakan segala hal. Tidak hanya sekedar menasehati tetapi juga memberi contoh menerapkan perilaku disiplin sesuai nilai agama dan norma sosial.
Atasi Burnout untuk Menjaga Kesehatan Mental
Dulu ketika anak-anak masih di bangku sekolah dasar, saya tidak mengalami kesulitan berarti dalam menjaga kesehatan mental mereka. Kini menjelang remaja, situasi dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Tugas saya selaku orang tua untuk menjaga kesehatan mentalnya juga tidak sesederhana dahulu.Terutama kakak yang sudah memasuki dunia perkuliahan. Sulung saya ini memiliki banyak kegiatan. Dia tidak hanya mengikuti perkuliahan di kampus saja. Namun juga memiliki bisnis sendiri dan sedang mengikuti program magang yang diselenggarakan oleh Kemendikbud. Dengan semua kegiatannya itu, seringkali saya mendapati anak perempuan itu terlihat kelelahan. Dia berusaha terus untuk adaptasi dengan semua aktivitasnya. Akibatnya si sulung sering merasa dalam kondisi burnout.
Apa itu Mental Burnout?
Mental burnout adalah kondisi kelelahan yang diakibatkan terlalu banyak melakukan aktvitas bekerja yang terlalu lama, kerja keras atau sangat berdedikasi pada pekerjaannya. Ada yang menyebutkan jika burnout sebagai istilah yang dipakai untuk menggambarkan kondisi stres yang dipicu oleh banyaknya aktivitas. Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja, baik pekerja ataupun mahasiswa yang masih kuliah.Kondisi burnout tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila dibiarkan berlarut-larut dan tidak diatasi dengan tepat bisa mempengaruhi kondisi mental seseorang. Kita bisa melihat ciri-ciri seseorang yang sedang mengalami burnout, diantaranya mudah marah, sakit-sakitan, merasa selalu lelah, cenderung menghindari orang lain, tidak produktif atau kurang aktif seperti biasanya.
Berdasarkan beberapa sumber yang saya baca, ternyata kondisi burnout ini tidak hanya dialami oleh pekerja tetapi sering juga dialami juga oleh mahasiswa. Dari beberapa sumber, saya juga menemukan beberapa tips atasi burnout yang bisa saya terapkan apabila anak merasa dalam kondisi burnout. Dan ternyata beberapa di antaranya sudah dilakukan oleh anak saya.
Apakah Mahasiswa Bisa Burnout?
Tentu saja bisa. Misalnya saja seperti anak saya yang selalu sibuk dengan perkuliahannya, tugas magang di perusahaan serta mengembangkan bisnisnya sendiri. Kadang anak saya pun merasa jenuh dan lelah. Dan jika kakak sudah mengeluh seperti itu, saya biasanya langsung memintanya untuk istirahat. Bahkan pernah meminta dia untuk berhenti sementara dari bisnisnya. Namun memintanya berhenti membangun usaha sendiri, tentunya bukan jalan yang terbaik. Kondisi ini harus segera diatasi agar tidak berlarut-larut.Berdasarkan beberapa sumber yang saya baca, ternyata kondisi burnout ini tidak hanya dialami oleh pekerja tetapi sering juga dialami juga oleh mahasiswa. Dari beberapa sumber, saya juga menemukan beberapa tips atasi burnout yang bisa saya terapkan apabila anak merasa dalam kondisi burnout. Dan ternyata beberapa di antaranya sudah dilakukan oleh anak saya.
1. Istirahat Saat Mengalami Burnout
Menurut saya, kegiatan anak sulung saya itu terlalu banyak. Sebagai ibunya, saya ingin dia bisa mengurangi semua kegiatan itu. Namun putri saya tetap bersikukuh jika semua aktivitas yang dilakukan sangat berguna untuk masa depannya. Akhirnya saya pun hanya bisa memberi saran untuk istirahat sejenak.Setelah selesai tugas kuliah, saya sarankan dia untuk beristirahat dulu sebelum membuat desain produk bisnisnya. Atau tidak memaksakan untuk melakukan meeting bersama rekan bisnisnya. Saya sarankan untuk meeting secara online saja sambil bisa mengerjakan laporan untuk program magangnya. Istirahat sejenak untuk memulihkan semangat dan tenaganya.
2. Membuat Skala Prioritas
Dengan banyaknya kegiatan yang harus dijalani oleh si sulung, pasti bingung apabila tidak dibuat skala prioritas. Untungnya anak saya sudah terbiasa membuat list to do sejak masih di sekolah dulu. Sekarang dengan banyaknya kegiatan dia langsung membuat skala prioritas. Supaya bisa mengutamakan hal-hal yang dianggap penting dan bisa menjalankan kewajibannya.3. Berkumpul dengan Orang-orang yang Positif
Anak saya sesekali menyempatkan diri berkumpul dengan komunitasnya. Kawan di luar lingkungan kuliah atau partner bisnisnya. Sejenak kumpul dengan teman di komunitasnya, dia bisa memperbincangkan banyak hal di luar topik kuliah atau bisnis. Pikirannya jadi lebih fresh, katanya.4. Melakukan Hal yang Disukai
Tidak hanya untuk mengatasi burnout, melakukan hal yang disukai seperti hobi memang diyakini bisa meningkatkan mood. Anak saya senang mendengarkan musik sambil berdendang. Hal itu bisa membuat moodbosster tersendiri. Selain itu dia juga senang nonton drama Korea di waktu senggangnya. Semua kegiatan itu bisa memberikan waktu untuk dia sendiri dan membangkitkan semangatnya. Yang senang traveling bisa bepergian ke alam bebas.5. Melakukan Self Healing
Sesekali ada baiknya melakukan self healing. Beristirahat dan berhenti sejenak dari semua rutinitas. Istirahat dari media sosial juga bisa menenangkan diri sendiri. Ketika menghadapi hari libur, sebaiknya tidak membahas tentang rutinitas yang membuat kita lelah saat sehari-harinya.6. Berbagi Keluh Kesah
Si sulung termasuk anak yang terbuka dengan saya. Apabila ada sesuatu pasti selalu diceritakan kepada ibunya. Di saat dia merasa lelah, jenuh dan stress, selalu diceritakan kepada saya. Meskipun tidak selalu mendapatkan solusinya, anak saya merasa lega karena sudah mencurahkan perasaannya kepada saya.7. Mengubah Gaya Hidup yang Tidak Baik
Salah satu gaya hidup anak saya yang kurang baik adalah suka begadang. Dia berdalih karena harus mengerjakan tugas kuliah dan kerjaan di program magangnya. Hal ini kadang membuat dia mengantuk di pagi hari dan bisa mengganggu aktivitasnya. Oleh karenanya saya selalu meminta dia untuk mengubah kebiasaannya yang tidak baik. Tidak begadang dan selalu mengosumsi makanan yang sehat.Itulah beberapa cara mengatasi burnout untuk mahasiswa yang dihadapkan dengan banyak kegiatan. Dengan mengatasinya dengan cepat bisa mencegah terjadinya kondisi yang tidak diharapkan.
Segera Atasi Burnout untuk Kesehatan Mental
Kondisi terlalu lelah, jenuh dan stres yang dialaminya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Siapa saja termasuk anak, harus tetap dibimbing agar tidak membahayakan kesehatan mentalnya.Rajin belajar itu memang penting, tetapi yang utama harus tetap meluangkan waktu sejenak untuk beristirahat agar semangat dan tenaganya bisa pulih kembali. Dengan begitu produktivitas pun akan ikut meningkat.
Salam takzim
1 Comments
Enggak hanya mahasiswa, rata-rata kaum milenial sekarang mengalami ini apalagi yang sudah mengenal dunia kerja. Bahaya banget di usia mereka yang kesehatan mentalnya rentan. Terima kasih informasinya!
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^