Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa rukun iman dalam agama Islam itu terdiri dari enam poin. Rukun iman dalam Islam ini menjadi dasar keyakinan yang harus diimani oleh setiap Muslim. Apabila tidak memiliki iman, maka orang tersebut tidak bisa dikatakan sebagai Muslim.
Nah, untuk mengetahui lebih jelasnya lagi mengenai poin-poin penting dari rukun iman dalam agama Islam, mari kita simak saja langsung ulasannya di bawah ini.
Pengertian Rukun Iman
1. Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT merupakan keyakinan bahwa seorang Muslim memercayai akan keberadaan-Nya, meskipun orang tersebut tidak pernah melihat wujud-Nya maupun mendengar suara-Nya.
Dalam meyakini keberadaan Allah SWT, seorang Muslim harus mengetahui sifat-sifat Allah, entah itu sifat yang wajib, sifat jaiz, hingga mumkin. Atau seorang Muslim juga bisa mengenal sifat-sifat Allah SWT dengan Asmaul Husna yang tertulis dalam ayat Al Quran dan hadits.
Dalam meyakini keberadaan Allah SWT, seorang Muslim harus mengetahui sifat-sifat Allah, entah itu sifat yang wajib, sifat jaiz, hingga mumkin. Atau seorang Muslim juga bisa mengenal sifat-sifat Allah SWT dengan Asmaul Husna yang tertulis dalam ayat Al Quran dan hadits.
2. Iman Kepada Malaikat Allah SWT
Malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang bersifat ghaib, sehingga bentuk fisik dan suaranya tidak bisa dirasakan oleh manusia. Kendati bersifat ghaib, namun setiap Muslim harus meyakini akan keberadaan malaikat.
Bahkan, perintah untuk mengimani malaikat Allah SWT telah tertuang dalam QS. Al Baqarah ayat 285 yang artinya:
Bahkan, perintah untuk mengimani malaikat Allah SWT telah tertuang dalam QS. Al Baqarah ayat 285 yang artinya:
“Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”
3. Iman Kepada Kitab-kitab Allah SWT
Iman kepada kitab-kitab-Nya dilakukan dengan meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab kepada setiap utusan-Nya. Sebab kitab tersebut berperan sebagai pedoman, petunjuk kebenaran, serta kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Hal itu seperti yang sudah ditulis dalam QS. Al-Hadid ayat (57):25 yang berbunyi:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.”
4. Iman Kepada Rasul-rasul Allah SWT
Beriman kepada para rasul dilakukan dengan meyakini bahwa Allah SWT telah mengutus rasul-rasul-Nya kepada kaum tertentu untuk menyampaikan ajaran Tauhid. Dengan mengikuti para rasul, maka seseorang akan mendapatkan hidayah dan petunjuk.
Apabila mengingkari para rasul, maka orang tersebut akan senantiasa tersesat. Keberadaan para rasul-rasul Allah SWT telah diabadikan dalam QS. Al-Hajj ayat 75 yang berbunyi:
Apabila mengingkari para rasul, maka orang tersebut akan senantiasa tersesat. Keberadaan para rasul-rasul Allah SWT telah diabadikan dalam QS. Al-Hajj ayat 75 yang berbunyi:
“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
5. Iman Kepada Hari Kiamat
Mengimani hari kiamat dilakukan dengan meyakini bahwa kehidupan di seluruh alam semesta akan hancur pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Setelah itu, semua makhuk hidup di muka bumi akan dibangkitkan dari kubur, dikumpulkan di padang mahsyar, kemudian akan diadili sesuai amal perbuatan semasa hidupnya di dunia.
“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan (hari kiamat).” QS. Al-Infithar (82): 14-15.
6. Iman Kepada Qada dan Qadar
Mengimani qada dan qadar dilakukan dengan meyakini bahwa Allah SWT sudah menetapkan takdir setiap manusia, entah nasib baik maupun yang buruk.
Istilah qada adalah ketetapan dari Allah SWT terhadap segala hal sebelum sesuatu itu terjadi. Sedangkan istilah qadar merupakan realisasi dari qada itu sendiri. Dengan kata lain, Alah SWT berhak menentukan nasib pada setiap makhluk-makhuk-Nya.
Istilah qada adalah ketetapan dari Allah SWT terhadap segala hal sebelum sesuatu itu terjadi. Sedangkan istilah qadar merupakan realisasi dari qada itu sendiri. Dengan kata lain, Alah SWT berhak menentukan nasib pada setiap makhluk-makhuk-Nya.
“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab (lauh al-mahfuz) dahulu sebelum kejadiannya.” QS. Al-Hadid (57):22.
Salam takzim
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^