Memilah Prinsip dan Recehan Dalam Rumah Tangga

 Di dalam hidup bersama pasangan, tentu kita akan menemukan senang dan susah, bukan? Maunya sih, kita senaang terus. Gak perlu ada deh, yang namanya susah atau sedih.

Etapi, kehidupan yang hambar tanpa ada rasa pahit, asin, asam, pedas atau manis, kayaknya gak seru, deh! Dan sepertinya tidak akan pernah ada. Setiap kehidupan akan seperti roller coaster, ada waktunya di atas dan ada saatnya berada di bawah. 
 
http://www.nurulfitri.com/2016/03/memilah-prinsip-dan-recehan-dalam-rumah.html

Semua orang pasti mengetahui uang receh, bukan? Nilainya gak seberapa, tapi bobotnya berat. Coba, deh, bawa uang receh sekarung, pasti berat! ^~^

Hidup bersama pasangan-belahan jiwa (uhuk) dan buah hati, biasanya ada saat yang kurang menyenangkan. Misalnya saja, keributan di pagi hari. Anak-anak berebut ingin mandi duluan sebelum pergi ke sekolah, menemukan kotoran kucing peliharaan di teras rumah atau melihat hasil cucian yang penuh dengan serpihan tisu? Argh..pastinya pengen teriaaak! 
Padahal hari masih pagi, matahari belumlah tinggi.

Atau, punya pasangan yang memiliki kebiasaan berbeda dengan kita? Seenaknya saja menyimpan tas kerja? Atau tidak peduli dengan kerapihan rumah? Belum lagi, kebiasaan anak-anak yang belum bisa merapikan mainan mereka. Jika dihitung-hitung, begitu banyak hal kecil seperti recehan yang tidak begitu prinsipil tapi bobotnya berat bila harus dipikirkan dan diingat-ingat terus.

Lalu, bagaimana cara kita menyikapinya? Semua hal yang tidak menyenangkan itu, akan membuat wajah kita (kita? saya aja kali hi..hi) ketus, muram dan kusut. Dampaknya, semua bisa jadi sasaran kekesalan. Bukan hanya pasangan kita tapi juga anak-anak. Kasian :((
 
Duh, ini akan membuat kita rugi! Selain memendam rasa kesal, komunikasi dengan pasangan serta anak-anak akan menjadi runyam. Sebenarnya semua hal itu bisa di tanggapi dengan ringan, bukan?

Anak-anak yang berebutan mandi, beri saja arahan untuk ada yang mengalah. Atau memberlakukan aturan, yang pertama bangun, bisa mandi duluan. Melihat kotoran kucing di teras, yah..mau gimana lagi, masa' kucingnya kita marahin. Bersihkan saja, beres!

Tas kerja yang disimpan sembarangan, pindahkan ke tempatnya. Mainan yang berantakan, dapat diselesaikan dengan mengajak anak bersama-sama untuk membereskannya. It's so simple! Mari berpikir objektif.

Jika kita memendam semua, ibarat memanggul receh di dalam karung ke mana-mana. Pasti akan berasa berat! Cikgu Anna Farida bahkan mengatakan dalam kulwap Keluarga Sehati, sesuatu dianggap penting jika berkaitan dengan agama dan kesehatan. Di luar itu, kita dapat menganggapnya sebagai hal yang bisa dibawa kompromi. Bisa dianggap recehan.

Tas yang tergeletak di mana-mana dan tidak pada tempatnya, memang tidak menyenangkan untuk dilihat. Jika sempat, simpan saja di tempatnya. Namun bila tidak sempat, ya.. abaikan saja. Bereskan nanti di kala senggang. Hal itu tidak bertentangan dengan agama bukan? Dan tidak menimbulkan penyakit pula. 

Di sini perlunya kita bisa memilih, mana yang prinsip dan mana yang dapat kita anggap recehan dalam rumah tangga. Ingatlah selalu, siapa tahu pasangan kita pun menemukan banyak recehan yang diperoleh karena sikap kita.
Nah, bagaimana dengan teman-teman? Sudahkan memilah prinsip dan recehan dalam rumah tangga?
 
Salam takzim


Post a Comment

15 Comments

  1. Saya setuju dengan pendapat di atas. Tak mungkin suami isteri selalu sama dalam segala hal. Dari awalnya saja kita kan berbeda.
    Beda yang yang tak terlalu prinsip (recehan) ya kita maklumi, kita saling melengkapi. Jika masakan isteri terlalu manis (karena bawaan daerah atau keusakaan) ya suami bisa ambil cabe agar agak pedas.
    Sedangkan beda yang terlalu prinsip sebaiknya saling mengingatkan.
    Jika pasangan hobi telat sholat ya diingatkan agar sholat tepat waktunya karena hal itu sangat baik baginya.
    Salam hangat dari Jombang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Pakde, soal masakan pun kerap jadi masalah, hiks. Saya tidak begitu suka yang terlalu gurih, tapi yang lain maunya begitu. Akhirnya harus mengalah, karena itu recehan kan, De?
      Kalau soal sholat, saya juga setuju. Kita harus saling mengingatkan.
      Terima kasih, udah mampir Pakde :)

      Delete
  2. Baca ini langsung inget ibu saya hihihi! Beliau suka ribut sendiri klo ada yg kurang pas dilihat mata - dan sebenarnya ga perlu dibesar2in, ya kaya naruh barang ga pada tempatnya itu hehe. Tapi kadang memang susah merubah kebiasaan kaya gt Mak. Hal2 yg semestinya jadi 'recehan' tetep selalu dianggap hal penting :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, mbak Vhoy, ternyata ibu kita sama ya..hi..hi..

      Delete
  3. hehehe. sip mbak. inspirasi banget makasih :-)

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  5. Suami suka ngeberantskin rumah, klo aku sukanya bersih2 wkwkkk
    Yap, itu cuma hal receh..jadi masih bisa cincay ya mb

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya mbak, daripada dibawa-bawa terus,berat recehannya. :)

      Delete
  6. bener ya.. percuma dongkol kesel.berat gak bernilai... mending dibawa ceria..
    terimakasih postingannya...

    ReplyDelete
  7. It's so simple!

    Jangan membuat seuatu yang (sesungguhnya) kecil menjadi berat tiada terkira
    hidup itu adalah bagaimana kita menyikapinya ...

    mari sikapi dengan positif
    agar dunia menjadi tempat yang positif juga untuk kita

    salam saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sikapi segala sesuatunya dengan postif ya, Om ;)
      Makasih udah mampir Om Nh

      Delete
  8. jadi terinspirasi mbak, bermanfaat sekali, makasih

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^