Acara
parenting di sekolah anak saya, rutin diadakan setiap bulan sekali. Bagi saya,
acara parenting sangat penting untuk diikuti. Karena disana selalu ada ilmu
tentang bagaimana menjadi orang tua. Sekolah untuk jadi anak baik, anak pinter
atau anak soleh sudah banyak kita temukan. Tapi sekolah untuk menjadi orang tua
yang baik, masih jarang kita temui. Oleh karena itu, saya sangat antusias jika
ada acara parenting. Menimba ilmu tentang seluk beluk menjadi orang tua. Agar
ilmu yang di dapat tidak hilang alias kelupaan he he, saya simpan di blog ini agar
bisa dibaca lagi di lain waktu dan dapat bermanfaat untuk orang lain yang
membacanya.
Bulan
ini, tema yang diangkat yaitu “Membuat anak tangguh di era digital". Tentu kita menyadari jika
teknologi yang semakin canggih saat ini tidak saja dinikmati oleh orang dewasa. Anak
pun ikut tertarik menikmati teknologi. Yang paling banyak diminati oleh anak adalah
penggunakan gadget untuk bermain games. Agar tidak salah kaprah di dalam
penggunaannya, orang tua harus ikut mendampingi mereka melewati aktifitas
tersebut. Saat ini banyak situs-situs di internet yang menampilkan gambar yang
tidak layak dilihat oleh anak, dipasang secara tersamar. Kadang terselip
diantara game yang dimainkan oleh anak. Ada juga yang terpasang di akhir
permainan.
Barangkali
orang tua menyangka jika permainan itu memang dikhususkan untuk anak, tapi
pernahkan orang tua mengikuti sampai akhir ketika anak memainkan game? Dampak
yang ditakutkan oleh kita yaitu jika anak sering mengkonsumsi gambar-gambar
tersebut bisa terganggu perkembangan psikologisnya. Pernah mendengar ada anak
kecil yang mengalami penyimpangan perilaku seksual? Mungkin saja itu tidak
terlepas dari dampak seringnya melihat adegan atau gambar yang tidak baik.
Ngeri deh. Lalu bagaimana orang tua harus menyikapi hal ini?
Pertama,
orang tua diharapkan banyak mendengarkan perasaan anak. Gunakanlah 2 telinga
lebih sering daripada menggunakan 1 mulut kita. Dengan lebih banyak
mendengarkan, kita dapat memahami apa yang dirasakan oleh anak dan apa yang
diinginkan oleh mereka. Jangan sampai orang tua selalu banyak bicara tanpa
mendengarkan anak. Yuk, mari intropeksi diri. Apa yang pertama kita tanyakan
pada anak ketika mereka pulang sekolah? Menanyakan bagaimana nilai mereka? Bagaimana
mereka melalui ulangan di sekolah? Atau menanyakan bagaimana perasaan anak di
sekolah, menyenangkan atau ada perasaan lain? Apakah teman-temannya
menyenangkan? Dari sekian pertanyaan tersebut, mana yang sering kita tanyakan?
Kedua,
sebagai orang tua, kita pun diharapkan bisa tegas dan sabar. Bersikap tegas
pada anak, saat kapan saja anak bisa memainkan gadget mereka. Permainan apa
saja yang dapat dinikmati oleh mereka pun seharusnya dikendalikan oleh orang
tua. Kita juga harus ekstra sabar menghadapi rengekan anak yang menginginkan bermain
tanpa ada aturan waktu.
Ketiga,
terus tingkatkan kualitas diri sebagai orang tua dengan berbagai macam
pengetahuan. Seperti mengikuti seminar, pelatihan, parenting, membaca buku dan
lain sebagainya. Yang terakhir setelah semua upaya kita lakukan,
adalah berdoa. Memohon pada yang Maha Kuasa untuk menjaga buah hati kita agar
tidak salah jalan. Semoga bermanfaat.
Memang benar mbak.. Tidak ada ya sekolah yang membentuk menjadi orang tua yang baik
ReplyDeleteya mbak, yang ada sekolah menjadi anak yg baik, pintar dan lain-lain. Tapi sekolah untuk orang tua masih jarang sekali.
DeleteIni kejadian nyata....sejak umur 3 tahunan....keponakan sy dibelikan gadget berupa tablet dan tv plus vcd mini oleh ayahnya..karena senang sekali main games....berimbas pads penglihatan si anak. Ketika duduk di kelas dua SD, tiba- tiba tidak bisa melihat dalam jarak dekat/blank karena seringnya melihat layar d tablet atau tv mini tersebut.saat ini keponakan saya sedang melakukan pengobatan rutin pada ahli mata dan berharap tidak memakai kacamata terlalu dini.Cerminan bagi kita sebagai orang tua agar berhati- hati dalam memberi gadget pada anak karena efeknya ternyata sadngat berbahaya.
ReplyDeletesemoga keponakannya cepet sembuh ya..sekali lagi, semua yg dilakukan anak, butuh perhatian dari orang tua
DeleteBener say, ngeri kalau lihat dampak negatifnya :(
ReplyDeleteYa mbak..
DeleteAnak saya mulai ketularan teman2nya bermain gadget & sering memaksa menggunakan gadget saya/ayahnya. Sejauh ini yg saya sampaikan pada anak bahwa gadget adalah alat komunikasi, bukan untuk dibawa2 main. Bisa juga untuk belajar tapi harus dengan ayah/bunda. Anak saya masih mau menurut siyh tp sayangnya teman2 dia masih ada saja yg bawa gadget mereka untuk bermain.
ReplyDeletesetuju banget mbak, peran orang tua memang diperkukan untuk mendampingi putra putrinya, terlebih lagi pada putra putrinya yang sudah SLTP atau SLTA.
ReplyDelete