Pertama kali mengenal roti dari Orange Bakery, ketika saya menghadiri sebuah acara di Wahana Bakti Pos Bandung. Kala itu, pemilik usaha roti dengan slogan "Your Reliable Partner on Bread Product" ini, menjadi salah satu sponsor acara milad Indscript. Sebagai bagian dari komunitas Ibu-ibu Doyan Bisnis (IIDB) dan Emak Pintar Bandung (EPB) yang dinaungi oleh Indscript, Teh Eli Kamaliah memberikan beberapa roti buatannya, untuk dijadikan door price dalam acara ulang tahun Indscript Creative.
Sayang sekali, waktu itu saya tidak berkesempatan mendapatkan hadiah saat bagi-bagi door price roti berbentuk buaya kecil. Hanya bisa memandang teman-teman lain yang bisa mendapatkannya. Dari bentuknya, mengingatkan saya pada makanan khas orang betawi. Kalau tidak salah sajian roti berbentuk buaya itu, menjadi menu utama jika ada perayaan besar. Bagaimana dengan rasanya, ya?
Baca juga : Learning, Action, and The Power of Giving di Milad Indscript
Pada sore harinya, grup WhatsApp Emak-emak Pintar Bandung ramai membahas keseruan acara dari pagi hingga siangnya. Tidak ketinggalan komentar yang merasa bersyukur karena mendapatkan beraneka barang yang bisa dibawa pulang. Selain isi goodie bag yang banyak, peserta yang mendapatkan door price roti dari Orange Bakery pun mengungkapkan rasa puas karena sudah menikmati rasanya. Semua bilang, rotinya enak! Duuh ... saya semakin penasaran, dong!
Kebetulan, ketika pulang dari acara milad Indscript, saya menggunakan transportasi yang sama dengan pemilik Orange Bakery tersebut. Selama di perjalanan, kami pun banyak bertukar cerita, termasuk keberadaan tempat tinggal kami yang ternyata tidak berjauhan.
Terus terang saya kagum dengan cerita seputar kegiatannya mengelola usaha roti. Dari kisah ibu dari dua orang anak ini, diketahui ternyata produknya diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas. Produk rotinya tersebut dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah makan dan cafe-cafe yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya.
Well ... saya bisa menduga-duga di kisaran berapa harga rotinya. Dan saya yakin, semua itu disesuaikan dengan kualitas barang yang dihasilkan oleh usahanya.
Setelah sekian minggu, akhirnya saya berkesempatan berkunjung ke tempat Teh Eli dengan membawa serta anak lelaki saya. Yang saya bayangkan, ketika bertemu dengan pemilik Orange Bakery ini, saya akan berada di rumah yang produktif, dengan anaknya yang masih kecil. Saya kira, selama saya ngobrol asyik dengan Teh Eli, anak saya bisa bermain dengan anak pemilik usaha roti itu.
Ternyata ketika saya berkunjung ke Perum Bumi Orange, tempat kami akan bertemu, yang saya lihat sama sekali di luar dugaan. Nyatanya saya berada di sebuah rumah dengan mesin pengolah roti dan oven besar di dalamnya. Tidak ada sama sekali, kegiatan sebuah rumah dengan tingkah laku anak kecil di dalamnya. Hehehe...
Oalaah ... ternyata saya berada di sebuah rumah produksi. Di rumah itu, ada Teh Eli beserta karyawannya yang sedang mengolah roti. Semerbak wangi dari olahan roti yang sedang dibakar, begitu menggoda, dan membuat perut saya berbunyi pelan. #tutupmuka
Kami berdua pun melanjutkan perbincangan kami seputar usaha yang sedang dirintis oleh Teh Eli, kegiatan menulis yang sedang saya lakukan dan obrolan seputar bisnis online. Kami saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling belajar. Kami sadar, berbisnis tidak bisa lepas dari kegiatan menulis untuk mempromosikan produk dan penulis pun harus bisa berkembang serta memiliki penghasilan dari hasil tulisannya.
Baca juga : Penulis Harus Dapat Berbisnis, Pebisnis Perlu Bisa Menulis
Usaha roti yang menurut Teh Eli masih kecil ini, ternyata merupakan usaha lanjutan (kalau boleh saya bilang, usaha warisan) dari seorang chef yang juga tetangga di rumahnya. Dulu, sekitar dua setengah tahun yang lalu, keluarga Teh Eli berkenalan dengan seorang chef yang mempunyai usaha pabrik roti.
Selain kesibukannya mengelola pabrik roti, chef tersebut juga harus mengajar di sebuah akademi tataboga di Kota Bandung. Kerepotannya inilah yang membuat chef tersebut mengajak keluarga Teh Eli, untuk bekerja sama mengelola usaha pabrik roti.
Jika Teh Eli mengatakan usaha pabrik rotinya masih terbilang kecil, tapi tidak begitu kalau menurut saya. Di dalam pabriknya, selain penuh dengan alat untuk memproduksi roti, saya juga melihat sebuah oven tiga susun yang berukuran besar. Sebesar lemari pakaian tiga pintu. Dan saya perkirakan harganya lebih dari dua puluh lima juta. Nah, peralatan selengkap itu, bukan termasuk golongan usaha kecil, bukan?
Ternyata kerja sama dua kenalan tersebut, tidak bisa berjalan lebih lama. Kesibukan sang chef membuat dia menyerahkan semua usahanya untuk diteruskan dan dikelola oleh keluarga Teh Eli. Dan akhirnya Orange Bakery pun berpindah kepemilikan. Dari resep masakan hingga peralatannya diserahkan pada kawan saya itu. Alhamdulillah, pesanan terus berdatangan dan pabrik rotinya semakin berkembang. Wah, saya salut, deh, dengan perempuan yang bisa mengurus bisnisnya dengan baik, tanpa mengesampingkan urusan rumah tangganya. Usaha jalan, anak-anaknya pun terurus dengan baik.
Baca juga : Perempuan Bergerak Statis? Bukan Zamannya Lagi, Loh!
Hingga sekarang, Teh Eli memproduksi rotinya berdasarkan pesanan klien yang sudah dirintis oleh chef kenalannya. Bisa dibilang, tinggal meneruskan pesanan langganan. Kebanyakan langganan chef tersebut berasal dari pemilik rumah makan dan cafe. Ketika ditanya apakah roti produksinya dijual di warung-warung terdekat? Perempuan berjilbab panjang ini mengatakan, bahwa harga rotinya tidak bisa bersaing dengan roti yang ada di warung. Harganya tidak bisa menutupi biaya bahan dan produksi.
Wajar saja sih, karena memang roti dari Orange Bakery rasanya lembut dengan rasa manis yang pas di lidah. Begitu disobek, tekstur rotinya terlihat halus. Kebetulan saya sudah merasakan roti tawar dan roti sobek produk Orange Bakery ini.
Tahukah teman, enggak memakan waktu lama, dua bungkus roti itu, ludes dinikmati oleh kami sekeluarga. Bahkan roti tawarnya enaak, meskipun tanpa tambahan selai apapun, loh!
Roti Buaya - Orange Bakery |
Baca juga : Learning, Action, and The Power of Giving di Milad Indscript
Pada sore harinya, grup WhatsApp Emak-emak Pintar Bandung ramai membahas keseruan acara dari pagi hingga siangnya. Tidak ketinggalan komentar yang merasa bersyukur karena mendapatkan beraneka barang yang bisa dibawa pulang. Selain isi goodie bag yang banyak, peserta yang mendapatkan door price roti dari Orange Bakery pun mengungkapkan rasa puas karena sudah menikmati rasanya. Semua bilang, rotinya enak! Duuh ... saya semakin penasaran, dong!
Kebetulan, ketika pulang dari acara milad Indscript, saya menggunakan transportasi yang sama dengan pemilik Orange Bakery tersebut. Selama di perjalanan, kami pun banyak bertukar cerita, termasuk keberadaan tempat tinggal kami yang ternyata tidak berjauhan.
Terus terang saya kagum dengan cerita seputar kegiatannya mengelola usaha roti. Dari kisah ibu dari dua orang anak ini, diketahui ternyata produknya diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas. Produk rotinya tersebut dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah makan dan cafe-cafe yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya.
Well ... saya bisa menduga-duga di kisaran berapa harga rotinya. Dan saya yakin, semua itu disesuaikan dengan kualitas barang yang dihasilkan oleh usahanya.
Setelah sekian minggu, akhirnya saya berkesempatan berkunjung ke tempat Teh Eli dengan membawa serta anak lelaki saya. Yang saya bayangkan, ketika bertemu dengan pemilik Orange Bakery ini, saya akan berada di rumah yang produktif, dengan anaknya yang masih kecil. Saya kira, selama saya ngobrol asyik dengan Teh Eli, anak saya bisa bermain dengan anak pemilik usaha roti itu.
Ternyata ketika saya berkunjung ke Perum Bumi Orange, tempat kami akan bertemu, yang saya lihat sama sekali di luar dugaan. Nyatanya saya berada di sebuah rumah dengan mesin pengolah roti dan oven besar di dalamnya. Tidak ada sama sekali, kegiatan sebuah rumah dengan tingkah laku anak kecil di dalamnya. Hehehe...
Oalaah ... ternyata saya berada di sebuah rumah produksi. Di rumah itu, ada Teh Eli beserta karyawannya yang sedang mengolah roti. Semerbak wangi dari olahan roti yang sedang dibakar, begitu menggoda, dan membuat perut saya berbunyi pelan. #tutupmuka
Kami berdua pun melanjutkan perbincangan kami seputar usaha yang sedang dirintis oleh Teh Eli, kegiatan menulis yang sedang saya lakukan dan obrolan seputar bisnis online. Kami saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling belajar. Kami sadar, berbisnis tidak bisa lepas dari kegiatan menulis untuk mempromosikan produk dan penulis pun harus bisa berkembang serta memiliki penghasilan dari hasil tulisannya.
Baca juga : Penulis Harus Dapat Berbisnis, Pebisnis Perlu Bisa Menulis
Usaha roti yang menurut Teh Eli masih kecil ini, ternyata merupakan usaha lanjutan (kalau boleh saya bilang, usaha warisan) dari seorang chef yang juga tetangga di rumahnya. Dulu, sekitar dua setengah tahun yang lalu, keluarga Teh Eli berkenalan dengan seorang chef yang mempunyai usaha pabrik roti.
Selain kesibukannya mengelola pabrik roti, chef tersebut juga harus mengajar di sebuah akademi tataboga di Kota Bandung. Kerepotannya inilah yang membuat chef tersebut mengajak keluarga Teh Eli, untuk bekerja sama mengelola usaha pabrik roti.
Jika Teh Eli mengatakan usaha pabrik rotinya masih terbilang kecil, tapi tidak begitu kalau menurut saya. Di dalam pabriknya, selain penuh dengan alat untuk memproduksi roti, saya juga melihat sebuah oven tiga susun yang berukuran besar. Sebesar lemari pakaian tiga pintu. Dan saya perkirakan harganya lebih dari dua puluh lima juta. Nah, peralatan selengkap itu, bukan termasuk golongan usaha kecil, bukan?
Ternyata kerja sama dua kenalan tersebut, tidak bisa berjalan lebih lama. Kesibukan sang chef membuat dia menyerahkan semua usahanya untuk diteruskan dan dikelola oleh keluarga Teh Eli. Dan akhirnya Orange Bakery pun berpindah kepemilikan. Dari resep masakan hingga peralatannya diserahkan pada kawan saya itu. Alhamdulillah, pesanan terus berdatangan dan pabrik rotinya semakin berkembang. Wah, saya salut, deh, dengan perempuan yang bisa mengurus bisnisnya dengan baik, tanpa mengesampingkan urusan rumah tangganya. Usaha jalan, anak-anaknya pun terurus dengan baik.
Baca juga : Perempuan Bergerak Statis? Bukan Zamannya Lagi, Loh!
Hingga sekarang, Teh Eli memproduksi rotinya berdasarkan pesanan klien yang sudah dirintis oleh chef kenalannya. Bisa dibilang, tinggal meneruskan pesanan langganan. Kebanyakan langganan chef tersebut berasal dari pemilik rumah makan dan cafe. Ketika ditanya apakah roti produksinya dijual di warung-warung terdekat? Perempuan berjilbab panjang ini mengatakan, bahwa harga rotinya tidak bisa bersaing dengan roti yang ada di warung. Harganya tidak bisa menutupi biaya bahan dan produksi.
Wajar saja sih, karena memang roti dari Orange Bakery rasanya lembut dengan rasa manis yang pas di lidah. Begitu disobek, tekstur rotinya terlihat halus. Kebetulan saya sudah merasakan roti tawar dan roti sobek produk Orange Bakery ini.
Tahukah teman, enggak memakan waktu lama, dua bungkus roti itu, ludes dinikmati oleh kami sekeluarga. Bahkan roti tawarnya enaak, meskipun tanpa tambahan selai apapun, loh!
Roti Sobek - Orange Bakery |
Roti Aneka Rasa - Orange Bakery |
Selain roti tawar dan roti sobek, Orange Bakery juga menyediakan roti rasa dengan pilihan yang beragam. Ada rasa coklat, keju, coklat keju, coklat kacang, coklat pisang, stroberry dan rasa blueberry.
Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau, yaitu dengan harga dari dua ribu rupiah hingga seratus lima puluh ribu rupiah.
Roti tawar ori - Orange Bakery |
Roti Tawar Rainbow - Orange Bakery |
Roti Tawar Leopard - Orange Bakery |
Terus terang, saya ketagihan dengan rasa rotinya yang lembut dan enak itu. Anak sulung saya, yang kurang begitu suka dengan roti, ketika diberi produknya Orange Bakery, terlihat menikmatinya hingga tandas.
Barangkali teman-teman ada yang mau berkunjung ke pabriknya dan sekaligus membeli roti di sana, bisa mendatangi tempatnya di Perum Bumi Orange Blok E5-15, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Barangkali teman-teman ada yang mau berkunjung ke pabriknya dan sekaligus membeli roti di sana, bisa mendatangi tempatnya di Perum Bumi Orange Blok E5-15, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Dijamin enggak nyesel, deh! Rotinya memang nikmat!
31 Comments
Enyaaak keliatannya.. pengen dipencet-pencet.. eh itu squishy ya. Maklum krucils dirumah koleksi squishy banyak yang bentuk kue haha.. pengen ditelan smua itu kue. Kue buaya ad ajuga mba? pengen hehe
ReplyDeleteAdanya baru roti aja
DeleteDuuuuh, saya pecinta roti, roti buayanya sungguh menggoda, kalau ada acara keluarga seperti arisan keluarga dan pengajian bisa pesankah?
ReplyDeleteSalam kenal teh rani,mangga rotinya bisa dipesan di wa 081214362183
DeleteSalam kenal teh Rani,sy eli dr orange bakeri..kl mau pesan wa aja k 081214362183
Deleteroti itu paling dicari adalah texture dan cita rasanya. Kalo roti keras dan citarasanya terlalu berlebihan maka rotinya tidak enak rasanya. Tapi, kayanya roti di orange bakery ini lezat nih dan unik unik lagi roti tawar yg bentuknya kaya pelangi gitu.
ReplyDeleteRoti pelanginya unik, tekturnya lembut..Enaak!
DeleteKok aku br denger nih Orange Bakery, ngeliatin rotinya yg abis dipanggang langsung ngiler, pengen icip2 hehe.
ReplyDeleteBtw, itu roti tawar rainbow-nya lucuk amat haha!
Hayuuk..diicip Mas Timo
Deleteduh..Bandung, sayang jauh dari Bengkulu, padahal kan aku jadi kepengen cicip mbak
ReplyDeleteSiapa tau, bisa dikirim Mbak hehehe
Deleteduuuh naksir roti tawar rainbow dan leopardnya deeeh. instagram-able bgt hehehee.. semoga makin banyak lagi varian roti dari Orange Bakery ini yaa
ReplyDeleteYa..semoga variannya bertambah ya..
Deleteaduh kalo nemu roti enak itu rasanya nggak mau pindah ke lain hati ya. bisa delivery ke jogja nggak nih? hehe
ReplyDeleteHarus ditanyakan pada ownernya, bisa dikirim, gak, ya??
DeleteRainbow... Roti tawar..unik banget..
ReplyDeleteAda roti buaya juga.. aku penasaran..sama isi roti buaya..apakah roti semua Apada isi coklat dll
Iya bentuknya unik! Tekturnys lembuut!
DeleteKeliatan banget rotinya enak. Aku suka pilih-pilih makanan, terutama roti. Kalo keliatannya ga meyakinkan dari segi bungkusnya aku pilih gak makan daripada kecewa. Haha
ReplyDeleteBetul, kalau dari bungkusnya aja sudah gak meyakinkan, lebih baik gak beli.
DeleteMakanan di Bandung kan emang enak-enak. Doohh... Jadi mau nyoba rotinya. Keren ya ibu Eli
ReplyDeleteAyo. ke Bandung Mbak Heheheh
DeleteMashaAllah...produktif sekali gaa teh..
ReplyDeleteSaya kagum sama perempuan yang mampu mengembangkan minat dan bakatnya ke arah preneurship.
Semoga makin maju usahanya.
Pengen seperti itu juga ya...bisa produktif
DeleteDuh rotinya bikin ngiler. Kayaknya enak2 nih. Jadi kepingin cicip2.
ReplyDeleteBtw jadi.penasaran nih sama roti buayanya. Boleh deliverykah?
wuah salah nich jam segini baca artikel jadi pengennn makan roti. mauuuukkkkkk
ReplyDeleteKirain teh roti buaya cuma ada di Betawi, eh di Bandung juga ada ya? Orange bakery baru denger sih teh jujur. Biasanya kalau ke Bandung aku beli roti Ciwawa hehe
ReplyDeleteduuuuh aku suka banget sama roti, jadi pengen! untung awal bulan mau ke Bandung hehehe
ReplyDeleteLucu banget rotinya ada yang berbentuk buaya. Biasanya roti kaya gitu suka ada di dalam pernikahan dengan adat betawi. Kalau di Bandung kira-kira bisa order orange bakery dimana ya?
ReplyDeleteSy suka roti spt ini
ReplyDeleteRoti manis dgn sedikit gula dan kismis sy paling suka tuk sarapan atau teman ngeteh
Terima kasih teh nurul sudah mengulas tentang orange bakeri,tulisannya benar benar membuat sy GR,tp sy yang justru merasa sangat beruntung bisa mengenal perempuan se-produkrif teteh...smoga bisa belajar sm teteh..
ReplyDeleteSam-sama Teh Eli...saya juga banyak belajar dari Teteh :))
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^