8 Pola Asuh Salah Akibatkan Trauma

Anak-anak kita lahir dalam keadaan bersih. Tugas alamiah orang tua yang membimbing anak-anak untuk mengerti sesuatu hal yang benar. Kewajiban orang tua jugalah untuk menambah wawasan agar bisa memberikan pola asuh yang tetap menjunjung tinggi nilai kebenaran dan kebaikan.

Sayangnya, masih ada beberapa orang tua yang melakukan pola asuh yang salah dan tidak menyadarinya. Padahal salah asuh bisa berdampak hal yang negatif pada diri anak, bahkan bisa meninggalkan trauma.

8 pola asuh yang salah pada anak mengakibatkan trauma pengasuhan


Salah asuh bisa berdampak negatif, mengancam ketahanan fisik dan mental anak sehingga mengganggu kemampuan sosial anak dalam menjalani kehidupannya.

Saya sendiri masih harus terus banyak belajar, bagaimana seharusnya menjadi orang tua yang bisa memberikan pengasuhan yang baik agar anak terbebas dari trauma. Untuk mengetahui pola asuh yang baik, saya berusaha belajar dari berbagai macam sumber. Salah satunya dengan mendengarkan talkshow yang membahas tentang parenting.
 
8 pola asuh yang salah bisa mengakibatkan trauma pengasuhan

Radio MQ FM Bandung adalah salah satu radio yang sering mengadakan talkshow tentang pola pengasuhan. Kita bisa mendengarkan talkshow secara langsung dengan cara mencari frekuensinya atau menyimak melalui live streaming.

Salah satu tema menarik yang pernah dibahas yaitu Trauma Pengasuhan. Dalam acara tersebut dibahas mengenai kurangnya pengetahuan orang tua tentang pola asuh anak yang salah. 

Pengetahuan orang tua yang kurang, dapat membuat mereka tidak menyadari jika sudah menjadi toxic parents. Bapak Wasmin Al Risyad, M.PD mengambil istilah toxic parents (orang tua meracun) karena pola asuh salah, dampaknya tidak terlihat langsung tetapi akan terlihat puluhan tahun yang akan datang.

Jika bekas  pemukulan bisa terlihat langsung di atas kulit, rasa sakitnya pun lebih terasa. Sedangkan pengasuhan yang salah dapat menimbulkan racun dalam jangka panjang dengan takaran sedikit demi sedikit tapi dapat mematikan. 

Pak Wasmin menggunakan istilah toxic parents dengan sangat hati-hati, karena dilatarbelakangi banyaknya kasus yang telah beliau tangani dan rata-rata menimbulkan dampak serius. Beliau hanya ingin membangun tingkat kewaspadaan para orang tua dan meminta maaf jika ada yang tidak suka dengan istilah tersebut. 

8 Pola Asuh yang Dapat Menimbulkan Trauma

Setidaknya ada beberapa pola asuh yang perlu dihindari oleh orang tua untuk mencegah anak mengalami trauma di sepanjang hidupnya.

1. Gagal menciptakan rasa aman

Berdalih demi masa depan anak, beberapa orang tua menganggap jika anaknya harus dididik dengan keras. Diajarkan untuk bisa mandiri dan belajar bertanggung jawab. Namun, bukan berarti orang tua melepaskan tanggung jawabnya untuk menciptakan rasa aman. 

Orang tua boleh saja bersikap tegas, displin dan membiarkan anak mengambil pilihannya sendiri. Namun anak tetap perlu pelukan saat dia merasa sedih dan memerlukan dukungan saat dia sedang terpuruk.

2. Sering membandingkan anak

Tidak ada anak yang senang dibanding-bandingkan. Bahkan dibandingkan dengan saudara kandungnya sendiri. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sudah seharusnya jika orang tua fokus pada kelebihan anak dan berusaha menstimulasi kelebihannya tersebut.

3. Tidak membiarkan anak mandiri, tergantung pada orang tua sehingga anak lumpuh

Sebagian orang tua tidak tega membiarkan anaknya melakukan sesuatu sendiri. Orang tua cenderung lebih banyak ikut campur dalam urusan anak. Sehingga anak menjadi tergantung pada orang tua, susah mandiri dan tidak bisa apa-apa tanpa bantuan orang tuanya. 

Saya sering melihat keterlibatan orang tua saat anak mereka mendapatkan tugas membuat kerajinan dari sekolah. Saat hasil karya dikumpulkan, ternyata hasilnya sangat bagus. Bahkan saking bagusnya, semua orang bertanya-tanya bagaimana seorang anak yang masih duduk di bangku SD bisa membuat sebuah karya yang begitu bagus dan apik. Ternyata oh ternyata...ada keterlibatan orang tua saat anak membuat tugas tersebut. Wajar saja jika hasilnya bagus hehehe

4. Mengendalikan anak dengan hadiah dan balas budi untuk mengharapkan perhatian dari anak

Anak diteror dengan cara mengungkit-ungkit kebaikan orang tua. Saat berbincang dengan anak, orang tua selalu membicarakan bahwa setiap anak itu harus bisa membalas budi orang tuanya. Beberapa ungkapan orang tua pada anak yang diperjelas oleh Lilis seperti :
 
"Kakak, jaga kesehatan! Kamu harus ingat, ketika sakit, ayah dan ibu sampai mengeluarkan biaya yang tidak sedikit!"
"Nak, belajar dong! Jangan jadi anak pemalas. Tahukah kamu, berapa uang yang dikeluarkan oleh ayah dan ibu untuk membiayai sekolahmu?"
 
Dalam hal ini, orang tua ingin mendapatkan perhatian dari anaknya, baik secara materi maupun secara fisik. Padahal seharusnya anak yang perlu dapat perhatian dari orang tuanya, ya, kan? Hehehe

5. Melarang anak mengekspresikan emosi negatif

Emosi negatif yang dimaksud yaitu  luapan emosi anak seperti menangis. Pernah melihat ada orang tua yang melarang anaknya menangis? Saya pernah.
  
Bu Lilis juga menceritakan pengalamannya saat beliau sedang melakukan sebuah perjalanan menggunakan pesawat. Saat di dalam pesawat beliau melihat ada dua orang anak sedang bertengkar. Rupanya pertengkaran yang menimbulkan kebisingan itu, membuat orang tuanya merasa risih. 

Tahukah apa yang dilakukan oleh orang tua mereka? Bu Lilis mendengar orang tua tersebut membujuk anaknya dengan cara disogok, loh! Orang tua tersebut memerintahkan anaknya untuk diam sambil memberikan uang 10 ribu rupiah. Dan memang anak-anak itu berhenti berantem, hehehe. Ternyata sogokannya berhasil!

6. Melontarkan candaan yang tak pantas, memberikan label yang jelek pada anak

Sering mendengar ada orang tua melontarkan kata yang tidak pantas pada anak dan sering memberikan label yang jelek pada anaknya? Saya pernah. Sebagai orang yang mendengar saja, saya merasa enggak enak. Apalagi yang menjadi objeknya, duuh! 

7. Kelewat kritis
  
Ini tipe orang tua yang pintar mencari titik  kelemahan anak-anaknya saja. Yang terlihat hanya kekurangan anaknya dan selalu mengkritik apapun yang dilakukan oleh anaknya. Orang tua yang kelewat kritis ini, biasanya tidak percaya jika anaknya bisa melakukan hal yang benar.
Yang miris adalah ketika orang tua mengkritik anak dengan kata yang kasar dan melakukan kekerasan juga.

Anak yang terlalu sering dikritik biasanya akan menjadi anak yang kurang percaya diri. Jika melakukan sesuatu yang dianggap salah, dia akan merasa menjadi anak yang tidak berguna dengan meluapkan emosinya.


8. Mengharapkan anak sukses berdasarkan standar orang tua dan berkuasa atas hidup anak

Terkadang orang tua mengarahkan anaknya untuk menjalani pekerjaan yang sama dengan orang tuanya. Dengan tanpa sadar menceritakan hal-hal positif yang telah dirasakan dalam pekerjaan orang tua, lalu mengajak anak untuk ikut menggeluti profesi yang sama dengan orang tuanya.

Bu Lilis sebagai seorang psikolog, menceritakan kisah salah seorang pasien yang datang ke kliniknya. Anak muda yang berkuliah di universitas teknik ternama di Kota Bandung. Ternyata jurusan tempat kuliahnya tersebut merupakan pilihan orang tuanya. Dia sendiri lebih berminat di bidang lainnya, tetapi tetap mengikuti pilihan orang tuanya.

Dan apa yang dia lakukan setelah lulus kuliah? Setelah lulus, anak tersebut memberikan ijazahnya pada orang tua seraya berkata : 
"Ini ijazah yang mama papa inginkan, bukan? Silakan ambil. Saya sudah menuruti semua kemauan papa dan mama, sekarang saya bebas, ya."

Wow! Setelah itu? Yup, setelah memberikan ijazah kelulusan kepada orang tuanya, kemudian anak itu masuk ke jurusan yang menjadi minatnya, yaitu seni.

Dari acara talkshow yang disiarkan dari jam 7.30 hingga jam 8.30 tersebut membuat saya harus banyak merenung. Menilai bagaimana cara saya mengasuh anak-anak. Apakah gaya asuh saya sudah sesuai? Atau malah masih ada pola asuh yang salah?

Well, sepertinya saya masih harus banyak belajar. Agar anak-anak tidak mengalami trauma pengasuhan. Menjadi orang tua adalah menjadi pembelajar. Belajar untuk bisa memberikan pengasuhan yang positif dan memberikan anak-anak bahasa cinta, agar semakin erat bonding antara orang tua dan anak. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, anak-anak kita dilahirkan dalam keadaan bersih, lantas lingkunganlah yang menyediakan berbagai pilihan.
 
Tugas alamiah orang tua untuk membimbing anak-anak agar mereka mengerti pilihan yang benar. 
Tugas alamiah orang tua jugalah untuk terus menambah wawasan, agar pola asuh yang diterapkan bisa up to date dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
8 pola asuh yag salah mengakibatkan trauma pengasuhan
Puisi Khalil Gibran


Perlakuan orang tua pada anak, tentu saja tidak selalu terekam oleh orang lain, tetapi akan membekas di hati anak kita. Seperti yang dituliskan oleh Bunda Yeni dalam artikel berjudul Pengasuhan Anak Yang Menyebabkan Trauma, perlakukan anak sebagaimana kita ingin diperlakukan. Karena masa kecilnya, masa tumbuh kembang anak hingga dia remaja, tidak akan pernah terulang lagi.
 
Yuk. hindari pengasuhan yang salah pada anak, agar anak tidak merasakan trauma pengasuhan di kehidupannya nanti! 

 Salam takzim

Post a Comment

44 Comments

  1. Nah..nah membandingkan anak dengan yang lain pastinya bikin menciut si anak ya, sering kudapatkan dari sekitar dan ku tersenyum aja, kadang ada yang ngomong di depan anakny, hiks sediih.

    makasih Mak remindernya, semoga kita menjad orang tua dengan pengasuhan yang penuh kasih sayang yaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayak yang udah jadi kebiasaan ya, Teh, banding-bandingin anak itu. Padahal kita sendiri juga gak mau dibanding-bandingin

      Delete
  2. hiks .. kalau melihat tulisan ini, sebagian besar POLA ASUH saya dan banyak sekali ortu lain di dunia ini salah besar

    menjadi ortu pun perlu didikan dan bimbingan khusus ya mbak NUrul

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak, harus belajar terus untuk jadi orang tua itu. Ilmunya gak dapet di sekolahan hihihi

      Delete
  3. Saya merasakan sendiri bagaimana dampak sering dibedakan atau dibandingkan dengan saudara. Rasanya tak nyaman dan akhirnya jadi minder. Bagaimana pola pengasuhan anak yang benar memang kudu diajarkan pada orang tua agar bisa didik generasi penerus bangsa dengan lebih baik lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang gak nyaman kalau suka dibandingkan ya, Mbak. Harus banyak belajar juga nih, untuk jadi orang tua yang baik

      Delete
  4. Sebagai orang tua memang harus hati-hati dalam mengasuh anak-anaknya ya, Mbak. Kadang salah ngomong bisa mempengaruhi pola pikir anak. Kalau tersadar ya minta maaf, tapi kalau enggak tahu? Makanya kita harus terus belajar. Hehe.
    TFS, Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, yang dikhawatirkan itu, kita gak sadar kalau pola asuh kita salah, jadi harus terus banyak belajar.

      Delete
  5. yang nomer 5 itu wow, disogok 10ribu. Ingin ketawa tapi di sisi lain hal tersebut nyata. Yang paling sering lihat itu disogok pake HP supaya anaknya anteng nonton yutub.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi...saya waktu denger Bu Lilis cerita juga, senyum-senyum. Banyak yang nyogok anaknya supaya diam :D

      Delete
  6. Bolak/i aku baca istighfar, Mba.
    Kok ya udah aku lakoni semua hiks.
    Semoga ALLAH membimbing kita untuk jadi ortu yg lebih baik lagi
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ... semoga kita tetap dibimbing Allah untuk jadi orang tua yang baik ya.

      Delete
  7. MasyaAllah tugas kita utk belajar menajdi orangtua ternyata ga pwrnah selesai ya mbaa
    Kesalahan salam pola asuh efeknya luar biasa

    Semoga dimampukan kt jd orang tua yg mau terus belajar. Izin share ya mbaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belajar untuk jadi orang tua memang gak pernah berhenti, Mbak. Menyesuaikan dengan zamannya anak-anak hehehe

      Delete
  8. sedih bacanya, yang saya takutkan kalau secara gak sadar saya jadi toxic parent juga. Berdoa semoga selalu dikasih kesabaran dan kelepangan hati dalam mendampingi anak-anak tumbuh bahagia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi harus teru menerus belajar dan intropeksi diri ya, Mbak

      Delete
  9. Waduh yang nomer 8 bahaya banget ya mbak, tapi sering banget terjadi. Jadi anak-anak kayak korban ortu yang dulu cita²nya ga kesampaian. Duh semoga kita semua nggak salah dalam mendidik anak ya mbak. Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga, Mbak. Takutnya anak gak punya kebebasan untuk mencapai keinginannya karena harus menuruti kemauan orang tua ya...

      Delete
  10. saya aja gak suka dibandingin, artinya saya juga gak boleh bandingin si kecil. Semoga dijauhkan dari pola asuh yang salah ya mba, karena serem ngebayangin di depannya kelak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, Mbak serem banget kalau membayangkan dampaknya di masa depan

      Delete
  11. Huhu, nampar saya banget ini. Dosaku banyak di nomor 2 dan 3 nih. Harus cepet2 diubah nih. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga masih terus belajar bebenah dengan pola asuh saya, Teh

      Delete
  12. No.8 ini yang sering ku lihat deh Mbak, ngeri efeknya ke anak. Jadi kayak anak nggak punya kemerdekaan hidup termasuk menentukan jodoh wkwkw. Duh semoga kita terhindar dari 8 pola asuh yang salah ini ya Mbak. Thanks for sharing, sangat bermanfaat untuk ibu baru macem aku hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, semoga kita semua terhindar dari pola asuh yang salah.

      Delete
  13. Huhuhu aku sering marah2 ini :(((
    Semoga selalu bisa jadi ortu yg selalu belajar mendidik anak tanpa batas sampai mereka dewasa nanti

    ReplyDelete
  14. Jadi orangtua tuh proses belajar yang gak selesai2. Selalu berubah dan berkembang seiring bertambahnya usia anak. Apalagi tiap anak itu beda2. Semoga kita selalu petunjuk Allah ya selama mengasuh dan membesarkan anak2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak Sary, zaman terus berubah, Kita pun harus mengikuti denga pola asuh yang sesuai.

      Delete
  15. Masya Allah, thanks mbak ini semacam pengingat buat kita sebagai orang tua, mudah2an saya bisa jadi orang tua yang baik, bisa membesarkan, memberikan pendidikan sesuai bakat minat anak

    ReplyDelete
  16. Ini bermanfaat semua Mak kedelapannya, makasih lho udah share jadi reminder buat aku supaya terhindar dari toxic parent, huhu

    ReplyDelete
  17. Hiks mendidik anak memang tak mudah ya mba. Dan hingga kini pun aku masih harus banyak belajar bagaimana bisa mendidik anak dengan baik. Terima kasih sudah mengingatkan, mba

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah dapat ilmu lagi, pengingat banget nih buat aku sebagai orang tua. Kadang beberapa poin udah faham udah mengerti tapi suka kelupaan kayak menuntut untuk begini begitu karena saya sudah begini dan begitu. Duh kalau ingat itu sering nyesel.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, Mbak kadang lupa dengan cara mengasuh yang benar. Jadi harus selalu belajar dan diingatkan terus.

      Delete
  19. Aku jadi ingat dengan pesan ini. Anak-anak hidup dan lahir pada jamannya jadi besarkanlah mereka berdasarkan jamannya

    ReplyDelete
  20. Reminder ini..karena pola asuh yang salah bisa fatal akibatnya.
    Pengalaman orang terdekat saya, dengan saudara kandungnya enggak akur sama sekali karena sampais sekarang ortunya sering menbanding-bandingkan anaknya..bahkan sampai anak-anaknya punya anak :(

    ReplyDelete
  21. membandingkan anak, kadang-kadang orang tua tidak sadar. Kadang cuma dibandingin dengan saudaranya, tetap aja itu menyakitkan untuk anaknya

    ReplyDelete
  22. Bener nih mbak, tapi kadang aku suka masih lemah nih soal misal kasihan melihat anak yang sedang mencoba tapi merasa itu sulit lalu aku bantu tapi tersadar kalau gini nanti dia gak bisa-bisa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebaiknya gak terlalu sering membantunya Mbak. Biarkan dia menyelesaikannya sendiri

      Delete
  23. Adem banget bacanya. Aku jd berasa diingatkan biar jd ortu yang lbh baik. Kadang tanpa disadari sbg ortu suka gak sabaran sama anak, trus mungkin mengucapkan hal2 kyk mbandingin, huhuhu... TFS

    ReplyDelete
  24. Membaca ini jadi berpikir panjang, apakah aku sudah menerapkan pola asuh yang benar pada anak? Kadang no 4 masi suka keceplosan, "Adek kan udah diajakin main seharian, kok masih rewel dan nggak manut sih?" tanpa sengaja sering terlontar kata ini.

    ReplyDelete
  25. Nomor 8 ini tantangan banget buat saya😢😢. Masih suka lupa bahwa anak-anak bukan kita. Masih suka lupa jaman sudah berubah, standart pun gak bisa sama, hiks.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^