Di kehidupan yang kita jalani, kadang kita dihadapkan oleh berbagai pilihan. Masing-masing pilihan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apapun yang sudah menjadi pilihan kita, sebaiknya tidak perlu disesali. Begitu juga apa yang menjadi pilihan orang lain, tidak perlu pula kita menjadikannya bahan omongan atau menjadi bahan cibiran, ya, enggak?
Cerita
kali ini berawal dari acara silaturahmi saat lebaran kemarin. Bertemu dengan
para sepupu dan ipar perempuan yang sudah lama tidak bertemu membuat kami
memperbincangkan segala hal sambil mencicipi kue kering khas lebaran.
Biasalah, kalau emak-emak kumpul, apalagi bahasannya kalau bukan sekitar anak, atau ngobrolin rutinitas sehari-hari di rumah. Dan ketika obrolan merembet pada kerjaan harian emak-emak di rumah, mulai deh, semua menunjukkan kelebihan aktivitasnya masing-masing.
Biasalah, kalau emak-emak kumpul, apalagi bahasannya kalau bukan sekitar anak, atau ngobrolin rutinitas sehari-hari di rumah. Dan ketika obrolan merembet pada kerjaan harian emak-emak di rumah, mulai deh, semua menunjukkan kelebihan aktivitasnya masing-masing.
Yang
satu dengan bangganya menceritakan cara mencuci baju yang terbaik menurutnya, dia menggambarkan caranya menyuci baju, yaitu dengan cara baju direndam selama setengah jam hingga satu jam. Setelah itu dibilas dengan
tangan. Sedangkan untuk baju tertentu, dia baru menggunakan mesin cuci. Jadi tidak semua baju dibersihkan dengan menggunakan mesin cuci.
Mengetahui cara mencuci baju yang terlihat tidak praktis seperti itu, emak yang lebih memilih mencuci dengan
cara lebih simple langsung menyaut. Menurutnya, buat apa ada mesin cuci
jika harus mengucek baju, menghabiskan waktu dan tenaga, begitu katanya.. he he he. Mulai deh, ribut dengan kebiasaannya masing-masing.
Tidak
hanya seputar cuci-mencuci baju, obrolan kami pun berkembang pada soal cara menyetrika baju.
Yang satu bilang tidak perlu menyetrika semua baju, cukup menyetrika baju yang akan digunakan untuk pergi saja. Sedangkan yang lain merasa tidak puas jika
tidak menyetrika semua baju termasuk membuat licin pakaian dalam milik semua anggota keluarganya.
Hmm
… pembicaraan yang tidak akan ada habisnya, ya, kan? Sebenarnya tidak ada yang
salah dengan semua itu. Karena setiap orang punya prioritas masing-masing.
Contohnya saja, saya
kerap melihat di rumah kerabat atau rumah teman yang barang-barang di rumahnya tersusun dengan
rapi tanpa cela sedikit pun. Siapa pun yang bertandang ke rumah mereka, pasti
akan kagum dan memuji nyonya rumah yang begitu rajin merawat rumah.
Namun
siapa yang tahu, jika mereka tidak sempat merapikan baju yang telah selesai
dicuci. Pakaian yang sudah kering, hanya berpindah dari jemuran ke tempat
setrikaan. Bagi mereka, lebih baik membersihkan dan membereskan rumah dari pada
harus menyetrika. Pakaian yang sehari-hari dipakai di rumah, hanya dilipat dan
langsung dimasukkan ke dalam lemari.
Sedangkan
pakaian yang digunakan untuk sekolah, untuk kerja atau menghadiri acara resmi,
disetrika saat akan dikenakan.
Berbeda juga dengan sepupu dari suami saya, untuk urusan rumah, dia hanya membereskan bagian tertentu saja. Beberapa sudut dibiarkan penuh dengan mainan anak-anak mereka. Mereka melakukan hal itu, dengan alasan menyediakan pojok khusus untuk anak agar lebih bebas bermain.
Kalau dibandingkan dengan rumah teman yang tadi saya ceritakan, tentu saja jauh berbeda. Rumah terkesan berantakan dengan debu yang menempel di atas perabotan. Namun untuk soal menyediakan makanan untuk keluarganya, kita harus mengapresiasi dia, deh!
Dia tipe ibu yang tidak mau membiarkan anaknya makan jajanan yang dijual sembarangan di luar rumah. Makanan pokok yang menjadi santapan utama di keluarganya, disajikan dengan menu beragam dengan kandungan gizi dan nutrisi yang komplit.
Setiap hari dia memasak makanan yang lengkap seperti sayur, lauk pauk dan buah-buahan. Disajikan tidak dengan sekali masak. Dia bisa masak beberapa kali dalam sehari. Setidaknya dua kali dalam sehari dia memasak untuk makanan pokok. Bila perlu, tiga kali sehari dia memasak hidangan untuk keluarganya.
Selain makanan pokok, ibu muda itu juga rajin membuat makanan kecil yang disediakan untuk anak-anaknya. Makanan ringan berupa kue basah atau kue kering, selalu siap tersedia untuk mengantisipasi jika anaknya meminta makanan ringan di sela waktu makan. Bisa dikatakan waktunya seharian rata-rata ada di dapur.
Apakah kebiasaan sepupu suami saya itu, salah? Tentu tidak, bukan? Dia lebih memprioritaskan menyediakan hidangan untuk suami dan anaknya, dibandingkan terlalu banyak menghabiskan waktu dengan membereskan rumah. Bukan berarti dia tidak beres-beres rumah, loh! Tapi dia lebih fokus mengurus yang lainnya.
Sebenarnya masih banyak lagi contoh-contoh pekerjaan rumah tangga lainnya yang fokusnya tidak sama, ya beda prioritas. Dan saya yakin semua prioritas yang dipilih ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Jadi, daripada saling menyerang dengan membanggakan atau mencibir prioritas perempuan lain, lebih baik kita fokus dengan pilihan kita, bukan? Berusaha untuk selalu berpikir positif, tidak menghiraukan omongan negatif dari orang lain, mengerjakan apa yang sudah menjadi prioritas kita dengan sepenuh hati dan tetap berpikir ke depan serta fokus pada kegiatan keseharian kita.
Dari sekian contoh yang telah saya ceritakan, tentu saja perempuan yang bisa mengatur pola makanan keluarga dengan baik, mencuci pakaian dengan bersih, merapikan baju dengan menyetrikanya hingga licin serta yang bisa menjaga rumah selalu terjaga kerapihan dan kebersihannya merupakan dambaan dari setiap rumah tangga.
Sekarang tinggal berpulang pada kemampuan dan keinginan masing-masing. Jadi, teman-teman pilih yang mana? Kalau bisa semuanya, bukan? Supaya bisa di sayang suami dan anak-anak. Hehehe
Berbeda juga dengan sepupu dari suami saya, untuk urusan rumah, dia hanya membereskan bagian tertentu saja. Beberapa sudut dibiarkan penuh dengan mainan anak-anak mereka. Mereka melakukan hal itu, dengan alasan menyediakan pojok khusus untuk anak agar lebih bebas bermain.
Kalau dibandingkan dengan rumah teman yang tadi saya ceritakan, tentu saja jauh berbeda. Rumah terkesan berantakan dengan debu yang menempel di atas perabotan. Namun untuk soal menyediakan makanan untuk keluarganya, kita harus mengapresiasi dia, deh!
Dia tipe ibu yang tidak mau membiarkan anaknya makan jajanan yang dijual sembarangan di luar rumah. Makanan pokok yang menjadi santapan utama di keluarganya, disajikan dengan menu beragam dengan kandungan gizi dan nutrisi yang komplit.
Setiap hari dia memasak makanan yang lengkap seperti sayur, lauk pauk dan buah-buahan. Disajikan tidak dengan sekali masak. Dia bisa masak beberapa kali dalam sehari. Setidaknya dua kali dalam sehari dia memasak untuk makanan pokok. Bila perlu, tiga kali sehari dia memasak hidangan untuk keluarganya.
Selain makanan pokok, ibu muda itu juga rajin membuat makanan kecil yang disediakan untuk anak-anaknya. Makanan ringan berupa kue basah atau kue kering, selalu siap tersedia untuk mengantisipasi jika anaknya meminta makanan ringan di sela waktu makan. Bisa dikatakan waktunya seharian rata-rata ada di dapur.
Apakah kebiasaan sepupu suami saya itu, salah? Tentu tidak, bukan? Dia lebih memprioritaskan menyediakan hidangan untuk suami dan anaknya, dibandingkan terlalu banyak menghabiskan waktu dengan membereskan rumah. Bukan berarti dia tidak beres-beres rumah, loh! Tapi dia lebih fokus mengurus yang lainnya.
Sebenarnya masih banyak lagi contoh-contoh pekerjaan rumah tangga lainnya yang fokusnya tidak sama, ya beda prioritas. Dan saya yakin semua prioritas yang dipilih ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Jadi, daripada saling menyerang dengan membanggakan atau mencibir prioritas perempuan lain, lebih baik kita fokus dengan pilihan kita, bukan? Berusaha untuk selalu berpikir positif, tidak menghiraukan omongan negatif dari orang lain, mengerjakan apa yang sudah menjadi prioritas kita dengan sepenuh hati dan tetap berpikir ke depan serta fokus pada kegiatan keseharian kita.
Dari sekian contoh yang telah saya ceritakan, tentu saja perempuan yang bisa mengatur pola makanan keluarga dengan baik, mencuci pakaian dengan bersih, merapikan baju dengan menyetrikanya hingga licin serta yang bisa menjaga rumah selalu terjaga kerapihan dan kebersihannya merupakan dambaan dari setiap rumah tangga.
Sekarang tinggal berpulang pada kemampuan dan keinginan masing-masing. Jadi, teman-teman pilih yang mana? Kalau bisa semuanya, bukan? Supaya bisa di sayang suami dan anak-anak. Hehehe
20 Comments
Iya, kita perlu mengapresiasi prioritas orang lain. Mereka punya alasan tersendiri untuk memilih.
ReplyDeleteKalau aku sih bukan tipe yang nyinyir garis keras. Dari sd sudah paham berpikir positif terhadap orang lain. Jadinya bisa kagum2 terus sama orang dan mudah mengapresiasi kebaikan dan pilihan mereka
Aku bukan tipe orang yang rapi, mungkin nanti kalau jadi Ibu Rumah Tangga ada aja yg nyibir. Apalagi gak pinter nyetrika. Semua itu balik ke aturan rumah masing2 dan kita gak bisa bilang versi kita paling baik. Yang penting kita nyaman sih
ReplyDeleteSejujurnya, aku juga udah punya bayangan hal-hal yang akan aku lakukan nanti jika sudah berkeluarga. Termasuk pola hidup yang akan aku terapkan pada anak-anak. Sayangnya memang harus berjalan sesuai dengan keadaan yang ada ya, Mbak. Bisa aja kita merencanakan sematang mungkin, tapi tetap harus melihat situasi yang kita hadapi nanti.
ReplyDeleteYes setiap pilihan akan memiliki konsekuensi.. dan semua harus memilih, ga bisa mendapatkan semuanya karena kita hanya punya dua tangan, dan waktu yang terbatas.
ReplyDeleteHihihi setuju mba Nurul, setiap orang punya prioritas dalam keluarganya, sayangnya habit di kita tuh kalau ada kebiasaan yang berbeda dengan kebiasaannya bisa jadi bahan omongan
ReplyDeleteWah ternyata nggak cuma mom war ibu RT vs ibu bekerja saja. Tapi antara ibu RT juga ada war nya. Hehe berat bener ya hidupnya bubui. Mending nggak terjebak begituan deh. Semua pilihan kan sudah disesuaikan dengan kondisi kita
ReplyDeleteRenungan yg sangat dalam nih mbak nurul. Benar bgt, setiap org itu unik sehingga pilihan mengenai suatu urusan jg beda2. Tidak ada yg salah selama tidak melanggar syariat. Sy mengapresiasi ibu2 yg tidak membanggakan diri dan menjelekkan cara kerja ibu lainnya yg berbeda dg nya.
ReplyDeleteWaduh kalau semua bisa bagus, rapi, makanan pakaian rumah semua oke, itu seribu satu ibu kali yaa... hehehe.. kalau saya sendiri kayaknya gak ada bagus-bagusnya, deh. Kalau ada saudara yang ke rumah dan tahu seluruh bagian rumah, ya cuek aja, terserah mereka mau menilai saya seperti apa. Saya selama ini juga selalu berusaha enggak nyinyir sih sama orang lain. Malah saya biasanya mencari sisi positif dari setiap orang. Karena kita sudah paham, kan, setiap orang ada kelebihan dan kekurangannya.
ReplyDeleteYup, setuju banget dengan Mbak Nurul, deh :)
Tentang kegiatan domestik, baiknya memang kesepakatan bersama. Tak bisa disamakan.
ReplyDeleteBagi suami dan anak-anak, yang penting makanan baru matang, hangat dan sedap lebih utama. Lalu anak-anak terurus dengan baik. Rumah berantakan masih enak dilihat.
Jadi ya aku berjibaku di 2 kegiatan dulu, yaitu:
Makanan sehat & anak terurus.
Setahuku urusan domestik memang terbagi 3 itu:
rumah rapi, makanan sehat, keluarga terurus.
saya biasanya mencari sisi positif dari setiap orang. Karena setiap orang ada kelebihan dan kekurangannya.setuju banget dengan Mbak Nurul,,,,
ReplyDeleteRumahku rapi menurut aku. Kalo setrika kaos dan daleman ditumpuk semua jadi satu, setrika punggung sambil dilipat. Kemeja atau baju kerja aja yg disetrika satu². Masakan seringnya beli warteg aja, krn cuma berdua suami. Yang penting suami enggak protes...haha...
ReplyDeleteMaunya sih semuanya sempurna. Segala pekerjaan rumah dapat dikerjakan sendiri. Lah kalau semuanya dikerjakan sendiri kapan nulisnya di blog yah?
ReplyDeleteTetapi apapun itu, semua tergantung diri masing-masing. Tulisan ini menginspirasi, thanks mbak
Saya kurang suka setrika, Mak. Lebih enak nyuci, sambil mainan air hihihi
ReplyDeleteAku termasuk orang yg perfecto, & ga bisa diem. Klo urusan rumah itu no 1, tp sejak menikah aku & suami bagi2 kerjaan. Aku ga boleh nyuci oleh suami, krn itu pekerjaan laki2 katanya. Jd sampai sekarang saya ga pernah nyuci, hanya masak & beberes rumah aja. Satu lagi mengurus anak2, karena suami menyerahkan urusan anak secara.penuh kpd aku. Jd memang anak2 lebih dekat dg ku. Aku yakin semua perempuan atau istri pengin rumah tangganya bisa ditangani dg baik...bravo para perempuan & istri..
ReplyDeletebener banget, Mbak. Dalam hal apapun, semua pilihan ada konsekuensinya. Sekarang saya sedang super angot2an dengan beres2 rumah, karena prioritas saya memasak dan mengajak main mereka. Tentu saja menulis dan membaca juga. nah,menjelang weekend kayak gini baru tuh saya beres2, karena anak2 cenderung memilih main di luar setelah pulang sekolah. Weekend, itu acara olahraga dan quality time sama bapaknya bocah. Jadi mohon maaf bagi yg datang ke rumah pada hari kerja. Rumah saya pasti kayak kapal pecah hehehe
ReplyDeleteAku yang utama dapur ngebul Mbak..kalau beberes pikir belakangan. Wong, barusan rapi enggak lama berantakan lagi hihihi
ReplyDeleteSetujuu...semua tergantung situasi dan kondisi, enggak bisa disamakan
Setuju! No body's perfect. Semua orang punya prioritas masing-masing ya Teh.. hehe
ReplyDeleteKarena masih punya si batita, prioritas pertama saya mah dia dulu. Kerjaan rumah sih tetep jalan tapi memaklumi diri sendiri juga kalo ga bisa seperfect sebelumnya pas si kecil blm ada.
ReplyDeleteBegitu juga saat melihat tetangga yg ternyata prioritasnya beda, ya saya maklumi saja. Ngasih saran kalo emang diminta, lebih adem :)
Urusan domestik gini ternyata ada perdebatannya yak :D setiap orang punya hal yg prioritas yg gak bs disamakan hihi
ReplyDeleteMasyallah betul Teh Nurul, saya sepakat soal menghargai pilihan. Saya termasuk yang ga ribet orang mau nyuci pake apa, nyetrika gimana, rumahnya bersih atau enggak hihihi. Every mother have their own battle, so do I 😁 Tooooossa Teteh 😘😍
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^