Kunci Sukses Menjalani Pernikahan Hingga Usia Lanjut. Pada saat seorang kawan mencurahkan segala isi hatinya, yang bisa saya lakukan hanya diam mendengarkan. Berusaha tidak berkomentar apalagi mengatakan sesuatu yang sifatnya menyalahkan dia. Hal tersebut saya lakukan, mencegah dia merasa tidak nyaman saat mengungkapkan segala kekesalan yang tampaknya sudah sampai ke ubun-ubun itu.
Perempuan berwajah manis itu, sesekali menyeka ujung matanya saat bercerita. Dia terlihat sangat kecewa dengan keadaan yang sedang dihadapinya. Masalah pernikahan. Sebenarnya saya greget, ingin memotong semua keluh kesahnya. Bukankah di setiap pernikahan akan ditemukan berbagai masalah? Sepertinya tidak ada pernikahan yang tanpa masalah, benar, enggak, sih?
Melangsungkan pernikahan, bukan berarti suami istri menjadi manusia yang berbadan satu, memiliki empat tangan, berkaki empat serta berkepala satu. Sejatinya, pasangan suami istri tetaplah dua manusia yang berbeda beserta karakter yang berbeda pula. Terlebih dalam menjalani biduk pernikahan, sisi asli masing-masing akan lebih dominan terlihat, seiring perjalanan waktu.
Kawan saya, mengeluhkan sifat dan sikap suaminya yang katanya sangat berbeda ketika mereka belum menikah. Dia tampak kecewa, karena mulai merasa asing dengan sosok yang dulu dikenalnya. Sesi curhat tersebut, lama-kelaman berkembang, pembicaraan dia mulai menjurus pada pernyataan yang mengarah pada ungkapan "ketidakcocokan."
Kalau sudah membahas ketidakcocokan, bisa ditebak ujung-ujungnya, ya, kan?
Kalau sudah membahas ketidakcocokan, bisa ditebak ujung-ujungnya, ya, kan?
Hmm ... padahal nih, ya, kalau mau sejenak merenung, kenapa kita selalu melewatkan hal-hal baik yang ada pada pasangan kita, dan cenderung lebih fokus pada hal-hal yang menurut kita kurang baik? Kenapa, coba? :))
Oleh karena itu, ketika kawan saya mengambil napas beberapa saat usai bercerita, saya pun meminta dia untuk mengingat-ingat hal-hal baik yang ada pada pasangannya selama mereka menikah. Tahukan, teman? Kawan tersebut menjawab permintaan saya dengan sesekali memperlihatkan senyum simpul di bibirnya.
Rupanya, suasana hatinya perlahan mulai membaik ...hihihi.
Rupanya, suasana hatinya perlahan mulai membaik ...hihihi.
Mendung kesedihan yang menghiasi matanya di saat pertama kali kami bertemu, perlahan tersibak. Sesekali dia bercerita sambil tersenyum. Dan saya pun bisa bernapas lega. Setidaknya saya bisa mengarahkan dia untuk mensyukuri semua kebaikan yang ada pada suaminya, ketimbang selalu mengingat-ingat sisi negatifnya. Tsaah ... *kibasjilbab
Seperti yang ditulis dalam Buku "Marriage With Heart" karya Elia Daryati & Anna Farida, bahwa manusia itu makhluk hidup yang akan terus mengalami perubahan. Setiap detik, seseorang akan berubah. Dia bukan lagi sosok yang sama saat mengucapkan akad nikah di awal pernikahan. Apalagi jika dibandingkan sikap pasangan saat belum menikah.
Saat menjalani masa berpacaran atau pendekatan, beberapa orang biasanya akan memperlihatkan sisi baiknya demi menarik perhatian pasangan. Tentu saja, sebisa mungkin semua hal kurang baik tidak akan diperlihatkan.
Eh, tetapi tidak semuanya begitu, deh! Karena pasangan saya tidak pernah berubah. Tetap seperti dulu. Kadang menyenangkan, kadang menjengkelkan juga #ups buka rahasia. Hahaha ...
Intinya, semakin lama kita menjalani pernikahan, maka kita dan pasangan akan tumbuh menjadi sosok yang semakin berbeda. Jadi kalau ada yang mengeluhkan pasangannya banyak berubah, sama saja dia mengeluh karena pasangan bertumbuh.
Berbagai jenis handphone saja, tiap saat ada perkembangan. Selalu muncul versi terbaru. Masa, sih, manusia tidak boleh berkembang seumur hidup? #nah, loh!
Oh iya, perubahan yang dimaksud di sini, tentu saja perubahan ke arah yang lebih baik ya. Kalau berubah menjadi sosok yang bisa membahayakan kesehatan dan keselamatan kita, ya ... perlu diwaspadai, dong!
Lalu apa yang ada dalam benak teman-teman saat melihat pasangan yang bisa merayakan ulang tahun pernikahan ke 50 tahun? Terbayang enggak, hidup dengan orang yang sama selama 50 tahun? Jangan-jangan malah jadi bosen, hihihi ...
Dalam Buku "Marriage With Heart" diulas pula mengenai kunci sukses pasangan agar bisa menjalani pernikahan hingga usia lanjut. Ternyata kuncinya hanya satu, selalu mengingat bahwa tidak ada orang yang sempurna, tiap orang ada kelebihan dan ada kekurangannya.
Saat melihat pasangan memiliki banyak kekurangan, kita pun wajib melihat ke dalam diri sendiri yang pastinya juga punya banyak kekurangan. Jadi daripada saling menyalahkan, lebih baik berkomunikasi dan dirundingkan saja.
Baca juga : Kunci berkomunikasi Yang Positif
Kemungkinan lain yang bisa terjadi dalam mengarungi perjalanan rumah tangga, saat kita tidak menolak perubahan pada pasangan kita, tetapi kita merasa tidak nyaman dengan semua perubahan tersebut. Suasana yang tidak nyaman bahkan membuat kita mengubah kebiasaan yang membuat kita tidak suka.
Akibatnya hal-hal kecil akan semakin sering dibahas untuk diperdebatkan, dikritik sehingga akhirnya lama-lama jadi hal besar.
Masalah yang tadinya terlihat sepele berkembang menjadi masalah besar dan membuat pernikahan seperti di ujung tanduk. Hiii ... tidak ada yang mau mengalami hal tersebut, bukan?
Komitmen untuk Kompromi Agar Sukses Menjalani Pernikahan
Menjadi suami dan istri memang harus siap dengan kata kompromi. Dua insan yang berbeda, hidup bersama selama bertahun-tahun, saling mengetahui kebiasaan yang baik hingga kebiasaan buruk, memerlukan kompromi agar bisa bertahan.
Jadi, tidak hanya salah satu yang mau berkompromi sedangkan yang lainnya cuek aja. Sebaiknya suami dan istri sama-sama bisa berkompromi.
Seperti kisah kawan saya, yang hanya bisa membathin rasa tidak suka, inilah saatnya dia mulai berbicara. Mengungkapkan semua yang dirasakannya pada sang suami. Sehingga kompromi bisa lebih lancar.
Selain membahas kunci sukses dalam pernikahan, beberapa trik agar kompromi dalam rumah tangga bisa berjalan lancar, juga dituturkan oleh Anna Farida & Elia Daryati dalam bukunya tersebut. Apa saja trik yang dimaksud?
Tentukan visi misi pernikahan. Rumuskan bersama dan kemudian tuliskan. Tujuannya agar bisa dijadikan patokan ketika terjadi perbedaan pendapat di tengah jalan.
Memilah kebenaran yang harus dipertahankan dengan yang recehan.
Seorang ahli komunikasi berkata bahwa kita harus bisa memilah kebenaran yang mutlak dipertahankan dengan hal receh yang bisa kita iyakan tanpa perlu perdebatan.
Misalnya, jika suami istri memiliki misi ingin menyekolahkan anak hanya di rumah (homescholling), pada saat pasangan bertanya tentang pilihan sekolah, maka sebaiknya ingatkan pasangan dengan visi misi yang telah disepakati bersama. Ditinjau kembali apa yang telah dituliskan.
Dan pada saat pasangan memiliki perbedaan selera mengenai warna baju yang akan digunakan untuk ke pesta, tidak perlu menghabiskan energi untuk berdebat. Karena hal tersebut hanya kebenaran recehan tanpa perlu kompromi. Cukup iyakan saja.
Yang dimaksud kebenaran recehan ini, sifatnya sama dengan sekantung uang receh. Nilainya tidak seberapa, tetapi bobotnya berat. Memperdebatkan hal yang receh bisa membuat hati kita berat, apalagi jika membahasnya berulang kali. Suami dan istri perlu menentukan hal yang perlu dikompromikan dan mana yang perlu dibahas lebih jauh berpatokan pada visi misi pernikahan.
Baca juga : Memilah Prinsip dan Recehan Dalam Rumah Tangga
Perbedaan keinginan dan selera itu wajar-wajar saja. Kita hanya perlu memahami karakter pasangan, menghargai pasangan, saling menerima keadaan masing-masing serta mengomunikasikannya.
Hal tersebut sejalan dengan post triger #KEBloggingCollab dari kelompok Mira Lesmana tulisan mak Anis Khoir yaitu "Menyikapi perbedaan dalam pernikahan".
Selain yang sudah saya paparkan sebelumnya, kalau menurut teman-teman, apalagi kunci sukses menjalani pernikahan hingga akhir hayat? Yuk, sharing!
46 Comments
harus banyak kompromi ya setlah nikah..
ReplyDeleteIyaa .. Mbak :)
DeleteKayaknya wajar ya akan sifat perubahan ini. tentang bagaimana laki-laki saat pedekate lebih menonjolkan kelebihannya, kalo gak gitu ya agak susah dapetnya. haha.
ReplyDeleteWkwkwk...iya juga sih, kalau gak diliatin kelebihannya, cewek gak ada yang tau ya.. ^~^
Deletebetul semuanya serba harus di kompromikan ya teh ga bisa klo cuman mendem sendiri dalam hati
ReplyDeleteBanyak dipendem malah makan ati, ya, Teh hihihi
Deletesaling mengalah dan kompromi ya.., supaya ketemu di titik yang sama
ReplyDeleteKalau udah ketemu titik yang sama, pasti aman tentram ya..
Deleteduuuh, tulisan ini wajib disimpan, buat nanti-nanti. Hahaha
ReplyDeletekalau buat sekarang ini, masih ngawang-ngawang. Soalnya nggak tau mau menerapkan kunci suksesnya sama siapa. Hahaha
Ya..buat dipraktekin nanti Kak Ros. Sekarang fokus ke S2-nya aja dulu hihihi
DeleteIya, teh...
ReplyDeleteYang kebayang pas gadis dulu..."Bosen gak siih tinggal sama dia teruss...?"
Ternyata yaa..begini namanya keluarga.
Kalo deket kadang berantem, cuek, nangis, ngakak bareng...tapi kalo jauh, rindunya bukan main.
Ada ajaa...yang dijadiin bahan olokan.
Hiihii...seneng banget pokoknya teh...
Punya sparring partner yang nyebelin sekaligus ngangenin.
Ternyata enggak seperti yang dibayangkan ya, Teh. Kirain bakalan bosen, ternyata malah banyak warna :))
DeleteIya Teh, emang harus dicocok-cocokin yah Teeh :))
ReplyDeleteAku tuh hobi banget nonton, tapi suami kalo dibawa ke bioskop bawaannya ngantuk terus bhahahaha
Dulu mah suka berantem tapi setelah 15 tahun lebih nyantai hehehe.
Ternyata suami kita sama Teeh, suka ngantuk kalau diajak nonton wkwkwk ...
DeleteIya, betul juga, kalau di awal-awal memang butuh penyesuaian ya...
Wah, bacaan yang layak dibaca ulang nih kelak. Biar bisa terus memupuk harmonisnya rumah tangga. Terima kasih sharingnya, mbak
ReplyDeleteSemoga bermanfaat ya, Mbak :)
Deletekunci pernikahan hingga usia lanjut menurut saya adalah rasa pengertian dan tenggang rasa yg harus makin dimiliki oleh suami istri
ReplyDeletekadang istri hanya ingin dimengerti
begitu suami
harus ada dimana harus salah satu mengalah
yang penting lagi itu adalah komitmen dlm menjalankan pernikahan yang mengacu pada janji pernikahan
Setuju Mbak ... pengertian dan tenggang rasa dari kedua belah pihak. Perlu ada komitmen juga ya..
Deletemenikah bearti menjaga komitmen hingga maut memisahkan, saling melengkapi dan mencari jalan tengah dengan kompromi. keren moms. salut dengan berbagai tips nya
ReplyDeleteBetul Kak...semoga itu bisa membuat pernikahan langgeng ya
DeleteSebuah tulisan yang bisa menjadi bekal untuk Bulan yang masih jomblo ini.....huahaha..
ReplyDeleteNikah memang nggak mudah. Saya yang sudah 7 tahun aja masih begini sering berantem. Tapi kami memperbaiki komunikasi dan berusaha untuk juga bertumbuh lebih baik. Kalau kata psikolog, kita nggak bisa mengendalikan pikiran orang lain, tapi kita bisa mengendalikan pikiran diri sendiri
ReplyDeleteBetul Mbak...lamanya sebuah pernikahan bukan ukuran ya...
DeleteSepakat mak, kalau lagi ada masalah, ingat saat indahnya ya biar adem
ReplyDeleteMengingat yang indah-indah bisa melupakan masalah ya, Mbak
DeleteMengingat yang indah-indah bisa melupakan masalah ya, Mbak
DeleteBetul teh, antar pasangan memang harus menyamakan visi dan misinya, supaya arah gerak kapal pernikahan menuju cita-cita yang satu ya...
ReplyDeleteSaling mengingatkan visi misi bisa jadi bekal juga ya...
Deletesetelah menikah harus lebih saling mengerti dan mau mengalah ya mba
ReplyDeleteBetul Mbak..harus ada yang mau mengalah
DeleteMakasih banyak pengingatnya
ReplyDeleteCinta saja tidak cukup. Butuh saling pengertian yang luar biasa supaya sabarnya tidak berbatas..
ReplyDeleteIya Teteh...cinta aja gak cukup
DeleteMasalah dalam pernikahan akan menjadi pendewasaan. Kuncinya harus ada yang mengalah...kalau dua duanya keras ya bisa berantakan deh
ReplyDeleteBetul...dua-duanya keras mah bisa kacau...
DeleteMemang tak ada yang abadi di dunia ini. Yang abadi adalah perubahan itu sendiri, makanya kita harus beradaptasi alis berkompromi hehe.. sukaaa deh sama pembahasannya Teh Nurul. Keep writing Teh!
ReplyDeleteKarena tidak ada yang abadi, makanya kita harus bisa menerima perubahan ya, Mbak...
DeleteWah visi dan misi, keren Teh Nurul 😘
ReplyDeleteSaling bersinergi satu sama lain, saling pengertian selalu menjadi jembatan yang penting menjalani kehidupan yaa Teteh
Tidak hanya organisasi, dalam rumah tangga pun perlu visi misi ya... :))
Deletesaat sama-sama panas hati lebih baik salah satu menyingkir dulu. Jangan sampai tetup keukeuh merasa pendapatnya paling benar dan merasa lebih pintar..
ReplyDeleteSetelah dingin baru sidkusi lagi.
Itu sepertinya salah satu yang saya amati dilakukan orang tua saya, selain yang disebutkan di atas. Alhamdulillah Beliau berdua sudah menikah selama 55 tahun dan aman sentosa pernikahannya. :)
Setuju...lebih baik menyingkir dulu, ngadem ya, Mbak. Jangan sampai membahas dalam keadaan masih panas.
DeleteSuka sama bahasanya mbak Nurul. Kebenaran recehan. Inilah yang sering diperdebatkan dalam pernikahanku. Jadi ingin tahu lebih soal kebenaran recehan.
ReplyDeleteKebenaran yang tidak perlu dijadikan masalah yang berat, ya, kan? Hehehe
DeleteTerkadang memang kalau tidak hati-hati, yang recehan bikin ribut. Terimakasih sudah mengingatkan kembali mbak. Kalau saya memang masih balita usia pernikahannya. Jadi ya masih biasa-biasa saja mbak. Memamg tahun pertama kedua agak berat buat saya dan suami. Sekarang sudah mulai agak anteng mbak.
ReplyDeleteKarena komunikasi adalah koentji pernikahan yang abadi ya.
ReplyDeleteBener banget. Fokus saja ya ke hal-hal yang cocoknya. Dan nerima Perbedaan sebagai anugerah yang membuat hidup berwarna. Selama Perbedaannya masih bersifat positif. :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^