Di mana saja, kapan saja, kita akan menghadapi berbagai macam orang. Bertemu dengan orang yang berperilaku baik dan ada juga orang bertingkah yang tidak baik. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak kita pun bisa saja menghadapi orang yang tidak menyenangkan di lingkungannya.
Dampaknya pun bisa beragam, ada yang hanya diam saja ketika menghadapi orang yang tidak menyenangkan, ada yang melawan atau malah ada yang berdampak tidak baik, karena mengikutinya. Ikut menjadi individu yang tidak menyenangkan.
Hal ini juga terjadi pada anak saya, dia kini dihadapkan dengan seorang temannya yang ingin selalu jadi pusat perhatian. Sebut saja si A, yang selalu mendominasi pergaulan di antara teman sekelas adek. Dia sering menghasut teman-temannya untuk memusuhi kawan yang lain. Atau meminta uang jajan teman lainnya.
Tentu saja, hal itu membuat anak saya merasa terganggu. Dia jadi kurang nyaman untuk ke sekolah. Malas menghadapi si A, katanya. Sebagai orang tua, boleh, dong, saya panik. Nanti kalau nggak mau sekolah, gimana? Mau home schooling aja? Memang, sih, nggak ada yang salah dengan home schooling. Tapi, anak lelaki saya itu, nggak mau HS, maunya belajar di sekolah umum. Baiklah, kalau begitu, lalu bagaimana saya harus menyelesaikan masalah ini?
Ketika Anak Menghadapi Pergaulan Buruk
Ada beberapa cara yang bisa diambil. Berdasarkan diskusi dengan suami dan beberapa teman, ada alternatif yang bisa diambil, agar anak siap menghadapi pergaulan, yaitu :
1. Melaporkan pada guru
Agar tingkah laku si A tidak mempengaruhi teman-teman lainnya, lebih baik melaporkan dia kepada guru atau kepala sekolah. Selanjutnya, bisa saja guru akan menegur A dan memintanya untuk tidak mengulanginya lagi. Setelah mendapat teguran, si A mungkin saja berubah menjadi anak yang baik.
Tapi untuk ke depannya, kita tidak akan tahu apakah anak itu akan tetap menjadi baik? Atau akankah ada kemungkinan, dia akan berubah menjadi tidak menyenangkan lagi?
2. Memberi teguran pada orang tuanya
Untuk hal ini, saya cenderung tidak akan melakukannya. Jangan sampai, deh, masalah anak-anak, berkembang dan jadi mempengaruhi hubungan orang tuanya. Ada juga, loh, orang tua yang hubungannya menjadi tidak baik, bahkan bermusuhan karena anak-anak mereka bertengkar.
Dan anehnya, ketika anak-anak yang bertengkar telah berbaikan kembali, orang tua mereka tetap saja masih bermusuhan. Lucu jadinya, yang punya masalah sudah legawa, tapi orang tua mereka malah tetap saling membenci satu sama lain. Jadi menurut saya, lebih baik orang tua anak yang bermasalah, tahu dari gurunya saja, tentang tingkah laku anak tersebut.
3. Menghindari pergaulan
Tidak berteman dengan anak yang bermasalah, bisa menjadi alternatif lainnya. Anak dianjurkan untuk bermain dengan teman yang baik saja. Lebih baik menghindari teman yang kurang menyenangkan. Jika tidak berinteraksi, maka anak tidak akan merasakan dampak tingkah laku temannya yang tidak menyenangkan.
Namun lagi-lagi timbul pertanyaan. Apakah masalah bisa selesai? Jika anak kita menjauhi temannya, dan si pembuat masalah juga cuek, pasti masalahnya bisa selesai. Tapi jika trouble maker itu, terus mendekati anak kita, bagaimana? Hal ini terjadi juga pada anak saya. Si A malah terus mendekati (katanya beberapa teman sudah mulai menghindari) untuk mencari teman. Susah juga, kan?
Namun lagi-lagi timbul pertanyaan. Apakah masalah bisa selesai? Jika anak kita menjauhi temannya, dan si pembuat masalah juga cuek, pasti masalahnya bisa selesai. Tapi jika trouble maker itu, terus mendekati anak kita, bagaimana? Hal ini terjadi juga pada anak saya. Si A malah terus mendekati (katanya beberapa teman sudah mulai menghindari) untuk mencari teman. Susah juga, kan?
4. Memindahkan anak kita
Saran
yang lain, menganjurkan agar anak pindah sekolah saja. Daripada
menghadapi anak yang bermasalah, lebih baik memindahkan anak kita dari
kelasnya yang dulu, atau pindah ke sekolah yang lain.
Apakah
dengan begitu, masalah akan selesai? Kalau menurut saya, hal itu tidak
menyelesaikan masalah. Okelah, anak kita pindah kelas atau pindah
sekolah. Lalu, apakah ada jaminan di tempat yang baru, tidak ada anak
yang bermasalah?
Ada
beberapa kemungkinan. Di tempat yang baru, anak kita mendapatkan teman
yang baik-baik, bertemu dengan seorang anak yang bermasalah atau bahkan lebih
parah lagi, tidak hanya satu, tapi beberapa anak bermasalah. Kalau sudah
begitu, siapa yang mau bertanggung jawab?
Nah, dari empat alternatif tadi, memang ada kelebihan dan kekurangannya. Tapi saya berpendapat lain. Mengapa, harus lingkungan yang mengikuti kita? Mengapa semua orang harus berubah, demi kita? Toh, mereka punya kehidupannya masing-masing.
Seperti yang dialami oleh anak saya. Untuk menyelesaikan masalahnya, mengapa kita yang mengharuskan anak lain menjadi baik? Padahal tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan kita. Apa yang kita anggap baik, belum tentu baik menurut pemikiran mereka.
Dan satu-satunya jalan yang bisa saya ambil, adalah mempersiapkan anak menghadapi lingkungan di sekitarnya dengan situasi apapun. Bagaimana caranya?
Pertama, dengarkan cerita anak dan perlihatkan jika kita percaya padanya. Sampaikan pada anak, kita sebagai orang tua sangat senang, jika dia mau berterus terang. Lalu ucapkan terima kasih karena dia telah berterus terang. Yakinkan pada buah hati, apabila hendak melakukan sesuatu, sebaiknya diskusikan dulu dengan orang tua. Ciptakan komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak.
Kedua, jika menemukan teman yang bertingkah laku tidak baik, tidak usah dipedulikan. Namun, apabila anak kita sudah diserang, maka ajari anak untuk bersikap berani melakukan pertahanan diri. Yaitu dengan cara berani menolak, berkata "tidak" dan melakukan tawar-menawar.
Misalnya, bila temannya memalak, ajarkan anak untuk berkata "Enggak, saya gak punya uang. Sudah habis tadi, buat jajan. Tapi, kalau pun ada, saya nggak akan ngasih kamu. Cara kamu minta uang itu nggak baik!"
Ketiga, ajari anak untuk menyelesaikan masalah dengan cara berani berterus terang kepada guru. Jika ada, hadirkan saksi atau korban lainnya. Dengan demikian, diharapkan pelaku menjadi kapok.
Keempat, ajari anak untuk bisa menyelesaikan konflik. Kebiasaan tersebut, sebaiknya dilatih sejak dini, agar setelah mereka besar, terlatih menyelesaikan konflik. Selain itu, latih anak untuk mengontrol emosi dan amarahnya.
Kelima, dukung segala aktivitas anak dan jalinan pertemanan anak. Teratur mengawasi anak, demi mengetahui keadaan anak dan apa yang sedang dilakukan olehnya.
Dengan beberapa cara tersebut, diharapkan anak menjadi lebih siap menghadapi pergaulan buruk yang terjadi di sekitarnya. Sebagai orang tua kita memang harus mempersiapkan anak, karena kita tidak akan selamanya ada di samping mereka. Tidak akan selamanya ada, untuk membantu mereka. Jadi, mempersiapkan anak, adalah hal yang paling utama.
Apakah teman-teman punya cara lain, untuk mempersiapkan anak menghadapi pergaulan yang tidak baik? Sharing, yuk! ^_^
Salam takzim
Nah, dari empat alternatif tadi, memang ada kelebihan dan kekurangannya. Tapi saya berpendapat lain. Mengapa, harus lingkungan yang mengikuti kita? Mengapa semua orang harus berubah, demi kita? Toh, mereka punya kehidupannya masing-masing.
Mempersiapkan Anak Menghadapi Lingkungan di Sekitarnya
Seperti yang dialami oleh anak saya. Untuk menyelesaikan masalahnya, mengapa kita yang mengharuskan anak lain menjadi baik? Padahal tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan kita. Apa yang kita anggap baik, belum tentu baik menurut pemikiran mereka.
Dan satu-satunya jalan yang bisa saya ambil, adalah mempersiapkan anak menghadapi lingkungan di sekitarnya dengan situasi apapun. Bagaimana caranya?
Pertama, dengarkan cerita anak dan perlihatkan jika kita percaya padanya. Sampaikan pada anak, kita sebagai orang tua sangat senang, jika dia mau berterus terang. Lalu ucapkan terima kasih karena dia telah berterus terang. Yakinkan pada buah hati, apabila hendak melakukan sesuatu, sebaiknya diskusikan dulu dengan orang tua. Ciptakan komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak.
Kedua, jika menemukan teman yang bertingkah laku tidak baik, tidak usah dipedulikan. Namun, apabila anak kita sudah diserang, maka ajari anak untuk bersikap berani melakukan pertahanan diri. Yaitu dengan cara berani menolak, berkata "tidak" dan melakukan tawar-menawar.
Misalnya, bila temannya memalak, ajarkan anak untuk berkata "Enggak, saya gak punya uang. Sudah habis tadi, buat jajan. Tapi, kalau pun ada, saya nggak akan ngasih kamu. Cara kamu minta uang itu nggak baik!"
Ketiga, ajari anak untuk menyelesaikan masalah dengan cara berani berterus terang kepada guru. Jika ada, hadirkan saksi atau korban lainnya. Dengan demikian, diharapkan pelaku menjadi kapok.
Keempat, ajari anak untuk bisa menyelesaikan konflik. Kebiasaan tersebut, sebaiknya dilatih sejak dini, agar setelah mereka besar, terlatih menyelesaikan konflik. Selain itu, latih anak untuk mengontrol emosi dan amarahnya.
Kelima, dukung segala aktivitas anak dan jalinan pertemanan anak. Teratur mengawasi anak, demi mengetahui keadaan anak dan apa yang sedang dilakukan olehnya.
Dengan beberapa cara tersebut, diharapkan anak menjadi lebih siap menghadapi pergaulan buruk yang terjadi di sekitarnya. Sebagai orang tua kita memang harus mempersiapkan anak, karena kita tidak akan selamanya ada di samping mereka. Tidak akan selamanya ada, untuk membantu mereka. Jadi, mempersiapkan anak, adalah hal yang paling utama.
Apakah teman-teman punya cara lain, untuk mempersiapkan anak menghadapi pergaulan yang tidak baik? Sharing, yuk! ^_^
Salam takzim
27 Comments
Yang pasti menurut saya lingkungan terdekat harus yang baik. Termasuk orang tua dan keluarga dekat lain. Ada kan anak jadi bertingkah kasar, malak dll itu karena melihat pertengkaran antara ayah dan ibunya, atau perceraian orang tua yg berdampak pada anaknya.
ReplyDeleteAda juga pengalaman anak2 asuh mengaji. Ketika ada si A, semua kacau karena diprovokasi sama dia. Eh pas si A dipindah sama ortunya, anak2 mengaji yang kain kembali aman dan nyaman...
Betul Mbak, anak bermasalah bisa saja berawal dari lingkungan terdekatnya yang tidak baik.
DeleteHai mba Nurul.
ReplyDeleteKalau aku akan komunikasikan dengan anak terlebih dahulu. Lalu aku sampaikan juga ke guru :)
Hai Mbak Alida, komunikasi dengan anak memang paling penting, ya...
DeleteAku suruh anakku bergaul ke banyak lini pergaulan Mbak. Supaya saat bertengkar mereka bisa cari solusi sendiri.
ReplyDeleteTipsnya apik2 Mbak, suka bacanya :)
Dengan banyak bergaul, anak-anak pasti banyak pengalamannya ya, Mbak. Sehingga mereka juga bisa belajar banyak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
DeleteLingkungan anak-anak yang sekarang adalah replika dari kehidupan yang akan mereka hadapi ketika besar nanti. Setuju dengan mnak nurul.. ajari anak untuk menyelesaikan konflik agar mereka mengetahui bagaimana cara menyeelesaikan masalah, bisa jadi bekal ketika mereka dewasa nanti...
ReplyDeleteApabila mereka terbiasa menyelesaikan konflik di masa sekarang, setidaknya bisa dijadikan bekal untuk masa depannya, ya, mbak :)
Deleteemang ngeri ya teh pergaulan jaman sekarang.
ReplyDeleteAnakku SMP paling tidak komunikasi aja,jadi sahabatnya, seringnya menceritakan kejadian2 twmennya, trus suka ditarik kesimpulan.
Nah ini yg boleh dan ga boleh. Insyaallah dah paham , semogaaa!
Hanya bisa mendoakan saja anak, karena ga bisa mendampinya 24 jam
Senjata pamungkas kita sebagai orangtua, ya, Teh, berdoa. Kita percayakan Allah yang menjaga anak kita :)
DeleteKelima poin-nya sudah cukup baik, Mba. Dan saya paling suka yang point ke dua, mengajarkan anak untuk percaya diri dan berani membela diri jika berhadapan dengan si anak yang bermasalah. Dilanjut dengan poin berikutnya bahwa anak harus berani untuk menyampaikan permasalahannya kepada guru di sekolahnya, agar nanti bapak atau ibuguru yang akan menasehati/menindaklanjuti si anak bersalah, itu.
ReplyDeletePengaruh lingkungan yang baik, tentu saja sangat berperan dalam tumbuh kembang moral anak. :)
Iya Mbak Al, sebaiknya orangtua menyediakan lingkungan yang baik untuk anak-anaknya.
DeleteYang paling penting menjaga mental anak ya mba. Agar dia tidak cepat menyerah. Hmm melaporkan ke guru solusi paling aman. kalau ke org tua meski harus biasanya berakhir dgn ga enakan ya. eh tapi apa iya mba harus mindahan anak. Duh zaman sekarang memamg kudu ekatra ya memperhatikan anak2..
ReplyDeleteNah iya, Mbak, kita harus bisa mempersiapkan anak-anak menjadi individu yang bermental kuat dan tidak mudah menyerah. Demi masa depan mereka, ya...
DeleteIya mba, kita ga bs berharap lingkungan bs nyaman terus bg anak, jd anak hrs dipersiapkan utk menghadapi berbagai kondisi lingkungan ya...
ReplyDeleteAgar anak siap dalam kondisi apapun ya, Mbak :)
DeleteBiasanya anak bermasalah karena dari keluarganya sih, dan kalo anak kita yang jadi korban, itu udah komplit tipsnya. Dulu anakku yg sulung pernah kena tindak kekerasan temennya. Mereka masih TK loh, dan aku malah kasihan sama anak yang melakukan kekerasan, krn ternyata ibunya pergi dari rumah. Jadi dia diasuh oleh ayahnya dg kekerasan juga. Jadi kami negur ayahnya aja, yang mau datang ke rumah utk minta maaf.
ReplyDeleteDuh, kasian ya, masih kecil ditinggalkan oleh ibunya :(( Wajar saja anaknya suka bertindak keras, karena diasuh dengan kekerasan juga :(
Deletemau menggaris bawahi pas anak udah baikan ini, orangtuanya masih musuhan terus ya. Ini yang lucu juga sih.
ReplyDeleteBener-bener harus berhati2 ya Mba, sebagai ibu, terima kasih mba buat ilmunya untuk bekalku dikemudian.
Iya Mbak, kadang lebih legawa anak-anaknya he he he
DeleteTipsnya bermanfaat banget. Thx kyu
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir, Kang :)
DeleteAnakku masih batita tapi udah mulai nih ada konflik dengan teman-temannya. Ada yang suka cubit, dorong, dan yang masih aku inget banget itu anakku ditabrak pakai sepeda. Anak itu berani banget jahatin anak lain padahal ada ibunya di situ. Hadeuuuuh...
ReplyDeleteDuh, mbak, anaknya gak papa? Sampai di tabrak sepeda, gitu?
DeleteMasalah ini memang susah-susah gampang ya mba. Karena akan melibatkan banyak pihak, mulai dari guru, teman-teman si anak, dan juga mungkin orang tua murid yang lainnya.
ReplyDeleteKalo poin nomor 2 sepertinya terlalu sensitive, kan tau sendiri, kadang ada orang tua yang nerima, atau sebaliknya, ada yang bertingkah angkuh dan cenderung malah memusuhi, nah yang kayak gini nih yang ngerepotin..
Nice sharing mba
Dan memang ortu lah yang berperan sangat penting dalam membangun benteng untuk mencegah semua pengaruh buruk. Orang tua juga harus kekinian biar tahu benteng yang tepat
ReplyDeleteSepertinya emang yg paling penting ortu komunikasinya lancar ma anak ya mbak? Jd anak selalu cerita kalau ada apa2 sama ortu
ReplyDeleteTFS :)
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^