Saksi Bisu Erupsi Gunung Merapi

Pertama kali memasuki kawasan Musium Merapi, melihat puing-puing yang tergeletak dan benda-benda disekitarnya yang meleleh, membuat perasaan saya merinding. Terbayang dalam benak saya, peristiwa yang terjadi di tempat itu, sekitar 6 tahun yang lalu. Merinding membayangkan kepanikan yang melanda masyarakat kaki Gunung Merapi. Tempat tinggal penduduk kini sudah rusak, berdebu dan dipenuhi oleh puing dan tidak boleh ditempati kembali.
http://www.nurulfitri.com/2016/05/saksi-bisu-erupsi-gunung-merapi.html
Bekas Dusun Yang Kita Tidak Boleh Ditinggali Kembali
Musium sisa erupsi Gunung Merapi, termasuk salah satu tujuan wisata Lava Tour Merapi yang ada di Kaliurang, Yogyakarta. Pengunjung yang berkunjung ke Kaliurang, dibawa menyusuri jejak yang tersisa usai kawasan tersebut diterjang awan panas dan lava hasil erupsi gunung yang masih aktif sampai saat ini.

 
Daerah yang dahulunya dijadikan tempat tinggal penduduk desa dan tempat mencari sumber penghidupan yang subur dan makmur, kini telah hilang. Siapa sangka, hembusan angin yang membawa awan panas itu bisa meluluhlantakkan semua yang ada di kaki gunung tersebut. 

Dari tempat parkir jeep yang saya tumpangi, tampak terlihat tempat yang menyimpan berbagai macam benda sisa erupsi Merapi. Lokasi itu dibiarkan seperti bentuk aslinya. Tetap dibiarkan rusak, tanpa atap. Hanya dinding-dinding yang kokoh masih tampak melindungi barang-barang penduduk sekitar yang masih tersisa.
http://www.nurulfitri.com/2016/05/saksi-bisu-erupsi-gunung-merapi.html
Kendaraan roda dua yang masih tersisa
Perasaan ngeri perlahan menyelinap di hati saya. Membayangkan kejadian yang begitu dahsyatnya kala itu. Awan panas dan lahar menerjang melewati pemukiman penduduk dan meninggalkan sisa kengerian. Bangkai kendaraan bermotor dan sepeda dibiarkan masih berselimut debu dan bagian kendaraan yang tidak tahan panas, tampak meleleh. 

Di bagian sudut lain musium sisa erupsi Gunung Merapi ini, tampat foto-foto yang menggambarkan kejadian pasca terjadinya letusan gunung yang berada di daerah utara Kota Yogyakarta ini. Saya berulangkali harus menahan napas, melihat perbedaan yang begitu nyata di dalam foto-foto tersebut.

Ada gambar yang memperlihatkan daerah Wisata Kaliadem sebelum erupsi tanggal 14 Juni 2006 dan penampakan daerah tersebut pasca erupsi. Tanaman rimbun dan hijau itu, kini telah hilang, tertutup tumpukan debu dan batu yang berserakan di mana-mana.

Menurut saya, benda yang merupakan saksi bisu erupsi Gunung Merapi yang utama dan paling akurat adalah jam dinding yang tergantung di salah satu ruangan. Jam dinding tersebut terlihat meleleh, dan jarum jamnya berhenti tepat ketika kawasan itu diterjang awan panas. Saksi bisu ketika terjadi erupsi gunung Merapi, sepertinya tidak ada yang lebih akurat selain jam dinding yang menghitam tesebut.
http://www.nurulfitri.com/2016/05/saksi-bisu-erupsi-gunung-merapi.html
Jam yang menujukkan waktu terjadinya erupsi
Pengunjung terus dibawa oleh pemandu wisata yang sekaligus merupakan supir jeep kami, berjalan menyusuri tempat yang dijadikan musium benda pasca erupsi Gunung Merapi.  
Di tempat itu, saya juga melihat kerangka tulang sapi yang disusun mendekati bentuk sebenarnya. Menurut bapak tua pemandu wisata kami, sebagian besar mata pencaharian penduduk desa adalah berternak sapi. Dan sebagian besar sapi di sana mati terkena luapan material dari puncak Gunung Merapi.
http://www.nurulfitri.com/2016/05/saksi-bisu-erupsi-gunung-merapi.html
Kerangka sapi
Kami diajak menyusuri setiap ruangan yang memuat foto, gambar serta peralatan rumah tangga yang masih tersisa. Peralatan memasak yang digunakan oleh penduduk dan merupakan peralatan khas daerah itu, nampak terselimuti debu. Tempat memasak, peralatan untuk memasak, lampu, televisi dan barang lainnya nampak berkerut dan penuh debu.
http://www.nurulfitri.com/2016/05/saksi-bisu-erupsi-gunung-merapi.html
Perlengkapan memasak penduduk dusun
Siapa sangka, angin yang lembut dapat merusak dan merubah benda pecah belah yang keras seperti kaca. Kaca saja, nampak berkerut karena menahan panas yang menerjang mereka.
Benda-benda pecah belah itu, merupakan bukti yang nyata dan sesungguhnya  kita makhluk lemah, tentunya tidak kuasa menghadapi Allah Yang Maha Kuat. Angin yang biasa kita rasakan lembut bersemilir, berubah menjadi sangat panas dan dapat meluluh lantakkan benda-benda yang keras. 

http://www.nurulfitri.com/2016/05/saksi-bisu-erupsi-gunung-merapi.html
Barang pecah belah yang rusak oleh awan panas
Berbeda dengan barang pecah belah yang terlihat rusak dan menciut, saya melihat perabotan yang terbuat dari kayu, tidak mengalami kerusakan yang berarti. Beberapa masih terlihat utuh dan bagus, hanya terlihat kotor oleh debu.

http://www.nurulfitri.com/2016/05/saksi-bisu-erupsi-gunung-merapi.html
Sebenarnya tidak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai tempat ini. Saya lebih banyak merasakan kengerian yang luar biasa. Hanya bisa berdzikir berulang kali setiap melihat saksi bisu erupsi Gunung Merapi di sana.

Tempat ini seolah-olah mengajak kepada kita semua untuk menyadari, jika hanya Allah Yang Maha Berkehendak. Harta benda yang kita perjuangkan setiap hari, kita kumpulkan bahkan menjadi kebanggaan, bila Dia sudah berkehendak untuk mengambilnya kembali, maka semua akan hilang dalam sekejap. Tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi. 

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu bisa bersyukur pada rejeki yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Teman-teman, itulah cerita saya ketika mengikuti Lava Tour Merapi di Yogyakarta. Tapi tidak hanya perasaan mencekam yang kami rasakan ketika mengikuti tour tersebut. Ada juga cerita keseruan yang memacu adrenalin ketika offroad di Kali Kuning dan tempat lainnya.
Oke, lebih baik saya ceritakan di postingan selanjutnya ya, teman-teman. See you...! 

Post a Comment

18 Comments

  1. Saya yakin, menjejakkan kaki di museum itu dan menyaksikan benda2 yg jadi saksi bisu kejadian itu, sungguh membawa perasaan kita entah gimanaaaaa ya Mba. Yg pasti, pasrah dan sadar akan ke Maha-an sang pencipta. Semua adalah milikNya, yg dalam sekejap bisa diambil kembali jika Dia berkehendak.
    Tfs, mba Nurul. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, mba Al, perasaan campur aduk saat itu. Senang karena bisa datang ke Merapi tapi juga sedih melihat sisa erupsi Gunung Merapi :(

      Delete
  2. saksi bisu bencana yang dijadikan museum jadi bermanfaat mengedukasi masyarakat

    ReplyDelete
  3. ya, bencana yang tak pernah terpikirkan dan hindari, tapi kelak daerah ini akan menjadi tanah yg subur

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak, daerah bekas terkena erupsi gunung berapi, biasanya akan lebih subur tanahnya :)

      Delete
  4. Menyaksikan semua itu menjadikan hati kita semakin bersimpuh di hadapan-Nya ya mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, Mas. Membuat kita harus lebih banyak mengingat Allah.

      Delete
  5. Bulu kudukku udah berdiri semua. Kebayang banget bagaimana kondisi dan situasi saat itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Mba Nisa, merinding dan ngeri ngebayanginnya

      Delete
  6. Ngeri...
    Iya, 6 tahun yang lalu aku jadi mahasiswa baru dan ikut baksos
    Abu merapi sampai di daerahku...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ikut baksos ya Mbak? Berhubungan langsung dengan penduduk di sekitar Merapi ya?

      Delete
  7. Wah. Belum pernah ke sini. Pengeeen

    ReplyDelete
  8. Mari berdoa semoga kejadian serupa tidak terulang lagi dalam waktu dekat (soalnya Merapi pasti erupsi, kan masih aktif). Semoga bila Merapi erupsi kembali, kita semua diberi kesiapan untuk menghadapinya.

    ReplyDelete
  9. aku kesana tepat 10 bulan stlh merapi meletus mbak.. museumnya blm ada.. tempatnya masih kacau balau.. masih berdebu tebal.. minivan yg kebakar, ama motor relawan juga masih diletakkan seadanya.. bener2 terenyuh bgt ngeliatnya.. apalagi ngebayangin :(..

    ReplyDelete
  10. semoga bisa mengambil hikmah dari musibah itu....
    Tak terbayangkan rasanya bila mleihat langsung,...

    ReplyDelete
  11. kalo aku di situ kayaknya bakal merinding deh....duh bayangin seremnya ketika musibah itu datang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Na, saya juga sempat merinding di sana. Ngebayangin kejadian enam tahun yang lalu :(

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^