Tradisi Unik Lebaran di Indonesia

Kini kita sudah mulai memasuki Bulan Syaban yang selanjutnya akan memasuki Bulan Ramadhan. Dan setelah Ramadhan kita akan sampai di waktu yang dinanti-nanti sepanjang tahun yaitu Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya Idul Fitri merupakan hari yang istimewa. Semua masyarakat muslim akan menyambut  keistimewaan Lebaran dengan inspirasinya masing-masing. 

tradisi-unik-lebaran-di-indonesia

Bagi masyarakat Indonesia, ketupat, kue kering, bedug, mudik, baju baru dan uang THR/angpau sudah melekat dengan tradisi Lebaran. Namun di beberapa daerah di Indonesia, perayaan Lebaran dirayakan dengan unik dan menjadi ciri khas masing-masing daerah.

Tradisi Khas dan Unik Lebaran di Indonesia 

Perayaan yang unik menyambut Hari Raya Idul Fitri di berbagai daerah akan dirindukan dan terpaksa tidak dilakukan berhubungan dengan pandemi yang melanda dunia. Apa saja warna-warni Lebaran di Indonesia yang menjadi ciri khas setiap tahunnya?

Perang Bedil Lodong

Saya mengetahui tradisi unik ini ketika tinggal di Kota Subang. Perang Bedil Lodong memang merupakan tradisi khas masyarakat sekitar Subang, Sukabumi, Tasikmalaya dan daerah lainnya di Jawa Barat. Bedil lodong sendiri merupakan sebuah meriam yang terbuat dari bambu. Meriam dari bambu tersebut diisi bahan peledak ringan seperti minyak tanah, karbit atau mercon. 

Meskipun dinamakan Perang Bedil Lodong, tetapi tujuan permainan ini bukan untuk berperang melawan musuh. Tradisi menjelang hari raya ini mempertandingkan  kekerasan suara meriam masing-masing peserta. Peserta perang yang suara bedilnya paling keras, dialah pemenangnya.

Permainan Perang Bedil Lodong biasanya sudah biasa dimainkan sejak hari pertama di Bulan Ramadhan, tetapi puncaknya terjadi saat malam takbiran. Di suasana malam hari yang hening, suara lodong akan bersahut-sahutan membuat suasana malam takbiran menjadi semakin meriah.

Grebeg Syawal

Tradisi menyambut lebaran di Yogyakarta ini pernah saya lihat ketika berkunjung ke kota gudeg tersebut. Saya melihatnya dari kejauhan saja, karena takut tersenggol masyarakat yang antusias mengambil hasil bumi di gunungan grebeg.

Grebeg Syawal ini merupakan salah satu dari tiga grebeg yang selalu diselenggarakan oleh pihak Keraton Yogyakarta setiap tahunnya. Dua grebeg lainnya yaitu Grebeg Maulid yang diadakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, dan Grebeg Besar untuk memperingati Hari Raya Idul Adha.

Bentuk Grebeg Syawal berupa gundukan atau gunungan yang tersusun dari hasil bumi berupa kacang panjang, cabai, apem dan lain-lain. Tradisi ini sekaligus menjadi simbol sedekah keraton kepada rakyatnya dan simbol rasa syukur kepada Allah Swt. Sejumlah masyarakat percaya Gunungan Grebeg mendatangkan berkah, rezeki dan ketentraman. 

Upacara memperingati hari raya itu diawali dengan keluarnya gunungan lanang dan dibawa ke Mesjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan. Selama dalam perjalanannya, gunungan lanang dikawal oleh prajurit Keraton. Di akhir acara, masyarakat diperbolehkan mengambil hasil bumi yang ada di gunungan grebeg.

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, acara ini akan ramai dan riuh karena masyarakat saling berebut. Sebuah tradisi yang unik. Apakah akan diadakan lagi tradisi Grebeg Syawal di Lebaran 2021 ini, ya? Semoga saja pandemi Covid 19 segera berlalu, dan saya sekeluarga bisa menyaksikan Grebeg Syawal di Yogyakarta sambil liburan :)). Aamiin.

Balon Bodo

Lain lagi tradisi unik merayakan Lebaran di Kota Magelang. Balon Bodo adalah tradisi merayakan Hari Raya Idul Fitri yang dilakukan oleh masyarakat Magelang khususnya Desa Pabelan, Kota Muntilan Jawa Tengah. Kata 'bodo' diambil dari Bahasa Arab yaitu ba'da, yang artinya sesudah. Jadi Balon Bodo yaitu balon khusus yag dibuat setelah Ramadhan. 

Balon pada perayaan tersebut terbuat dari  lembaran-lembaran plastik yang disambungkan menggunakan teknik tertentu sehingga membentuk balon udara dengan sebuah lubang. Lubang tersebut nantinya digunakan untuk saluran memasukkan asap. 

Asap yang digunakan dibuat dari hasil pembakaran bahan karung goni yang telah direndam dalam minyak tanah. Karung goni tersebut diletakkan di tengah-tengah lubang dan direkatkan pada balon dengan bambu. Asap yang masuk ke dalam balon akan membuat balon berdiri menjulang hingga mencapai 10 meter. Dengan asap yang sudah banyak terkumpul, maka balon pun bisa terbang ke udara.

Yang menarik, balon ini dilengkapi dengan hadiah Lebaran yang digantungkan, seperti baju, permen atau uang. Ketika pembakaran habis, balon akan kembali mendarat dan hadiah-hadiahnya diperebutkan warga.

Balon yang diterbangkan tidak hanya satu, loh! Ada puluhan bahkan ratusan balon dengan berbagai ukuran yang diterbangkan ke angkasa. Jadi warga tidak perlu khawatir jika tidak mendapatkan hadiah dari satu balon. 

tradisi-unik-lebaran-di-indonesia

Binarundak atau Nasi Jaha

Hari Idul Fitri di Sulawesi juga disambut dengan cara yang unik. Masyarakat Sulawesi terkenal pandai mengolah makanan. Oleh karena itu, perayaan Lebaran diramaikan dengan nuansa kuliner, seperti yang terdapat di Desa Matoboi Besar, Kotamobagu, Sulawesi Utara. Jika di Pulau Jawa ketupat menjadi makanan khas Lebaran, di Desa Matoboi makanan khas yang disediakan yaitu binarundak atau nasi jaha.

Bentuk binarundak mirip dengan nasi lemang di Sumatra. Dibuat dari beras ketan yang dicampur santan dan beberapa bumbu, lalu dipanggang di dalam bambu.

Cara memasak binarundak sangat unik. Dimasak layaknya sebuah festival. Masyarakat secara gotong royong membuat nasi jaha di bawah tenda-tenda yang dijajarkan di sepanjang jalan kampung. Panjang jajarannya bisa mencapai satu kilometer. 

Yang tidak kalah menarik, waraga yang ingin menyantap nasi jaha bisa mengambilnya secara cuma-cuma. Semua disediakan  dengan gratis. Acara makan bersama pun jadi ajang silaturahmi antar warga di sana.

Perang Ketupat

Tidak kalah menariknya perayaan Idul Fitri di Bangka-Belitung. Masyarakat di sana mengadakan Perang Ketupat pada tujuh hari setelah Idul Fitri. Tradisi yang diadakan sebagai penutup dari rangkaian puasa Ramadhan dan puasa 6 hari di Bulan Syawal.

Ketupat yang biasanya dijadikan hidangan, dalam perayaan tersebut ketupat benar-benar dijadikan senjata untuk melempari regu lawan. Namun dalam permainan ini ketupat tidak boleh mengenai kepala. Jadi aman untuk semua.

Festival Meriam Karbit

Tradisi merayakan Lebaran di Pontianak ini mirip dengan kebiasaan masyarakat Subang, Sukabumi dan Tasikmalaya. Sama-sama mempertandingkan suara meriam.

Masyarakat Pontianak mengadakan festival ini di tepian Sungai Kapuas. Acara ini biasanya digelar 3 hari, yaitu sebelum, saat dan setelah Lebaran. Di festival ini, peserta yang memiliki meriam dengan bunyi paling kompak yang akan mendapatkan nilai tertinggi.

Meriam Karbit terbuat dari pohon kelapa atau kayu durian dibentuk meriam panjang dengan bentuk silinder yang lebar. Konon harga pembuatannya bisa mencapai Rp. 15-30 juta, loh!

Tradisi Tumbilotohe 

Di Gorontalo tradisi menyambut Lebaran dinamakan Tumbilotohe yang artinya memasang lampu. Tradisi ini telah ada sejak abad XV masehi. Masyarakat Gorontalo memasang lampu sejak tiga malam terakhir menjelang Idul Fitri.

Awal mulanya tradisi Tumbilotuhe dilakukan untuk memudahkan warga untuk memberikan zakat fitrah di malam hari. Saat itu penerangan di sana menggunakan lampu yang terbuat dari damar dan getah pohon.

Saat ini, tradisi pemasangan lampu tersebut sudah dilakukan dengan berbagai bentuk dan warna yang menarik. Lampu-lampu tersebut tidak hanya dipasang di rumah, tetapi dipasang di sejumlah tempat umum hingga di ladang.

Semua tradisi unik menyambut hari Lebaran di berbagai daerah di Indonesia ini harus dilestarikan. Agar generasi muda bangsa ini mengenal warisan budaya dari nenek moyangnya. 

Namun entah apakah semua tradisi unik menyambut Hari Raya Idul Fitri ini bisa dilakukan di Lebaran 2021 ini. Mengingat pandemi belum benar-benar hengkang dari bumi. Harapan saya dan teman-teman pastilah sama, semoga pandemi bisa segera berakhir dan kita bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri tahun ini dengan meriah seperti biasanya.

sumber: majalah Ummi no.8|XXV|Agustus 2013

Salam takzim 

Post a Comment

6 Comments

  1. Membaca tulisan ini membuat tambah kangen kampung halaman karena tradisi-tradisi seperti ini pastinya dimiliki setiap daerah yang menjadi kampung halaman masing-masing. Perang bedil lodong sepertinya tradisi hampir semua daerah Sunda, ya ... (ngalamin juga soalnya ..hehehe...)
    Tradisi lainnya juga ternyata unik-unik ya, ...

    ReplyDelete
  2. Wah seru sekali acara-acara penyambutan lebaran, saya pengen banget nyobain nasi jaha baca sambil bayangin, pasti enak banget 🤤

    ReplyDelete
  3. Tradisi dari berbagai daerah di Indonesia unik banget ya. Tapi aku engga kebayang lho tradisi Balon Bodo lho. Kayak engga aman gitu, takut kebakaran dan minyak tanah juga sulit ya...
    Bener samma...harapan saya juga, semoga pandemi segera berakhir

    ReplyDelete
  4. Wah, kangen lebaran dengan tradisi uniknya. Masing-masing daerah menyambut dengan sukacita dan euforia khasnya
    Kalau di Kediri dan sekitarnya ada Riyoyo Kupat, atau Lebaran Ketupat.
    Jadi di hari kelima Idul Fitri baru bikin ketupat dan saling anter ke tetangga dan kerabat. Berkunjung juga, dan di beberapa tempat ada perayaannya di balai desa atau lainnya

    ReplyDelete
  5. Beberapa tradisi mulai hilang dibanyak kota besar. Untungnya tinggal di pinggir kota besar, saya dan keluarga masih bisa merasakan tradisi. Seru, menyenangkan dan jadi kenangan tersendiri terutama untuk anak-anak.

    ReplyDelete
  6. Isunya angka covid di banyak rumah sakit mulai menurun bulan ini, teh. Tapi biasanya memang melonjak jika ada libur panjang dan perayaan hari besar.

    Semoga lebaran kali ini tetap bisa menikmati segala keseruan dan tradisi yang pernah kita jalani, ya teh.
    Tapi mungkin dalam skala kecil dan retap dalam prokes.

    Met menyambut Ramadan, Teh Nurul. 🙏

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^