Siapa yang tahu,
berapa lama kita akan hidup? Tentu saja kita tidak pernah tahu kapan waktunya
kita akan menghadap yang Maha Kuasa. Kadangkala kita lupa, bahwa kematian
sewaktu-waktu akan datang menjelang. Kita baru akan tersadar akan hal itu,
ketika mendengar salah seorang kenalan kita telah berpulang.
Begitu pula
dengan cerita adik saya, beberapa waktu yang lalu. Ketika saya dan adik-adik
berkumpul di rumah orang tua di saat liburan Hari Raya Idul Fitri kemarin, adik
perempuan saya bercerita tentang tetangga dekatnya. Kisah tentang pekerjaan mempertaruhkan nyawa seseorang.
Sebut saja Mas
H, seorang lelaki paruh baya yang menurut adik saya memiliki paras yang
ganteng. Perawakannya bersih dan
penampilannya yang rapi, menurut adik perempuan saya, sebenarnya kurang cocok
dengan pekerjaannya sehari-hari sebagai pekerja bangunan.
“Mas H, itu
tampangnya kegantengan, kalo harus jadi pekerja bangunan, Mbak..he..he.” kata
adik saya dengan tertawa kecil, waktu itu.
“Ih, apa hubungannya antara tampang
dengan pekerjaannya. Ya, gak, papa lah,
pekerja bangunan yang tampangnya ganteng. Kan,
lumayan buat diliat juga..ha..ha..ha.” jawab saya, kemudian. Dan kami pun tertawa
bersama.
Candaan kami,
ternyata tidak berlanjut, hanya sampai saat itu saja, karena setelah itu adik
saya bercerita mengenai kecelakaan yang menimpa lelaki yang senang berkebun
tersebut.
Sore itu,
mendadak listrik di perumahan adik saya padam. Tidak ada hujan atau angin,
tiba-tiba listrik di lingkungan rumah mereka tidak dapat menyala. Waktu itu,
Mas H bermaksud membetulkan atap yang bocor di rumah sebelahnya.
Ketika pekerja
bangunan itu, sedang berada di atas atap, tiba-tiba listrik menyala kembali. Saat
itu, penghuni rumah yang berada di bawahnya mendengar suara benda jatuh di atas
plafon rumah. Lingkungan di sekitar rumah adik saya, mendadak menjadi ramai.
Karena menemukan Mas H, dalam keadaan setengah sadar dengan tangan yang terluka
cukup parah. Di bawah lengannya, terdapat luka bakar akibat sengatan listrik.
Namun, jiwa
lelaki yang masih memiliki dua anak balita tersebut harus menyerah. Luka bakar
yang dideritanya membuat nyawanya tidak tertolong lagi. Semua tetangganya
termasuk keluarga adik saya, merasa sangat kehilangan. Sosok yang ramah dan
rajin menjaga kebersihan lingkungan perumahan mereka, kini telah tiada.
Adik ipar saya
juga menambahkan, jika Mas H orangnya dermawan dan rajin ke mesjid. Semua
merasa berduka, apalagi melihat anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Bahkan
anak bungsu Mas H, belum genap berumur satu tahun.
Semua
mengkhawatirkan keadaan keluarga kecil itu, sepeninggal Mas H. Bagaimana mereka
akan meneruskan hidupnya? Bagaimana dengan biaya sekolah anak pertama, Mas H?
“Apakah Mas H,
memiliki asuransi?” Tanya saya, setelah mendengar cerita adik dan ipar.
“Yah, mana ada, Mbak. Pekerja bangunan
seperti Mas H, biasanya gak punya asuransi. Padahal kalau ada, lumayan juga, kan. Bisa membantu keluarganya.” Jawab
adik saya dengan nada setengah menyesal.
“Nah, iya,
kenapa yang memiliki asuransi itu, kebanyakan orang menengah ke atas ya?
Seandainya pekerja bangunan lepas, seperti Mas H memiliki asuransi, keluarga
yang ditinggalkan akan terbantu.” Lanjut saya, kemudian.
Kami semua
menyayangkan hal itu. Padahal banyak asuransi yang dapat membantu dan memberikan
manfaat perlindungan, misalnya astralife.co.id. (review post, refers to disclosure). Dengan asuransi, masyarakat selain diberikan manfaat
perlindungan, juga bisa mendapatkan manfaat investasi dalam bentuk nilai dana.
Sudah
seharusnya, pengetahuan tentang manfaat perlindungan jiwa ini diketahui oleh
masyarakat luas. Tidak hanya untuk kalangan menengah ke atas saja. Tapi untuk
pekerja yang memiliki resiko tinggi seperti Mas H, seharusnya sudah mendapatkan
pengetahuan tentang manfaat asuransi.
Jadi, semua
masyarakat dari lini terbawah hingga yang di atas, bisa merasakan manfaat
perlindungan jiwa, memiliki investasi dalam bentuk nilai dana, bahkan manfaat
bonus loyalitas sbesar 25% seperti yang ditawarkan oleh astralife.co.id.
Selain manfaat
tersebut, kini banyak asuransi yang memberikan manfaat ketika tertanggung
menderita penyakit kritis serta mendapat manfaat perawatan medis dan bedah.
Semoga saja,
peristiwa yang menimpa tetangga adik saya itu, bisa diambil hikmahnya oleh
rekan-rekan kerja Mas H. Hingga bisa mempersiapkan segala sesuatu untuk masa
depan mereka.
13 Comments
ya Allah :(
ReplyDeleteTurut prihatin ya Mbak:(
DeleteHuhu jd sedih bacanya mbak :( ... Memang kesadaran dan kemampuan untuk memproteksi diri belum menyeluruh kesemua jenis pekerjaan ya mbak ... Semoga kedepannya lebih baik lagi ...
ReplyDeleteYa Mbak, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi
DeleteHmm sptnya komenku blm masuk ... Ikut prihatin dengan cerita mbak fitri ... Semoga kedepannya lebih baik ya ... Aamiin
ReplyDeleteUdah masuk, mbak...
DeleteIya semoga lebih bai..aamiin
Dl jg di kampungku pernah ada kasus lg kerja krn baju basah jd tersengat listrik. luka bakar parah bgt. Dr dlm diri memang kudu waspada. Pekerja kecil jrg bgt yg punya asuransi
ReplyDeleteHarus ada sosialisasi mungkin ya..supaya pekerja kecil juga bisa punya asuransi
DeleteSayangnya di Negara kita masih sedikit yg melek asuransi ya mbak. Alfatihah utk mas H
ReplyDeleteBetul mbak masih sedikit ya melek asuransi
DeleteHiks... semoga ke depan makin banyak yg melek asuransi yg mba.. biar semakin banyak yg terlindungi..
ReplyDeleteAamiin...semoga banyak yang terlindungi ya mbak..
DeleteDalam bekerja keselamatan adalah yang nomor 1, dan jangan menangani sesuatu yg bukan keahliannya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^