Mana Yang lebih Utama? Ilmu atau Harta ?

sumber : infomajelis.blogspot.com
Menuntut ilmu merupakan keutamaan bagi setiap manusia. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Karena manusia memiliki akal dan perasaan yang dapat membuat dirinya menjadi makhluk yang cerdas, mulia dan sopan. Dengan rajin menuntut ilmu, maka manusia akan bertambah cerdas dan mengetahui semua hal yang dapat dijadikan bekal untuk menjalani kehidupannya.
Ilmu pengetahuan merupakan pemberian dari Allah yang diberikan kepada orang yang dicintai oleh-Nya dan tidak dianugerahkan kepada semua orang. Seperti yang tercantum  dalam surat Az-Zukruf : 33  yaitu :
" Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Tuhan) Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya."

Ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak akan ada habisnya jika dibagikan. Semakin sering membagikan ilmu pengetahuan kepada orang lain, maka akan semakin bertambah keberkahannya. Lain halnya dengan harta benda, semakin banyak kita keluarkan atau bagikan maka akan semakin berkurang.
Digambarkan pada cerita yang pernah terjadi pada jaman dahulu, di Kota Basrah. Ketika itu, masyarakat di sana saling berselisih paham tentang mana yang lebih bermanfaat, ilmu pengetahuan atau harta benda?
Sebagian orang berkeyakinan jika ilmu pengetahuan lebih baik dari harta. Sedangkan sebagian yang lain bersikukuh bahwa harta adalah segalanya, harta lebih baik dari ilmu pengetahuan. Demi menghindari perdebatan yang terus terjadi, akhirnya masyarakat mendatangi seorang ulama untuk memutuskan masalah itu dan menanyakan pendapatnya tentang hal itu.
"Katakanlah kepada mereka bahwa ilmu pengetahuan lebih baik dari pada harta." Kata ulama itu. "Lalu apa yang harus aku katakan jika mereka menanyakan kepadaku tentang dalil dan alasan pendapatmu ini?" Jawab orang-orang yang menanyakan kepada ulama itu.
Kemudian ulama itu berkata lagi, "Katakanlah kepada mereka bahwa ilmu pengetahuan adalah warisan  para nabi, sedangkan harta adalah warisan Fir'aun. Ilmu pengetahuan adalah yang menjadi penjaga bagi dirimu, sedangkan harta, kamulah yang harus bertugas untuk menjaganya."
Orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan kemudian membagikannya kepada orang lain maka akan ada kenangan yang ditinggalkan. Apalagi jika dia memiliki karya yang bermanfaat bagi orang lain, maka orang lain akan terus mengenangnya. Berbeda dengan pemilik harta yang banyak tanpa ada manfaatnya bagi orang lain, lama kelamaan kenangan orang itu akan hilang bersamaan dengan waktu yang berjalan.
Ketika datang hari kiamat nanti, orang yang memiliki banyak harta akan ditanya semua hal yang berkaitan dengan hartanya. Dari mana dia mendapatkan hartanya dan digunakan untuk apa saja harta itu. Sedangkan orang yang berilmu, akan diangkat derajatnya di sisi Allah. Seperti yang terkandung dalam Al Qur'an :
"Katakanlah,'Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar : 9)

Banyak keuntungan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu. Dengan memikiki ilmu, orang akan dapat lebih fasih berbicara. Sudah banyak orang yang merasakan keuntungan memiliki ilmu. Seperti pada masa kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik di Negara Bagian Sahara. Kala itu, negeri tengah dilanda kemarau. Beberapa rombongan utusan kabilah datang menghadap khalifah, termasuk diantaranya seorang pemuda berumur 14 tahun. Melihat ada anak remaja di dalam rombongan itu, Hisyam memandang remeh kepadanya, Dia pun berkata dengan nada marah kepada para pengawalnya dan menanyakan mengapa mereka membiarkan anak remaja itu memasuki ruang pertemuan.
Anak remaja yang bernama Duras bin Habib itu menjawab perkataan sang khalifah , "Wahai Amirul Mu'minim, kedatanganku ke hadapanmu tidak merugikanmu dan tidak menjatuhkan martabatmu. Akan tetapi, justru merupakan suatu kehormatan bagi diriku untuk dapat bertemu denganmu. Dan sesungguhnya orang-orang ini datang menghadapmu untuk memberitahukan kepadamu tentang maksud kedatangan mereka."
Hisyam begitu kagum dengan kemampuan dan kefasihan remaja itu berbicara. Akhirnya dia mempersilahkan Duras untuk mengungkapkan keperluannya.
Duras pun berkata, " Kami telah ditimpa kemarau selama 3 tahun berturut-turut. Tahun pertama, semua hewan peliharaan kami telah habis dipotong untuk makan. Pada tahun kedua, lemak hewan simpanan kami juga telah habis kami santap. Lalu pada tahun ketiga, kami terpaksa menghancurkan tulang-tulang hewan untuk bahan santapan kami.
Anda memiliki harta yang banyak. Jika harta itu milik Allah, maka bagikanlah harta tersebut untuk kami, karena kami semua adalah hamba Allah. Dan jika harta tersebut adalah milik rakyat, mengapa Anda tidak berikan harta tersebut untuk mereka? Sedangkan jika harta tersebut adalah milik Anda, maka sedekahkanlah harta tersebut untuk rakyat. Sesungguhnya Allah akan memberikan balasan bagi orang-orang yang megeluarkan sedekah.
Posisi seorang pemimpin bagi rakyatnya adalah bagaikan posisi ruh bagi tubuh. Jika tidak ada ruh dalam tubuh, maka tubuh tersebut akan mati."
Khalifah Hisyam yang mendengar kefasihan remaja itu begitu terpukau. Akhirnya memerintahkan bawahannya untuk mengeluarkan uang sebanyak seratus ribu dinar untuk dibagi-bagikan kepada para penghuni Sahara. Setelah itu, Hisyam memberikan hadiah kepada Duras, namun remaja itu tidak menerimanya tapi memberikan hadiahnya untuk disedekahkan.
Pemuda yang berilmu dan fasih dalam berbicara itu sebagai bukti, jika ilmu begitu penting dan dapat menguntungkan. Maka selama masih ada umur, teruslah menuntut ilmu. Tidak ada kata terlambat untuk mencarinya, usia bukanlah suatu penghalang. Semua peristiwa adalah pembelajaran. Semua tempat merupakan wadah untuk belajar. Dan setiap orang adalah sumber untuk dijadikan pembelajaran.

Post a Comment

0 Comments