"Dasar perempuan, suka banyak bicara!"
Hmmm ... sering mendengar orang berkata seperti itu? Yup, seringkali orang berpendapat bahwa kaum perempuan itu lebih banyak bicara, dibandingkan dengan kaum laki-laki.
Padahal kecendurangan untuk banyak bicara, tidak semata hanya kebiasaan perempuan. Saya juga kerap menemukan kaum adam yang banyak bicaranya. So, enggak ada hubungan dengan gender, bukan?
Namun kenapa kita lebih sering menemukan kaum perempuan yang kalau sudah berbicara, seringkali susah untuk dihentikan? Apakah memang sudah kebiasaan mereka?
Kaum perempuan acapkali dipandang tidak bisa menjaga lisannya karena mereka tidak disibukkan dengan pengetahuan. Keseharian mereka hanya sibuk mengurus rumah tangga saja. Tanpa mau banyak membaca atau mencari ilmu.
Dengan pengetahuan mereka yang minim, maka yang dibicarakan akan berputar pada hal yang diketahui saja. Misalnya, ketika hal yang diketahui adalah kejelekan, maka semua yang dibicarakannya kejelekan tersebut.
Saya jadi teringat pada seorang teman, sebut saja A. Kesehariannya memang hanya berkutat dengan pekerjaan di rumahnya. Tidak sempat membaca atau menonton berita. Lalu, apa saja yang biasa dibicarakannya? Jika tidak curhat tentang masalah pribadinya, dia selalu sibuk mengomentari semua yang dilakukan salah seorang teman kami, yaitu B.
Jika yang dia komentari hal yang positif, sih, mungkin enggak masalah. Tapi kalau dia banyak berbicara tentang hal yang belum tentu benar, masalahnya jadi lain. Pernah suatu saat, apa yang dibicarakan oleh A, sampai ke telinga B. Sudah terbayang apa yang terjadi? Tentu saja hubungan mereka jadi renggang.
Entah, sampai kapan hubungan mereka akan terus seperti itu. Saling tidak menyapa satu sama lain. Sangat disayangkan! Pertemanan mereka jadi rusak karena lisan yang tidak terjaga dengan baik.
Serupa dengan pepatah yang mengatakan untuk berhati-hati dengan perkataan dan perbuatan kita. Karena jika sudah melukai hati seseorang, bagaikan sebuah paku yang menancap pada kayu. Walaupun sudah dicabut, tetap meninggalkan bekas.
Ini membuktikan, betapa pentingnya menjaga lisan dalam hubungan antar individu.
Gambar dari Kelas Mentoring Lanjutan Sekolah Perempuan |
Sebenarnya pengendalian lisan tergantung pada latar belakang pendidikan masing-masing individu. Orang yang berpendidikan, biasanya mampu menjaga lisannya. Yang dibicarakan selalu hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan ilmunya.
Selain pendidikan, kita bisa menjaga lisan dengan cara menyibukkan diri dengan hal yang positif. Kita akan terhindar membicarakan hal yang negatif, apabila sibuk membicarakan hal yang positif.
Ada satu hal lagi yang perlu dijadikan perhatian. Apakah itu? Membicarakan sesuatu yang baru, menyampaikan hal yang up to date dan tidak diketahui oleh semua orang memang menarik untuk dilakukan. Namun kita pun harus berhati-hati menyampaikan sesuatu yang kita dengar hanya sepintas lalu, atau yang belum kita ketahui kejelasannya.
Lalu, bagaimana caranya agar lisan kita tetap terjaga? Ada ilmu tentang adab penggunaan lisan, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Selalu mengeluarkan kalimat yang baik
Berusaha agar selalu menjaga lisan dengan berkata yang baik-baik. Dan menggunakan kalimat yang baik merupakan bagian dari sedekah. Seperti yang terdapat dalam hadist :
"Kalimat yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah yang ia langkahkan untuk shalat (berjamaah di masjid) adalah sedekah, dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah." (HR. Al-Bukhari)
Menghindari perdebatan meskipun benar
Orang yang menghindari perdebatan dijamin oleh Rasulullah akan mendapatan surga. Meskipun kita yakin berkata yang benar, namun Rasul menganjurkan untuk menghindari perdebatan.
Tidak mengutuk dan bicara kotor
Orang yang suka berbicara kasar, mencaci, menggunjing atau merendahkan orang lain bukanlah sikap orang yang beriman.
Rasulullah saw. bersabda :
"Seorang mukmin itu bukanlah seorang yang tha'an, pelaknat, (juga bukan) yang berkata keji dan kotor." (HR.Bukhari)
Bersuara jangan terlalu keras
Merupakan adab yang tidak baik, jika kita bersuara keras atau tertawa terbahak-bahak. Seperti yang Allah swt. perintahkan dalam surat Lukman :
"Dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." (QS. Luqman : 19)
Itulah beberapa ilmu tentang adab yang dapat menuntun kita agar pandai menempatkan pembicaraan sebagaimana mestinya.
Karena sesungguhnya lisan yang melukai hati seseorang, lukanya lebih susah sembuh, dibandingkan sakit secara fisik. Ibarat tancapan paku yang ada di kayu, meskipun paku telah dicabut, namun bekasnya akan selalu ada.
Semoga kita selalu dilindungi oleh Allah, untuk menjaga lisan kita. Aamiin.
Referensi : Majalah Ummi no. 11/XXIV/Nov 2012
41 Comments
Tulisan ini menjadi pengingat mba. Semoga Allah selalu menjaga lisan kita dan kita menjaga diri kita juga ya mba
ReplyDeleteMakasih mba
Aamiin... ya Mbak, semoga Allah senantiasa menjaga lisan kita
DeleteKalau emosi kadang susah kontrol omongan, mba. Silent is golden
ReplyDeleteBetul, susah sekali mejaga lisan kalau sedang emosi ya...
DeleteInspiratif banget, saat ini memang banyak yang belum pandai menjaga lisannya terlebih lagi orang yang berpendidikan tinggi.
ReplyDeleteSayang sekali pendidikannya ya...
DeleteAKu sedang berusaha untuk tidak bergibah atau gosip, tapi hal ini tidak serta merta langsung berhenti. AKu masih saja suka ngegosip, hadeuhhh susah ternyata, tapi sudah lumayan berkurang, semoga.. bisa semakin berkurang.
ReplyDeleteButuh proses ya Mbak...semoga Allah selalu melindungi kita
DeleteMulutmu harimaumu. Gitu ya mbak kata iklan. Tapi maaf mbak. Banyak juga sih yg sekolah juga gak bs jaga mulut. Tp gak bs disalahkan juga jika semakin rendah pendidikan smkin sulit mengontrol kata
ReplyDeleteHasil sekolahnya berarti gak dipakai, ya, Mbak :(
Delete"ketika hal yang diketahui adalah kejelekan, maka semua yang dibicarakannya kejelekan tersebut."
ReplyDeleteNote
Bener banget mbak..
Hrs selalu menuntut ilmu dan menuntut ilmu tdk hrs dsekolah formal, agar yg dbcrakan tdk berkutat kejelekan saja
Ya Mbak...menuntut ilmu bisa dimana saja dan kapan saja. Todak perlu harus yang formal, dari banyak membaca yang baik juga bisa nambah ilmu.
DeleteTerkadang wanita memang suka lupa mengerem mulutnya untuk bergosip yaa mbak.
ReplyDeleteKecuali wanita yang pandai menjaga lisannya ya... :)
DeleteKeep silent memang pilihan trbaik y mba... mdh2an bs spt itu terus
ReplyDeleteBetul Mbak...lebih baik diam
DeleteAku lebih baik diam drpd berdebat. Jadinya ya suka keceplosan bicara kasar.
ReplyDeleteSaya termasuk orang yang malas berdebat Mbak :)
DeleteKalau prinsip aku sih, yang ngomongin kejelakan kita adalah orang yg nggak berpendidikan ������
ReplyDeleteTerimankasih tulisannya, Mbak
Setuju Kak...orang berilmu, pasti bisa menjaga lisan.
DeleteTerima kasih Mbak Nurul sudah mengingatkan aku untuk menjaga lisan. Aku nih susah banget jaga lisan. Suka ceplas ceplos aja kalo ngomong.
ReplyDeleteYuk ah belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Yuk...mari Teh Dian, kita belajar jadi pribadi yang lebih baik lagi.
DeleteSubhanalloh,tulisan ini seperti teguran untuk aku. Kita seringkali lebih sibuk mengurusi keburukan org lain dan lupa bahwa kita jg punya keburukan. Dan sebaik-baiknya orang adalah yg bisa menjaga lisannya. Thanks sharingnya mba
ReplyDeleteLebih baik, kita sibuk mengurusi keburukan diri sendiri ya...
DeleteYang paling bahaya itu ibu-ibu yang kesehariannya di rumah, rajin nonton berita, sinetron, plus acara gossip lalu berkomentar di medsos 😌
ReplyDeleteDari semua adab di atas paling susah menjalankan berbicara yang pelan, soalnya sudah budaya mendarah daging di Makassar orang berbicara dengan keras dan seperti mau berantem 😌
Nah..nah ..ibu-ibu itu harus diberi kegiatan yang positif ya...
DeleteReminder banget nih mba, sebenernya kalo aku sendiri sih tipe orang yg gak terlalu banyak ngomong kalo ketemu langsung hehe alesanya ya kaya yg ditulis di sini takut salah ucap dan malah menyinggung perasaan lawan bicara 😊
ReplyDeleteYa mbak, emang paling takut kalau salah ucap dan malah menyinggung perasaan lawan bicara.
Deleteterima kasih sudah mengingatkan, mbak. tapi memang benar, semakin sedikit aktivitas orang makin semakin sering pula ia menggunjing. kadang, saya sering dimarahi suami kalo udah duduk, ngumpul sama ibu-ibu di depan rumah. biasanya kalo duduknya ga jelas gitu ujung2nya jadi menggosip. walau ga ikutan, tapi ikutan mendengar juga dosa kan ya,
ReplyDeleteHihihi...iya Mbak, saya juga lebih baik gak ikut nimbrung kalo ada yang ngobrol-ngobrol, takutnya malah ngegosip.
Deletesering banget aku denger stereotype begitu. IRT hobinya gosip, percaya berita hoax, sukanya share artikel gak jelas di sosmed. Meski IRT di sekitarku gak gitu2 amat, tapi emang ada beberapa begitu.
ReplyDeleteAh, gak usah ngomongin IRT deh.. Org2 yg kayaknya berpendidikan tinggi, tpi banyak juga yang kalo ngomong enggak dipikir. Percaya berita hoax, sukanya share tulisan enggak jelas sumbernya.
Betul Mbak...pendidikannya gak dipakai untuk menggunakan lisan yang baik ya...
DeleteSetuju mba. Susah2 gampang memang menjaga lisan padahal semua tahu lisan itu tajamnya luar biasa. Mengenai menjaga lisan untuk tidak berdebat meski benar saya jadi ingat pesan suami, dalam debat itu yg menang yg bersuara besar bukan bersuara benar.. jadi harus pilih2 momen
ReplyDeleteNah kan... itulah kenapa saya juga gak suka berdebat :)
Deletemereka bilang apapun itu hak mereka, hak kita adalah tidak menggubris
ReplyDeletewah menjaga lisan itu emang paling sulit mah.. apalagi kalo ibuk-ibuk lagi pada ngumpul udah pasti ketebak apa yang dibicarakan haha.. ingat deh.. lebih baik diam dari pada nngomong yang tidak bermanfaat bahkan pepatah mengatakan mulutmu harimau mu kalo nggak bisa jaga lisan bisa jadi dia bakal jadi bomerang bagi kamu..
ReplyDeleteterkadang orang yang agamanya pun tinggi dan selalu menjunjung tinggi agamamu pun jika marah suka tak kontrol... menancap sakit di hati tak pernah hilang..dan itu sering terulang terus menerus.. suka mngkritik tapi tak mau di kritik, sll merasa diri paling benar dan paling sempurna sholatnya. dan suka meremehkan org lain. kenapa smua sifat itu ada terhadap orgtuaku (bapak). dan sampe skrg membekas di hati.. membuat saya selalu mengingat2.. wlopun sribu kebaikan yg di buatnya tpi tetap teringat selalu dan benci shingga tak mau n malas mengobrol dgn beliau.. durhaka kah saya? :'(
ReplyDeletedengan lisan, orang bisa mulia. begitu pun sebalik nya, orang bisa hina karena lisan nya
ReplyDeleteWah menjaga lisan ini sangat susah dipraktekkan hiks.apalagi kalau sedang marah..huhu, tapi harus terus diupayakan
ReplyDeleteterima kasih kak udah menulis tentang ini ya, sebagai pengingat buat kita semua
Pentingnya menjaga lisan agar aib tak tersebar
ReplyDeleteImam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam Al Adzkar bahwa Qis bin Sa'idah dan Aktsam bin Shaifi pernah berkumpul.
Salah seorang di antara mereka berkata pada sebagian yang lain, "Berapa aib yang engkau temukan pada anak Adam?"
Dijawab, "banyak sekali tak terhitung, yang pernah aku hitung ada 8.000 aib. Namun aku tahu 1 hal, jika engkau lakukan maka semua aibmu akan tertutup."
"Apa itu?" kata kawannya.
Beliau menjawab, "Menjaga lisan."
orang yang banyak bicara bukan hanya banyak salahnya, tapi juga banyak pengulangannya karena mereka sibuk mengeluarkan yang ada di kepalanya dan itu ada batasnya. seringkali isi kepala yang sudah dikeluarkan akan dibicarakan lagi dan itu menyebalkan bagi yang mendengarnya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^