Masa Kecil Anak Kolong |
Masa kecil merupakan masa yang paling indah. Sehingga masa ini tidak akan mudah kita lupakan, bukan? Banyak kegiatan menyenangkan yang kita lakukan, tanpa ada beban pikiran dan tanpa memikirkan bahaya yang akan menghadang.
Segalanya begitu indah dan menyenangkan.
Masa kecil anak kolong
Betul, saya adalah anak kolong!
Tapi bukan anak kolong jembatan atau kolong kasur ya..hi..hi.. Saya terlahir di keluarga TNI AU, oleh karenanya disebut anak kolong. Sebenarnya saya sendiri kurang paham (gagal paham), mengapa disebut anak kolong. Ada yang tahu? Kasih tau doong...! :D
Tapi bukan anak kolong jembatan atau kolong kasur ya..hi..hi.. Saya terlahir di keluarga TNI AU, oleh karenanya disebut anak kolong. Sebenarnya saya sendiri kurang paham (
Sebagai anggota TNI AU, keluarga kami mendapat fasilitas rumah dinas. Beberapa puluh tahun yang lalu, depan rumah kami, masih berupa pesawahan.
Setiap hari kami bisa memandang hamparan sawah yang hijau, udara yang segar dan nyanyian binatang sawah yang sangat menenangkan.
Tercebur di sungai kecil
Pengalaman masa kecil yang tidak pernah saya lupakan ketika tercebur di sungai kecil. Paling berkesan karena saya tercebur bersama adik di hari lebaran. Ya..! Kebayang serunya kan?
Setelah shalat ied, saya dan adik perempuan didandani oleh ibu, bak seorang putri. Gaun dengan rok lebar, namun berbeda warna menghiasi tubuh kami. Usia kami tidak jauh berbeda, hanya terpaut 18 bulan. Banyak yang mengira kami anak kembar. Terlebih ibu selalu mengenakan pakaian yang sama pada kami.
Ketika ibu dan bapak sibuk menerima tamu yang bersilaturahmi, saya dan adik bermain di pinggir sawah. Kami senang berburu capung merah dan kepik berwarna keemasan yang sering ditemukan di pinggir sawah.
Untuk mencapai sawah, kami harus melewati jembatan kecil yang terbuat dari batang kelapa. Kala itu, seharusnya kami melewati jembatan satu-persatu. Tapi pikiran anak kecil seperti kami, belum mengerti jika batang kelapa berbentuk bulat itu bisa saja berputar ketika diinjak. Daan...benar saja, ketika kami melewati jembatan, batang kelapa itu berputar, kami terjebur. Kedalaman sungai hanya sekitar setengah meter. Tapi karena posisi jatuh kami tidak beraturan (issh..mana ada jatuh yang terstruktur! ), seluruh tubuh kami basah semua.
Berburu capung merah dan kepik emas di sawah (sumber gambar dari google) |
Kami pulang dalam keadaan basah kuyub. Setibanya di depan rumah, ibu berteriak kaget dari dalam, melihat dua putri kecilnya seperti tikus tercebur got...huu..huu.. Segera kami dibawa masuk ke dalam rumah, bapak yang melihat hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa. Termasuk para tamu, mereka tertawa melihat kami. Duh..sakitnya sih gak seberapa, tapi malunya itu looh..!
Latihan perang
Pengalaman menjadi anak kolong yang tidak terlupakan lainnya, sewaktu melihat beberapa prajurit yang sedang latihan berperang. Melihat dari dekat wajah para prajurit yang dicoreng dengan arang hitam. Wajah om-om itu tidak bisa terlihat jelas dan tampak garang. Tapi mereka ramah pada kami. Barangkali karena kami masih kecil ya..hi..hi..
Dari jendela rumah, kami melihat mereka bersembunyi dalam parit di depan halaman. Beberapa diantaranya merayap, untuk menghindar dari pandangan musuh.
Selesai berlatih, mereka istirahat di bawah pohon jambu air di halaman rumah. Ransel besar hijau lumut, mereka kumpulkan dalam satu tempat. Begitu pula dengan senjata. Saya hanya melihat dari kejauhan, ibu melarang kami mendekati prajurit dan senjata yang disusun membentuk kerucut. Bahaya! Begitu kata ibu.
Nah, itulah cerita masa kecil saya yang seru. Bagaimana dengan teman-teman? Pengalaman masa kecilnya seru juga, kan?
Jumlah : 493 kata
Dari jendela rumah, kami melihat mereka bersembunyi dalam parit di depan halaman. Beberapa diantaranya merayap, untuk menghindar dari pandangan musuh.
Selesai berlatih, mereka istirahat di bawah pohon jambu air di halaman rumah. Ransel besar hijau lumut, mereka kumpulkan dalam satu tempat. Begitu pula dengan senjata. Saya hanya melihat dari kejauhan, ibu melarang kami mendekati prajurit dan senjata yang disusun membentuk kerucut. Bahaya! Begitu kata ibu.
Senjata yang disusun berbentuk kerucut (sumber gambar dari google) |
Jumlah : 493 kata
Tulisan ini diikutsertakan Dalam Pena Cinta First Giveaway
12 Comments
Asiknyaaaa, saya jealous sama teman-teman yang punya 'pemandangan sawah' di dekat rumahnya. Sampai saya sering ikutan mudik teman ke desa asalnya pas ngekost dulu. hihiii
ReplyDeleteIya mbak..asyik1 Tapi sekarang pemandangan sawah itu sudah tidak ada lagi :(
Deleteini juga jadi masa kecil saya mbak hehehe
ReplyDeleteLoh, masa kecil kita sama ya... :)
Deletekepik emas jarang saya temukan di persawahan di dekat rumah, mbak...
ReplyDeleteentah kemana perginya :3
padahal dulu saya ujuga sangat suka sama binatang itu.. hee
jangan sampai mereka punah ya... hiks..
DeleteDulu waktu kecil aku ga ngerti apa artinya anak kolong loh hehehe. Terima kasih sudah mampir ke blog aku ya. Salam kenal
ReplyDeleteTerima kasih, sudah mampir Mak..salam kenal juga :)
Deletehihiiij jadi kangen lagi masa2 kecil nih mba.. yuk bernostalgiaa
ReplyDeleteYuk..yuk..kita bernostalgia..hi..hi
DeleteWaah... serunya latihan perang.
ReplyDeleteSemoga beruntung ya, Mak
Anakku juga anak kolong neh hehehe. Seru sekali masa kecilnya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah ikutan GA saya.
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^