Wana Wisata Lintas Hutan Indah (LHI) Jayagiri merupakan tempat wisata dengan nuansa alam yang berada di Lembang, Bandung. Tempat wisata LHI Jayagiri merupakan area hutan alami yang asri, memiliki udara yang masih segar, penuh dengan oksigen yang dapat kita hirup sepuasnya. Aaaah....segeer....
Sebagian besar area ini, merupakan hutan pinus dengan luas mencapai 7 hektar dan memiliki ketinggian 1. 450 meter di atas permukaan laut.
Sebagian besar area ini, merupakan hutan pinus dengan luas mencapai 7 hektar dan memiliki ketinggian 1. 450 meter di atas permukaan laut.
Gerbang Wana Wisata LHI Jayagiri |
Tempat ini, berada di kaki Gunung Tangkuban Parahu, dengan suhu 18-29 derajat selsius, membuat daerah ini sangat cocok untuk membuat pikiran kita menjadi lebih fresh. Oh, ya, tiket masuk yang berlaku di tempat wisata ini, yaitu Rp 15.000/ orang dan harga tersebut, sudah termasuk asuransi kecelakaan diri selama pengunjung berada di dalam lokasi.
Tempat wisata ini dilengkapi kamar mandi serta toilet, namun tidak banyak, hanya terdapat dua kamar mandi. Bisa dibayangkan suasana di sana, pada pagi hari? Yup, antrian yang cukup panjang. Jadi dimaklum saja jika ada beberapa pendaki, lebih memilih mengeluarkan toksinnya di semak belukar dibandingkan harus mengantri dalam waktu yang lama. Hehehe...
Oh, iya, saya pergi bersama dengan anak dan suami berkemah di LHI Jayagiri, dalam rangka ulang tahun komunitas pendaki gunung.
Etapi, saya bukan anggota komunitas pendaki gunung, loh! Suami saya, yang menjadi anggotanya, sedangkan saya hanya penggembira saja ^-^. Anggota komunitas ini sudah sering mendaki gunung yang tinggi. Sedangkan saya, hanya sesekali ikut acara mereka, di saat ada kegiatan mendaki gunung yang tidak terlalu tinggi.
Tiket masuk |
Oh, iya, saya pergi bersama dengan anak dan suami berkemah di LHI Jayagiri, dalam rangka ulang tahun komunitas pendaki gunung.
Etapi, saya bukan anggota komunitas pendaki gunung, loh! Suami saya, yang menjadi anggotanya, sedangkan saya hanya penggembira saja ^-^. Anggota komunitas ini sudah sering mendaki gunung yang tinggi. Sedangkan saya, hanya sesekali ikut acara mereka, di saat ada kegiatan mendaki gunung yang tidak terlalu tinggi.
Pada acara tersebut, ada sebelas tenda yang didirikan untuk menampung anggota komunitas. Tentu saja, tidak semuanya tidur di dalam tenda. Beberapa diantara mereka yang tidur di luar dengan menggunakan slepping bed atau tidur bergantung menggunakan hammock. Mereka sih, sudah biasa tidur dengan cara begitu, kalau saya nggak bisa :), dingin sekalii...
Sebagian dari tenda peserta pendaki |
Pagi harinya, sambil menikmati mentari pagi yang terasa hangat di tengah hawa gunung yang membuat badan menggigil, kami pun membuka perbekalan, dan makan seadanya. Setelah perut terisi, sebagian dari kami, tetap menghangatkan badan di sisa-sisa api unggun yang dinyalakan pada malam hari. Sisanya lebih memilih jalan-jalan pagi di sekitar tenda, atau bergantung menggunakan hammock.
Tidak hanya satu, ada 5 hammock yang kami gunakan untuk bergelantung di atas pohon. Saya hanya bisa mengira-ngira, pastinya pemandangan dari atas cukup bagus, namun juga mengerikan. Kenapa mengerikan? Tentu saja, bagi saya yang takut ketinggian, bergelantungan di tempat tinggi, sangat mengerikan hi...hi ... hi...
Tapi tidak bagi para pendaki gunung itu, dengan lincahnya mereka memasang hammock pada pohon yang tinggi dan dengan santai tidur di ketinggian.
Playing with hammock |
Setelah puas bergelantungan, dan usai menyeruput kehangatan dari secangkir kopi atau coklat panas, kami pun mempersiapkan diri menuju tebing lumut.
Nah, teman-teman, selain tempat berkemah, di tempat wisata ini pengunjung juga bisa berpetualang menyusuri tebing lumut. Dari namanya saja, sudah bisa dibayangkan, bagaimana keadaan tempat tersebut, bukan?
Iya, di sisi lain dari LHI Jayagiri, terdapat tebing yang diselimuti oleh lumut. Saya belum pernah melihat tebing tersebut. Dan menurut suami saya, tempatnya bagus dan masih alami, karena masih jarang yang berkunjung ke sana.
Jarak antara tempat kami berkemah dengan tebing lumut sekitar setengah jam perjalanan. Dan semakin jauh berjalan, hawa dingin pun semakin terasa menusuk, menemani langkah yang menyusuri jalan ke dalam hutan yang masih rapat tersebut.
Namun, di satu bagian jalan, saya sempat melihat keadaan jalanan yang tidak biasa. Seperti ada semacam jalur di tengah jalannya. Ternyata, itu merupakan lintasan sepeda motor yang juga sering mengadakan acara di Jayagiri. Sayang sekali, jalanan jadi rusak, agak sulit bagi kami, para pejalan kaki untuk melewatinya.
Jalan menuju Tebing Lumut |
Semakin jauh melangkah, keadaan hutan semakin gelap karena tertutupi pepohonan yang besar. Hawa semakin dingin dan suasana pun terasa lebih hening. Gemelisir angin, sesekali terdengar mengiringi langkah kami. Aroma kelembapan pun kian menyeruak. Kami sadar, suasana seperti ini, sangat disukai oleh hewan melata, misalnya saja, ular. Oleh karena itu, kami lebih memilih berjalan dengan hati-hati sambil melihat ke arah bawah.
Bagi saya, ini perjalanan yang pertama kalinya ke Tebing Lumut. Namun bagi suami ini yang keduakalinya. Menurut cerita suami saya, di perjalanan yang pertama, suami beserta anak saya, sempat bertemu dengan anak ular. Hewan melata tersebut pertamanya hanya diam, lalu bergegas pergi ketika merasakan orang-orang yang berjalan di jalur tersebut.
Tebing Lumut Jayagiri |
Setelah kurang lebih sejam, akhirnya saya mendengar suara beberapa teman yang telah berangkat terlebih dahulu. Dari arah saya, terlihat mereka berada di bawah dan sudah menyusuri tebing. Berada di kedalaman dengan lebar sekitar satu depa orang dewasa.
Bergegas saya menyusul ke bawah, menyusuri Tebing Lumut. Lembapnya udara di sana, semakin terasa. Saya tidak mengetahui di mana ujungnya tebing ini. Karena kami sepakat tidak terus berjalan menuju ke dalam. Semakin jauh berjalan, ruangan menjadi semakin sempit dan banyak ditumbuhi pepohonan. Cocok sekali, untuk dijadikan sarang ular, bukan?
Setelah puas mengambil beberapa foto untuk menambah koleksi kami menyusuri Tebing Lumut, kami pun kembali ke perkemahan. Sejenak beristirahat sambil berbincang-binsang santai. Bercanda ria sambil membahas rencana-rencana komunitas mereka untuk kedepannya.
Dan hari pun sudah semakin siang,
ada sebagian anggota yang pamit untuk pulang duluan. Karena ada yang
mau kerja pada sore harinya, atau harus pulang keluar kota. Dari anggota
yang tersisa, kami pun bersama-sama pulang dengan menuruni gunung dengan speed yang lebih cepat dibandingkan ketika mendaki. Waktu mendaki kami tempuh sekitar 2 - 3 jam, namun pulangnya bisa kami tempuh dalam waktu 1,5 jam, saja.
Jalur pendakian Jayagiri |
Selamat ulang tahun yang pertama, The Young Glove, semoga kalian semakin kompak selalu dan kebersamaan yang telah terjalin bisa semakin erat. Di usia yang masih muda, pastinya akan masih banyak rintangan untuk dihadapi. Semoga kalian tetap bersama untuk menghadapinya ya...
97 Comments
Wahahahha... inget jalanan yg berkelok itu, jatuh krn licin, abis ujan. Untung naek gunungnya bareng mantan, eh.
ReplyDeleteNur, ah kamu jadi ngingetin masa2 saya di jayagiri, apalagi dinyanyiin lagu melati dari jayagirinya bimbo.. duuh, pengen kesana lagi..*tp udh ga ada mantannya juga :( *jiah, curcol beneran inimah wkwkk
Waah...Mbak Julia ternyata punya kenangan bersama sang mantan ya...asiiik atuuh...hihihi
DeleteWeh... seru klo punya komunitas yang kompak. Pasti bisa tambah seru perjalanannya. Hammock 5 tingkat gimana naiknya yak? Klo merosot yang paling atas pasti ketimpa yang di bawah hehehe
ReplyDeleteHe he he..iya Mas, Kalo merosot pasti yang bawahnya ketimpa. Tapi alhamdulillah gak ada yang merosot, ikatannya cukup kuat.
DeleteWeh... seru klo punya komunitas yang kompak. Pasti bisa tambah seru perjalanannya. Hammock 5 tingkat gimana naiknya yak? Klo merosot yang paling atas pasti ketimpa yang di bawah hehehe
ReplyDeleteBaru tau kalo lagu Bimbo itu diambil dari nama wilayah di kaki gunung tangkuban perahu. Duh dian...kamana wae ih.
ReplyDeleteAku blom pernah main ke Jayagiri. Mau ah kalo pas bisa main-main di Bandung.
Btw, itu beneran tidur di luar tenda?? Magic....dinginnya kan super itu. Aku dalam rumah daerah sersan bajuri aja ngarengkol kedinginan. Brrr....
Ayo, main ke Jayagiri Teh Dian... :)
DeleteIya, tidur di luar tenda, pakai sleeping bed, lumayan menghangatkan. Tapi saya yang di dalam tenda ditambah sleeping bed aja, masih kedinginan brrr....
Uuu jadi kangen naik gunung liat foto trek treknya.
ReplyDeleteIni di ketinggian berapakah?
Em hits ya kalau pakai hammock susun lima gitu mbak. Hehehe. Pasti seru deh :')
Ayo mbak, sekali-sekali aja, naik gunung. Gak usah terus-terusan hihihi.
DeleteKatanya sekitar 1.450 meter di atas permukaan laut, Mbak
Uuu jadi kangen naik gunung liat foto trek treknya.
ReplyDeleteIni di ketinggian berapakah?
Em hits ya kalau pakai hammock susun lima gitu mbak. Hehehe. Pasti seru deh :')
Serunya ai...
ReplyDeletePastinya, Mas :)
DeleteSerunya camping bersama. Aku pengin camping sama keluarga, tapi anakku masih kecil.. Harus nunggu beberapa tahun lagi nih. Hahaha..
ReplyDeleteIya, Mbak. Menjaganya harus ekstra, kalau bawa anak masih kecil
Deletedulu waktu masih kuliah aku pernah ke jayagiri mba, kemping disana emang dingin bangeeettt hehe
ReplyDeleteSaya juga sering ke Jayagiri waktu masih kuliah, tapi belum pernah kemping. Setelah berkeluarga, baru ngerasain kemping di sana :)
DeleteJadi ingat di kampung kan hutannya masih lebat banget
ReplyDeleteTapi di Bandung nuansanya beda
Keren
Setiap hutan, punya nuansa tersendiri ya, Mas :)
DeleteSalam kenal, teh Nurul.
ReplyDeleteSaya pernah menyusuri Tangkuban Perahu. Namun sebatas itu dan kalau track nya begini....saya jadi takuuutt...
Bener ga teh...kalau di gunung gini ada emm....yang ghaib ghaib gitu...?
Pernah mengalami, teh?
Salam kenal juga Teh Lendy :)
DeleteSaya sendiri, alhamdulillah gak pernah ngalamin yang gaib-gaib gitu. Dan mudah-mudahan gak pernah he he he
Tapi, beberapa teman, sering mengalaminya, Teh.
Duuhh indahnya pemandangan wisata alam di lembang.
ReplyDeleteBtw, tiduran di hammock paling atas harus panjat pohonnya dulu ya mbak? Kalau yang badannya gede kira2 gimana ya mbak *ngebayangin*
Iya Mas, harus panjat pohon dulu, bertumpu pada ikatan hammock di bawahnya.
DeleteYang badannya gede, gak dibolehin naik ke atas sama yang di bawahnya Mas Robby hihihi...
Apakah di sana ada semacam pondokan utk menginap bersama keluarga jg mbak? Atau hanya khusus utk berkemah saja? TFS :)
ReplyDeleteAda, Mbak. Tapi masih di dekat pintu gerbangnya. Kalau untuk berkemah, kita harus naik ke atas.
DeleteAnaknya umur berapa mbak? Aihhh berkemah barenggg. Tapi aku baru tau ada tebing lumut. Gambar nya kurang mba, kurang dpt gimana tebing lumutnya hehe
ReplyDeleteAnak saya yang kecil, 9 tahun Mbak.
DeleteIya, gambarnya kurang, soalnya saya gak lama di sana. Agak was-was juga soalnya he he he
Oalah ini toh tempat yang sering aku lihat di instagram. Mupeng sama hammock bertingkatnya euy, pengen kesitu kayaknya asyik.
ReplyDeleteHihihi...ngeliatnya memang asyik Mbak Ratna, tapi saya gak berani nyoba. Takut ketinggian soalnya :)
DeletePasti seru ya mba bisa melihat pemandangan dari ketinggian hammock sambil goyang2 ser.. jalamam ke tebing lumutnta relatif bagus ya. Ah jadi kangen hiking...
ReplyDeleteSeru, ser...ser...ya he he he. Ayo Mbak Ira, hiking lagi. :)
DeleteIkut mupeng yaaaa
ReplyDeleteSelalu suka dg cerita alam, naik gunung. Btw, pernah naik hammock tp buat ayun2 doang pas turun gunung. Itu aja numpang orang, bahahai
Sama Mbak Jiah, hanya berani naik haamock yang di bawah aja. Gak berani yang tinggi-tinggi :)
Deleteseru banget campingnya mbaak. aah kapan ya aku bisa ke bandung teris jalan2 ke lembang
ReplyDeleteAyo, Bu dokter, jalan-jalan ke Bandung...! :)
Deleteaku masih penasaran sama hommuck 5 tingkat, itu naiknya ke paling atas gimana ya? Apa iya mesti bergelantungan di batang pohon?
ReplyDeleteApa naik satu persatu lewat hommuck?
Naik dengan bertumpu pada ikatan hammock di bawahnya, Mas Fandhy.
Deletetidur di hammock, wiih.. bangun-bangun langsung liat pemandangan doong, tapi pasti dingin banget euy...
ReplyDeletesaya suka sih menjelajah alam, tapi paling takut sama ular :D
Iya Mbak, dingin bangeet...
DeleteKalau soal ular, saya juga takut, Mbak. Makanya gak mau ke tempat yang terlalu rapat hutannya.
Kegiatan nya seru banget mbak, apalagi di alam terbuka dan mendirikan tenda :) asyiknya
ReplyDeletealhamdulillah, seru sekaligus lelah, Mas Didik hehehe
DeleteItu hammock disusun 5 gimana cara turunnya ya? Haha. Masak mau gangguin satu per satu kalo dari atas.
ReplyDeleteHarusnya foto di manaa jalur tebingnya yang menyempit diperlihatkan juga mbak. Biar kelihatan gimananya. Hehehe
Kalau yang saya lihat, mereka turun dengan memeluk batang pohonnya, jadi gak melalui hammock.
DeleteIya Kak Jung, tapi saya udah was-was duluan, lihat suasananya, pengen cepat-cepat pergi dari sana he he he...
Itu gokip yang hammock bertingkat banyak. Masangnya, naiknya gimana itu :-))
ReplyDeleteSaya suka konsep penggunan GIF di foto mbak nurul, menjelaskan banyak tapi menghemat tempat
Masangnya dari yang terbawah dulu, Mas Andhika. Lalu dengan bertumpu pada ikatan hammock yang bawah, masang yang atasnya.
DeleteIya Mas, kalau kebanyakan tempat untuk pasang gambar, jadi panjang ke bawahnya he he he
Nggak kebayang dinginnya udara di sana, tapisepertinya seru banget. Tidur di luar pake sleeping bed atau hammock, pasti super sekali dinginnya, apalagi hammock yang paling atas
ReplyDeleteYa Mbak Rinrin, seru tapi dingiin.
DeleteKalau untuk tidur, hammocknya tidak dibuat bersusun seperti itu, Mbak. Terpisah di masing-masing pohon. Hanya untuk main saja, dibuat bertingkat. :)
Toss dulu Mbak kita. Aku juga suka ikut kegiatan suami yg outdoor.
ReplyDeleteTempatnya nyaman sekali ya buat camping. Eh tapi aku sendiri tdk terlalu suka rebahan di hammock, apalagi di tepi jurang/sungai. Karena ga yakin dg kekuatan talinya, takut jatuhh. *parno
Oya Mbak, slide foto2nya bagus. Gimana cara bikinnya utk di postingan blog kaya gini?
Toss Mbak Rindang :)
DeleteWah, saya juga gak mau naik hammock yang dipasang di tepi sungai/jurang mbaak....iya, takut jatuh :)
Untuk slide fotonya saya pakai photoscape, Mbak. Pakai animated GIF-nya.
Aku pernah lewatin tangkuban Perahu, tapi ke komplek ciater. Daerah situ emamg oke banget sih ya view nya. Adem!
ReplyDeleteKalau ciater, sudah masuk wilayah Subang Mbak. Tapi memang sama-sama daerah dingin.
DeleteWah seru Bgt yaa bisa Camping di hutan kayak gitu.
ReplyDeleteItu komunitas nya berbayar y mba ??
Atau cuma pas ada event aja ??
Salam kenal.
Thanks
Kandida
Iya...seruu...!
DeleteUntuk saat ini, gak berbayar, gak tau ke depannya, nih! He he
Kalau ada event, paling diumumin, siapa yang mau ikut...
Salam kenal juga ya...
LHI-nya bagus nih mbak. Saya suka banget.
ReplyDeleteKalo istri pendaki gunung atau pecinta alam itu tetap secara semangat tetap PA dong. Wah asyik nih sering bisa main di alam. Lebih sering dari yang lainnya
Hihihi.. Iya Mbak Susi, memang dari dulu juga suka dengan alam. Sekarang suka ikutan, tapi gunung yang rendah, aja :)
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteYang naik, asli, bisa lincah banget, loh! Cekatan, tau-tau udah di atas he he he
DeleteTebing lumutnya sempit banget, Ngeri liatnya. Tapi kereeen
ReplyDeletejalannya belum aspal gitu kalau hujan pasti licin dan harus hati2 ya Mbak
Ya Mbak Tarry sempit dan banyak pakisnya. Jalannya memang belum di aspal, kalau hujan, becek dan licin. Kalau panas, debunya banyaak..
DeleteItu masih nggak kepikiran gimana cara naek ke hammock yang bertingkat gitu.
ReplyDeleteUntuk naik ke hammock yang tinggi, manjat pohonnya Mas. Kakinya bertumpu pada tali hammock di bawahnya :)
DeleteWah, kalau musim hujan seperti ini agak seram juga yaaa kak~ kalau ngga hatihati bisa tergelincir 😅
ReplyDeleteTerakhir kali ke Bandung tuh ngga sempat mampir ke Lembang, jadinya belum pernah kesana :(
Iya, kalau hujan, jalannya jadi becek dan licin.
DeleteLain kali mampir aja Mbak :)
Panas engga tuh mbak tempatnya? Playing hammock ngeri juga itu kalo satu jatuh jatuh semua dan kasian yg paling bawah
ReplyDeleteDingiin Mas Dikki. Saya yang ngeliatnya juga ikut was-was. Tapi untungnya, hammocknya kuat. Karena ini, jenis yang biasanya digunakan untuk di tebing-tebing. Digunakan duduk oleh 5 orang dewasa, kuat juga. Jadi, tergantung kualitas hammocknya, Mas :)
DeleteSeru sekali kelihatannya mbak. Aku pernah beberapa kali ikutan camping. Rasanya nagih. Apalagi di dalam hutan kayak gitu. Menantang banget.
ReplyDeleteWah, suka dengan hal yang menantang ya Mas? Pasti pengalamannya sudah banyak, ya?
DeleteSudah beberapa kali ke tangkuban perahu namun wisata jayagiri luput dari pengamatan saya. Nampaknya patut untuk dicoba bersama keluarga
ReplyDeleteSilakan mencobanya, Mas Adi. Seruu, deh!
Deletesaya takut uler kalau maen ketempat seperti itu, btw kalo ada uler gimana ya?
ReplyDeleteAlhamdulillah, saya belum pernah ketemu ular, Mas. Tapi, katanya, kalo ketemu ular, jangan banyak, lebih baik diam, gak bergerak.
DeleteWah, melihat yg di hammock berjejer ke atas itu seram juga ya mbak :D
ReplyDeleteGak kebayang, kalo talinya kurang erat. Berarti kalau mau tidur harus jago manjat pohon ya..
Iya, Mas Jakup, harus bisa manjat pohon he he he
DeletePengen punya hammock-nya buat santai-santai di belakang rumah. LOL
ReplyDeleteIya, Mbak, asyik kayaknya ya, bisa santai di belakang rumah :)
Deletewah seru banget kegiatan outdoornya!bs ngajak anak kemping jg; Saya masih blom kesampean mba ngajak anak saya kemping.
ReplyDeleteAyok, Mbak, sekali-kali diajak anaknya ke gunung he he he
DeleteAsiknyaa.... bisa campingan kek gitu. BIkin ayunan diatas pohon. HAhaha... seru!
ReplyDeleteIya, seruuu he he he
Deleteseruuuu...
ReplyDeleteaku sering jalan lewat jayagiri, tapi dl semasa sekolah, kuliah bareng manteman,
ikuut lagi lah teh, kopdar sambil jalan (ga) cantik becek2an, seruuu..Yuk ahh!!
Manteman apa mantan, Teh? Hihihi...
DeleteIya Teh, pengen kopdar lagi, kalo waktunya ngepas ya...
Saya suka ke gunung Mba Nurul.
ReplyDeleteUdaranya seger. Kalau di sana bawaannya heppy. Pengaruh udara kali ya, bisa bikin rileks pikiran.
Iya, Mbak Ety, adem dan segeer udaranya. Jadi lebih fresh aja.
DeletePernah lewat waktu mau ke tangkuban perahu tapi belum pernah mampir. Kayanya memang enakan pergi rame2 ya dibanding cuma dengan keluarga aja. Bbrrr dinginnya bisa kurasakan Mba.
ReplyDeleteIya, lebih rame pergi bareng-bareng. Kalo hanya dengan keluarga, kerasa sepinya hehehe...
DeleteAku belum pernah ke tebing lumut mba. Enak sih kalau bareng teman-teman ya mbaaa. Ramean gituuu
ReplyDeleteIya, Mbak Alida, enak rame-rame, lebih seruuu..
DeleteAduuh, baca ini aku jd kangen hiking lagii. Whooaa...
ReplyDeleteAyo Mbak...hiking lagi...
DeleteSeneng sekali ya, bisa sering lihat alam seperti ini. Makin terasa, Indonesia itu surga yang harus kita jaga
ReplyDeleteBetul Mbak, kelestarian alamnya harus tetap kita jaga,ya...
DeleteYa Allah serunyaaa.. udah lama banget ga camping telusur hutan gitu. Asyik banget
ReplyDeleteYa Mbak, seru dan asiik :)
DeleteWaaa.. Tebing lumutnya meskipun ngga tinggi, tapi indah ya. Jadi pengen ngerasain sendiri pegang lumut sebanyak itu
ReplyDeleteIya Mbak, tingginya sekitar 5 meter...
Deleteliat ini jadi kepengen hammock mba, hehehe
ReplyDeleteSuami dan anak lelaki saya juga pengen hammock untuk di rumah Mbak he he he
DeletePenasaran gmn cara naik hammock yg paling tinggi manjat pohonkah atau ada tangga
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^