Kiat Menjadi Netizen Media Sosial Yang Kritis

Diakui atau tidak, media sosial kini menjadi sebuah kebutuhan manusia yang hidup di era serba digital. Kenyataannya hal tersebut tidak terbantahkan sebab hampir setiap waktu, sebagian individu tidak bisa lepas dari gawainya dan aplikasi yang sering digunakan adalah media sosial.

kiat-menjadi-netizen-media-sosial-yang-kritis

Media sosial begitu besar dampaknya bagi kehidupan. Keberadaannya kini justru menembus sekat-sekat yang selama ini sulit dijangkau. Meskipun begitu, media sosial hanyalah sebuah wadah. Tempat berinteraksi yang fungsinya tergantung kepada yang menggunakannya. 

Ibarat sebuah pisau, media sosial bagaikan alat yang fungsinya tergantung pada siapa yang menggunakan. Jika digunakan oleh orang yang salah maka fungsinya tidak akan ada manfaatnya.

Media sosial bila digunakan secara benar, tentu saja akan bermanfaat. Kehadirannya membuat jarak jauh menjadi dekat. Berhubungan dengan dunia yang belum pernah kita datangi sekalipun, jadi lebih mudah. Tentu saja ini menjadi salah satu nilai positif dari kehadiran media sosial.

Pembahasan mengenai media sosial, dampak baik dan buruknya, dan serba-serbi penggunanya yang disebut netizen, selalu menjadi pembicaraan yang menarik. Mengingat jika semua orang saat ini banyak berinteraksi di dunia maya. Sejalan dengan itu, salah satu gerakan nasional yang selalu memiliki inisiatif untuk membangun literasi digital agar netizen cerdas bermedia sosial, yaitu Siberkreasi.

Netizen Media Sosial Yang Kritis

Pada hari Rabu 18 November 2020 merupakan kali kedua saya mengikuti Training Asah Digital untuk Guru dan Orang tua yang diadakan Siberkreasi. Melalui aplikasi zoom, acara tersebut membahas mengenai Cara Menjadi Netizen Yang Kritis.

Pemateri pada acara tersebut yaitu Mbak Mira Sahid, seorang blogger, founder komunitas Emak-emak Blogger, Yoga teacher dan Pegiat Literasi Digital. Profil yang tepat untuk membahas tentang media sosial di webinar sore hari itu.

Di awal acara, Mbak Mira mengingatkan pada peserta webinar untuk bijak dalam menggunakan media sosial. Jadilah netizen yang bukan merasa pintar tetapi pintar merasa. Kita harus bisa merasakan apa yang benar, siapa yang bisa dipercaya dan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Fakta, Opini dan Informasi Palsu

Kita bersyukur karena media bisa membantu dalam menyediakan informasi yang ingin kita ketahui. Namun terkadang kita juga bingung dengan informasi yang beredar, karena terlalu banyaknya informasi, kita jadi bingung menentukan siapa yang benar-benar dapat dipercaya.

Jenis informasi yang sering kita temukan yaitu fakta, opini dan informasi palsu. Apa yang membedakan ketiga informasi tersebut?

Fakta yaitu informasi yang dibuat berdasarkan fakta dan telah terbukti nyata. Informasi yang satu ini bisa kita percayai kebenarannya. Fakta biasanya berupa berita.

Yang dimaksud opini yaitu sudut pandang, pendapat atau pemikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap sesuatu yang dimiliki oleh seseorang tetapi bersifat tidak objektif. Opini bukanlah merupakan sebuah fakta, akan tetapi jika di kemudian hari dapat dibuktikan, maka opini akan berubah menjadi kenyataan atau fakta nyata.

Opini bisa berupa postingan pribadi, meme atau gift dan juga bisa berupa sarkasme. Bagaimana cara mengenal sarkasme? Isi postingan fokus pada masalah. Penulis mencoba mendiskusikan hal yang "menurut pendapatnya" adalah masalah di masyarakat (opini). Cara penulisannya penuh humor, sangat berlebihan dan penuh ironi.

Sedangkan informasi palsu yaitu berita yang kita dapatkan tidak berdasarkan data yang sebenarnya, dikeluarkan oleh sumber yang tidak jelas dan tidak boleh kita percayai kebenarannya.

Informasi palsu yang seringkali beredar di media sosial berupa artikel dengan clickbait, iklan palsu, foto atau artikel yang sudah diedit, satir/parodi dan bisa juga berupa informasi yang dipalsukan, dari yang diubah atau yang 100% palsu.

Mbak Mira memberikan sebuah perumpamaan untuk membedakan antara fakta dan opini. Kami peserta webinar diperlihatkan sebuah gambar apel. Dari gambar apel tersebut kami diminta memberikan fakta, kami sepakat jika fakta dari gambar tersebut buah berwarna merah itu adalah buah apel.

Selanjutnya kami pun diberikan contoh opini tentang buah apel tersebut. Bisa saja bagi mereka yang tinggal di Bekasi beranggapan jika apel merah di daerahnya paling enak se-Indonesia. Atau bagi yang tinggal di Surabaya beranggapan jika apel yang berasal dari daerah mereka merupakan buah paling manis. Semua opini tersebut tentunya tidak salah. Mereka bebas mengemukakan pendapat masing-masing.

Selain menemukan fakta, opini dan informasi di media sosial, kita juga kadang mendapatkan informasi yang dibuat menyimpang untuk menjual produk. Informasi sejenis ini biasanya muncul di saat kita mencari referensi dan hendak membeli sebuah produk.

Di saat kita menemukan informasi seperti itu, apa yang mesti kita lakukan?

Pertama, kita perlu melihat ulasan tentang produk tersebut. Semakin baik ulasan yang diberikan oleh konsumen yang telah merasakan memakai produk tersebut, artinya produk tersebut. 

Kedua, kita  bisa menanyakan asal atau cara untuk pembuatan produk. Kemudian cari tahu apabila ada tempat lain yang juga menjual produk yang sama lalu bandingkan.

Ketiga, untuk memverifikasi produk dam meminimalisir kemungkinan penipuan, sebaiknya minta bukti pembayaran ketika memesan produk.

Cara Menjadi Netizen Yang Kritis

Lalu bagaimana agar kita akan menjadi netizen yang kritis? 

Nah, ketika kita membaca sebuah tulisan, ambil jeda dan berpikir. Apa yang terkandung dalam tulisan itu? Siapa yang memberikan informasi? Apakah informasi tersebut bisa ditemukan dari sumber lain? 

Kenali, pahami lalu ambil langkah. Untuk menjadi bagian dari netizen yang kritis, ada beberapa respon yang akan diberikan oleh pembaca. Abaikan, blokir atau laporkan dan bagikan.

Abaikan. Ketika membaca sebuah informasi, pembaca bisa saja mengabaikan tulisan tersebut. Akibatnya postingan masih bisa atau tetap dapat dilihat oleh kita dan orang lain.

Bagikan/suka. Dengan memberikan respon menyukai atau membagikan sebuah tulisan, postingan memiliki peluang lebih tinggi penyebarannya dan kemungkinan orang yang menyukai atau membagikan akan meningkat.

Pemblokiran. Respon memblokir sebuah postingan biasanya dilakukan oleh pembaca yang tidak menyukai tulisan tersebut. Dengan pemblokiran, postingan atau profil orang tersebut tidak dapat dilihat dan kita pun tidak dapat dilihat oleh orang yang kita blokir.

Pelaporan. Ketika sebuah postingan dilaporkan, postingan atau profil orang tersebut akan dievaluasi oleh media.

Begitulah, di media sosial, orang dengan mudah membuat postingan apapun. Yang bermanfaat atau pun berupa informasi palsu. Respon yang diberikan pun beragam. Menanggapi dengan penuh percaya, bingung dengan kebenarannya atau bahkan ada yang tidak percaya. 

Sebagai netizen yang cerdas, sebaiknya kita berhati-hati saat menerima informasi. Kenali, pahami, baru kita ambil langkah selanjutnya. 

Jadilah netizen yang pintar merasa bukan merasa pintar (Mira Sahid)

Salam takzim


Post a Comment

32 Comments

  1. hati hati bersocial media, karena ada yang menjaga, uu ite.
    kritis boleh , jangan langsung nusuk kritik nya ya mbak.

    ReplyDelete
  2. Iya mbak. Media sosial tergantung siapa yang menggunakan. Kritikan yang membangun diikuti saran-saran baik ke depan sebenernya juga dibutuhkan.

    ReplyDelete
  3. Media sosial memang seperti 2 mata pisau. Informasi yang didapat memang sangat banyak. Tetapi, netizen juga dituntut untuk kritis. Jangan telan mentah-mentah semua informasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Suka ousings endiri deh kalau lihat netizen yang mudah sekali termakan hoax. Kemudian dengan menyebarkan. Duuuuh! GAk nyadar apa ya efeknya

      Delete
  4. aku setuju, sebagai netizen kita harus bijak memilah berita yang disodorkan di hadapan kita. skip, abaikan, pikir dulu, harus dilakuin banget ya.

    ReplyDelete
  5. Jadilah netizen yang pintar merasa bukan merasa pintar (Mira Sahid)

    Quote by Makpon ini selalu sederhana tapi jlebbb banget.
    Karena beliau emak2 sama kayak kita juga, jadinya makin concern seputar penggunaan media sosial ya

    ReplyDelete
  6. Kalau ada berita update di wag, atau group sosmed biasannya saya abaikan saja. Dengan sendirinya entar reda juga. Atau tiba tiba ada permohonan maaf dari mereka yg menyebarkan berita hoax, karena telah dilaporkan dan ditangkap aparat.
    Tapi meski demikian, banyak juga yg share lagi berita tidak penting itu. Seolah bangga pada kelompok itu dari diri dia sumber berita itu berasal

    ReplyDelete
  7. Hayuklaahh kita semakin tingkatkan semangat literasi.
    Jadinya bisa makin kritis untuk ikut memberikan kemanfaatan di era digital seperti sekarang ya

    ReplyDelete
  8. Kak Mira Sahid...keren banget.
    Selalu memperhatikan hal-hal kecil yang disampaikan kepada audience.
    Berita hoax ini sungguh harus ditangkal agar tidak mengotori pikiran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saking derasnya informasi kini yaa...
      Semoga semakin banyak masyarakat yang bisa menangkal berita hoax dan fakta.

      Delete
  9. Sepakat banget kalau kita harus menjadi pengguna media sosial yang kritis. Jangan sampai deh salah berbagi informasi

    ReplyDelete
  10. Iya mbak zaman sekarang ibu2 dekat rumah pun apa2 nanya dari gugel wkwkw.. saya dah sering bilang, boleh lah ya sesekali nanya ke gugel tapi tetep harus cari sumber asli misal ketika cari masalah penyakit anak ya datanglah ke dokter anak.. duh zaman sekarang saya tuh merasa sekali dimudahkan oleh banyak hal tapiiii merasa perlu hati2 juga.

    ReplyDelete
  11. Yes, media sosial sangat positif jika memang digunakan dengan baik. Medsos bisa jadi tempat berbagi informasi penting. Namun harus bisa memilah mana yang bukan hoax, bukan opini menyesatkan.

    ReplyDelete
  12. Menjadi netizen itu gampang-gampang susah. Sebelum posting harus benar-benar dipikir sebelum terlanjur jika isi postingannya ada yang menyinggung perasaan oranglain..

    ReplyDelete
  13. Sebenarnya media sosial akan mendatangkan manfaat jika yang dishare bernilai positif namun sebaliknya medsos akan bernilai negatif jika yg dishare berita palsu

    ReplyDelete
  14. pintar merasa, bukan merasa pintar.
    menarik, Mbak! Komunikasi melalui medsos itu bisa kalem, bisa juga berujung sampai ke berantem di dunia nyata. Jaga emosi, tetap kritis menyikapi setiap informasi.

    ReplyDelete
  15. saking bebasnya berpendapat dan difasilitasi wadah seperti media sosial jadi banyak yang salah kaprah menggunakan media sosial ya

    ReplyDelete
  16. Terutama share berita dari WA teh ampun banyak pisan yang ga kesaring kadang aku jg suka ngegas ingetin hati2 buat share tp syg penerimaannya beda hehehe

    ReplyDelete
  17. Dengan banjir bandang informasi di era digital ini, kita dituntut bertambah pintar, bertambah kritis. Karena tidak semua informasi yang beredar di media sosial berguna untuk kita, malah sering kali merusak

    ReplyDelete
  18. Bener nih kutipan kata mba mira itu. Pinter merasa, bukan merasa pintar. Wkwk. Kalau aku perhatikan mba netizen plg ngeri itu di youtube. Makanya sampe skrg gak pernah upload youtube. Takut duluan.

    Dan yg kedua yg paling horor itu adalah netizen mak emak kbm.. Huahahhaha.

    Tp apapun itu yg penting kt bs menyaring. Gak suka tinggal unfollow, hide dsb.

    ReplyDelete
  19. Suka banget aku Teh ama kata-kata ini "Jadilah netizen yang pintar merasa bukan merasa pintar (Mira Sahid" Karena banyak orang yang ngerasa pintar dengan seenaknya bikin status tapi ternyata status itu malah menyakiti banyak orang.

    Bener-bener harus berhati-hati dan jangan sampai ikut ngeshare hoax ya

    ReplyDelete
  20. Blogger kudu ikut campaign begini nih biar berita hoax nggak semakin merajalela ya, kita harus pandai menyaring info yang masuk, jangan asal sharing..saring dulu..

    ReplyDelete
  21. aku pilih jadi netizen yang pintar merasa deh tapi gak terlalu kritis, kuatis seua dikritisi, hahaha. btw penting banget nih bijak bermedia sosial yaah

    ReplyDelete
  22. terima kasih mbak, artikelnya menarik dan bermanfaat
    emang sekarang harus cerdas dalam bermedia sosial ya mbak..
    skrg itu jarimu harimau mu

    ReplyDelete
  23. media sosial emang ada sisi positif dan negatifnya, tergantung kita mau memanfaatkannya sbg apa ya?
    Kadang jg muak ada yg terlalu kritis tapi nyenggol2 pihak lawan dll, yg penting kita pilah dan jangan sampai terprovokasi apalagi kalau malah bikin rugi diri sendiri ya mbak

    ReplyDelete
  24. "bukan merasa pintar tetapi pintar merasa.". Sebenarnya sudah lama mendengar kalimat ini sebagai petuah kehidupan. Dalam bahasa Jawa saya akrab dengan nasehat : Biso'o rumongso, ojo rumongso biso

    Ternyata, petuah ini tepat juga ya diterapkan dalam bermedia sosial. Dalam era banjir informasi (yang entah benar atau tidak), ini memang passs sekali

    ReplyDelete
  25. Kritis di media sosial itu penting biar kita nggak terjebak dalam hoax atau konten-konten negatif.

    ReplyDelete
  26. Intinya harus saring dulu ya semua informasi yang didapat. Jangan mudah sharing sebelum tau kebenarannya.

    ReplyDelete
  27. Di zaman sekarang, berita benar dan hoax memang susah dibedakan. Itu sebabnya kita kudu jadi netizen yang kritis. Supaya gak kemakan berita dan gak ikut nyebarin ya. Soalnya kabar hoax ini seringnya berbahaya.

    ReplyDelete
  28. Setuju mba, jangan sebar berita yang nggak jelas sumbernya apalagi kontennya menimbulkan propaganda ya. Yang pasti juga jangan sebar kebencian dengan konten konten yang menimbulkan perselisihan. Yuk memakai social media dengan bijak.

    ReplyDelete
  29. Nitizen di sosmed itu memang banyak yg ngeri sih. Apalagi di Indonesia yg bullying masih membudaya. Belum lagi aneka hoax karena budaya membaca dan riset amat rendah. Duh PR nya banyak

    ReplyDelete
  30. Setuju banget, jadi netizen tuh harus kritis dan cermat, biar nggak kebablasan. Kalau dulu, mulutmu harimaumu, sekarang jempol yang bisa jadi harimaunya.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^