Puasa Saat Ramadhan Itu Bukan Hanya Menahan Diri Dari Lapar dan Haus Saja, Loh!

Sungguh kurang tepat jika puasa diartikan sebagai ibadah yang hanya menahan diri dari lapar dan haus saja. Puasa merupakan salah satu Rukun Islam yang membentuk insan pelaksananya untuk juga menahan diri dari semua perbuatan yang tidak baik. Umat yang melakukan puasa dituntut agar bisa mengendalikan hawa nafsunya, meningkatkan ketaqwaan dan keimanannya seperti yang telah dicontohkan oleh Rosulullah.

"Banyak orang yang shaum dan tidak mendapatkan nilai dari sisi Allah kecuali sebatas merasakan haus dan lapar saja."

Berpuasa atas dasar iman dan mengharap ridha Allah

Semestinya umat muslim melakukan ibadah puasa saat Ramadhan atas dasar iman dan mengharap ridha dari Allah SWT.  Bahkan dalam hadist telah diterangkan jika dengan berpuasa maka kita akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.

"Siapa yang bangun pada malam lailatul al-qadar itu karena dorongan iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. Dan siapa yang melaksanakan shaum Ramadhan itu karena dorongan iman dan berharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu." (H.R. Bukhari)

Menahan diri dari dusta dan perbuatan sia-sia demi kesempurnaan puasa

Sebagai syarat agar bisa mencapai peningkatan dalam kualitas ketaqwaan, melaksanakan ibadah puasa mesti dibarengi dengan menahan diri dari berkata dusta dan perbuatan sia-sia lainnya. Nah, berarti bukan hanya menahan diri dari lapar dan haus saja, bukan?


"Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan mengerjakannya, maka Allah tidak membutuhkan meninggalkan makanan dan minuman darinya." (H.R. Muslim)

Dalam hadist lainnya juga diungkapkan bahwa puasa bukan hanya sekedar menahan diri dari lapar dan haus saja, tetapi puasa juga sebagai perisai dari perbuatan yang tidak baik seperti suka berkata kotor atau mencaci maki orang lain.

"Shaum itu merupakan perisai, maka janganlah berkata-kata kotor dan berlaku bodoh, dan jika seseorang mencaci maki maka katakanlah sesungguhnya aku sedang shaum (2kali). Dan demi Allah bau mulut orang yang shaum itu bagi Allah lebih harum daripada minyak misk (kasturi). Ia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena Aku, shaum itu hanya untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya dan setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang seimbang." (H.R. Bukhari)

Seringkali kita temukan saat seseorang mencaci maki, maka akan dibalas lagi oleh orang yang telah dicacinya. Dengan berpuasa, tidak akan ada lagi orang yang saling mencaci. Karena diberi benteng dalam dirinya untuk tidak membalas perkataan yang tidak baik. Apalagi Allah juga berjanji jika setiap kebaikan yang kita lakukan akan dibalas dengan puluhan kebaikan yang seimbang.

Menahan mata, telinga dan lisan berbuat dosa 

Dengan melakukan ibadah puasa, semua hal yang berhubungan dengan pendengaran, penglihatan dan lisan juga dijauhkan dari perbuatan yang tidak baik.  Karena semua itu dapat mengundang dosa dan tidak disukai oleh Allah SWT. Sehingga dengan berpuasa, semua orang bisa bersikap lebih baik dari saat tidak melaksanakan ibadah puasa.

Semua itu, tercantum dalam hadist yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah:
"Apabila kamu shaum, maka hendaklah pendengaran, penglihatan dan lisanmu juga shaum dari berdusta dan berbuat dosa, dan tinggalkanlah menyakiti pembantu, dan hendaklah kamu bersikap baik pada hari shaummu itu dan janganlah sama hari tidak shaummu dengan hari shaummu."

Dari beberapa hadist yang telah disebutkan tersebut, maka sudahah jelas jika puasa saat ramadhan itu bukan hanya menahan diri dari lapar dan haus saja. Kita juga harus menahan diri dari berkata dusta dan perbuatan sia-sia yang tidak baik. Selain itu, puasa juga mengajak untuk menahan mata, telinga serta lisan kita dari perbuatan yang dapat menimbulkan dosa dan tidak disukai oleh Allah SWT.

               Salam takzim
 

Post a Comment

7 Comments

  1. puasa ramadhan bukan hanya menahan diri dari segala godaan nafsu. namun juga mendidik dan mengasah tiap pribadi agar makin peka terhadap lingkungan sekitarnya..

    ReplyDelete
  2. Kemarin2 ini seorang Guru saya bilang, puasa itu bukan masalah menahan, melainkan menerima. Apa saja diterima' rasa lapar dan haus, rasa marah... Katanya secara psikologis lebih nyaman terterima ketimbang ternahan, hihi

    ReplyDelete
  3. nahan lapar dan haus mah bisa ya teh yang susah nahan buat julid, buat ghibah, buat marah duh masyaAlloh apalagi momennya ini pas sama yang lagi rame pilpres :p

    ReplyDelete
  4. Kata ustaz, kalo hanya nahan lapar dan haus mah ular juga ngelakuin 😊😊

    ReplyDelete
  5. Thanks reminder ya Teh, bener banget, kalau puasa cuma menahan haus dan lapar, ya dapatnya cuma haus dan lapar aja.

    ReplyDelete
  6. Aku baru sadar, teh...
    Mengapa orang shaum bisa mengendalikan nafsu.
    Kerasanya saat uda jadi orangtua gini...

    Asal sedang shaum, aku jadi males marah-marah yang banyak ngomong.
    Cenderung ngomong seperlunya...trus udah.

    Lebih efisien juga, ternyata..ke anak-anak.

    ReplyDelete
  7. Wah iya nih jangan sampe deh kita hanya dapat lapar n haus saja..

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^