Tahap Pengasuhan Anak Yang Positif

Di dalam proses mengasuh anak, ada tiga bekal yang perlu kita miliki dalam mengasuh anak. Apa sajakah bekal itu? Pertama, rasa takut akan masa depan anak-anak kita. Kita perlu mempersiapkan mereka agar lebih tangguh dan tidak menjadi generasi yang lemah. Dengan memiliki rasa takut ini, kita akan bersungguh-sungguh agar anak kita siap dan mampu menghadapi kehidupannya kelak.
 
Tahap pengasuhan anak yang positif

Kedua, takwa kepada Allah SWT. Apabila kita tidak mempunyai bekal yang cukup untuk mengasuh buah hati, maka dengan takwa kita juga bisa mengendalikan pola asuh kita. Ketakwaan yang kita miliki dapat membendung kita ketika kesal. Berbekal ketakwaan, ucapan dan tindakan kita akan lebih terkendali. 

Emosi yang mudah meledak ketika mengasuh anak, akan luluh dengan ketakwaan. Bukan luluh karena lemahnya hati, namun lebih pada takut pada Allah SWT. Tunduk pada perintah dan larangan-Nya.

Ketiga, berbicara dengan benar. Berbekal takwa dan berbicara dengan benar dapat mendorong kita untuk terus berbenah. Mengkondisikan diri agar tidak terbiasa mendengar perkara yang buruk dan akhirnya membuat kita berbuat yang tidak baik.

Pengetahuan mengenai ketiga bekal dalam mengasuh anak yang telah dipaparkan tadi, saya peroleh, ketika mengikuti acara parenting, yang diadakan oleh komite orang tua siswa di sekolah anak saya yang kecil. Dengan mengusung tema Positive Parenting, acara yang diadakan di dalam mesjid sekolah dihadiri oleh para ibu orang tua murid. 
 
Belajar pengasuhan anak yang positif

Pada acara yang diadakan setiap sebulan sekali ini, pemateri sempat menyayangkan karena tidak ada kehadiran para ayah di dalam acara tersebut. Karena kita pun perlu menyadari, jika pengasuhan anak tidak hanya ada dalam genggaman ibu. Ayah pun memiliki peran dalam mengasuh anak.
Setelah peserta parenting mengetahui bekal untuk mengasuh anak, dr. Riyanto MARS dan Ibu Maya S, Spsi sebagai pemateri juga mengungkapkan bagaimana sikap kita dalam mengasuh anak dengan usia yang berbeda.

7 Tahun Pertama
Anak dengan usia 0 tahun hingga 7 tahun pertama, orang tua diperbolehkan memperlakukan anak sebagai raja. Orang tua hendaknya memahami jika posisi anak yang masih kecil pada tahap ini, yang sedang berkembang adalah otak kanannya. Hindari terlalu banyak marah-marah atau banyak memberikan larangan.

7 Tahun Kedua
Anak berusia 7-14 tahun, sebaiknya diperlakukan sebagai helper. Maksudnya, orang tua melatih anak-anak lebih mandiri untuk mengurus dirinya sendiri. Seperti menanamkan kebiasaan untuk mandi sendiri, mencuci wadah bekas makanannya, mencuci pakaian atau menyetrikanya.

Anak akan mendapatkan pengalaman dan banyak pelajaran berharga dalam kemandirian yang sangat bermanfaat bagi masa depannya. Dalam tahap ini, oran tua harus lebih berhati-hati dalam bersikap. Karena anak sudah mulai mengerti dengan apa yang dilakukan atau dikatakan oleh orang tuanya.

Sampai sini pemateri bertanya pada ibu-ibu yang hadir, adakah kendala yang dihadapi dalam tahap 7 tahun kedua? Jika memang terdapat masalah, maka kami para ibu diharapkan bisa intropeksi diri. Bagaimana perlakuan kita terhadap anak di 7 tahun pertamanya?

Karena apapun yang terjadi di 7 tahun pertama, maka akan berdampak pada tahap selanjutnya.
  
7 Tahun Ketiga
Yang termasuk tahap ketiga yaitu anak-anak yang memiliki usia 14 tahun hingga 21 tahun. Anak sudah semakin besar dan sudah mulai memiliki keinginan sendiri. Perlakukan anak seperti sahabat. Pada masa ini, anak sudah bisa dilepas untuk mandiri. Mereka bisa dipercaya untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan berperan sebagai duta keluarga.

7 Tahun Keempat
Usia anak yang ada pada tahapan ini yaitu sekitar 21 tahun hinga 28 tahun. Perlakukan anak seperti pemimpin. Biarkan mereka siap tebang melanglang menjelajahi dunianya. Dan yang tidak kalah pentingnya, yaitu mempersiapkan anak memasuki jenjang pernikahan.

Nah, itulah tahapan pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua dan semestinya disesuaikan dengan usia anak. Selanjutnya, dr Riyanto juga mengemukakan jika pengasuhan anak merupakan waktu yang paling berharga dalam hidup kita. Waktu untuk mengasuh anak, tidak akan berulang, maka sebaiknya kita menikmati semua prosesnya

Teman-teman, terkadang kesabaran kita memang harus diuji dengan tingkah laku anak-anak, bukan? Apa sih sebenarnya yang membuat para orang tua menipis tingkat kesabarannya? Ternyata, selain dari lemahnya tujuan dan tidak adanya visi ke depan dalam mendidik anak, banyaknya waktu menonton televisi dan penggunaan gadget juga sangat berpengaruh

Ketika menonton televisi, otak kita cenderung pasif. Tidak hanya pikiran yang pasif, badan pun berada posisi alfa, tidak bergerak. Kondisi ini membuat kita tidak siap untuk berpikir. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka orang tua akan cenderung bersikap dan bertindak secara reaktif bukan responsif.

Bahkan, dr. Riyanto sempat berseloroh jika gadget itu merupakan sebuah singkatan. Mau tau apa kata beliau? Gadget itu, merupakan singkatan dari "Gangguan anda ada dalam genggaman tangan." ^_^
Yup, gangguan yang datang pada diri kita, ternyata berasal dari genggaman tangan kita sendiri.  

Ilmu pengasuhan anak yang positif

Baca juga : Tangki Cinta Pada Anak
 
Di akhir pertemuan yang diadakan menjelang anak-anak pulang sekolah itu, kedua narasumber mengingatkan kembali pada kami, para orang tua. Jika untuk memahami perilaku anak, kita memerlukan lima bahasa cinta.
  1. Waktu yang berkualitas. Lebih baik kita memiliki waktu yang berkualitas dibandingkan memiliki kuantitas waktu yang banyak, namun tidak ada interaksi yang baik.
  2. Memberikan pujian atau perkataan yang baik. Perkataan orang tua yang berulang-ulang akan teringat terus oleh anak, tertanam dalam alam bawah sadar mereka. Oleh karena itu, hindari membandingkan anak dengan anak orang lain. Karena, beda orang tua, maka beda juga pola asuhnya. Selain itu, hindari melabeli anak dengan kata-kata negatif, seperti pemalas, bodoh, nakal dan lainnya.
  3. Sentuhan fisik. Berikan belaian serta pelukan untuk menunjukkan rasa sayang kita pada buah hati.
  4. Pelayanan. Layani anak sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka. 
  5. Pemberian. Berikan anak penghargaan jika mereka telah berbuat baik. Sebaiknya, pemberian ini disesuaikan dengan kebutuhan dan usia anak-anak. Hindari terlalu berlebihan memberikan hadiah kepada anak.
Melengkapi  paparan dari kedua nara sumber, kami diingatkan jika anak belajar dari orang tuanya. Untuk menciptakan anak yang bahagia, orang tua harus merasa bahagia dahulu. Karena akan saling melengkapi.
 
Sebaiknya menghindari obsesi untuk menjadi orang tua yang sempurna. Karena menuntut kesempurnaan itu akan sangat melelahkan. Nikmati dan syukuri apa yang ada.
 
Baca juga : Mengapa Harus Sempurna?

          Salam Takzim

Post a Comment

40 Comments

  1. betul banget Teteh , setiap orang tua adalah role mode bagi anaknya.
    Yuk semoga kita jadi orang tua yang berbahagia agar anak kita bahagia
    Amiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayuuk Teh, kita jadi role model bagi anak-anak :)

      Delete
  2. Perlakuan terhadap anak beda-beda ya tergantung umurnya. Anak-anakku sudah pada ABG nih, sudah masuk di 7 tahun kedua dan ketiga. Dulu pernah baca juga tentang ini, makasih sudah diingatkan lagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah...udah punya anak ABG ya Mbak, pengawasannya juga harus extra ya...

      Delete
  3. Pengin merealisasikan langkah2 dalam postingan mbk ini yg informatif mengenai tahap pengasuhan anak yg positif☺

    ReplyDelete
  4. Setuju banget Fitri, aku tuh menjaga banget agar jangan sampai terlontar kata-kata yang buruk saat mengasuh anak-anak. Kalo soal hadiah juga tergantung sih, waktu anakku lulus terbaik di SMP nya bahkan nomer 3 sekecamatan aja gak ada reward. Kebetulan waktu itu juga pas butuh banyak duit jadi kami kasih tahu si sulung kalo lebih penting duitnya untuk persiapan masuk SMK. Alhamdulillah anak-anak tuh gak pernah nagih minta hadiah kalo berprestasi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Mbak, gak gampang ternyata, menghindari memberi label pada anak.

      Delete
  5. Sekarang tuh jauh lebih enak ya, Mba. Ilmu parenting mudah dan tersedia dalam banyak media. Workshop, buku,blog hingga ke ebook. Jamannya Intan kecil dulu, hadeuh, aku suka bingung mau belajar dimana. Hehe.
    Jadi pengen punya anak lagi, hahaha.

    ReplyDelete
  6. Materinya sama seperti tausiyah pengajian kemaren..sekarangvaq usahanin bikin quality time sama umar..maen berdua tanpa gadget dan nenda kendanya..pagi siang dan mal masing masing satu jam..
    Informatif banget artikelnya mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah...senangnya udah bisa buat quality time, semoga terus dekat dengan anak ya...

      Delete
  7. Aku baru tahao 7 tahun pertama, selalu berusaha sabar dan mmg jadiin anak sbg raja. Tp bukan brrarti terlalu memanjakannya juga, kl ngasih tahu sebisa mungkin enggak marah2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat menikmati kebersamaan dengan anak di tahap pertama Mbak :)

      Delete
  8. Ah Teteh.... entah kenapa baca postingan ini aku jadi melting. Pengen nangis aja. Padahal belum jadi orangtua ini.

    ReplyDelete
  9. ah jadi baper baca ginian, secara belum punya anak dan harus benar-benar hati2 kelak kalau menikah lantas memiliki momongan. Terima kasih sharingnya Mba

    Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, satu lagi nih yang baper he he he... Bisa dijadiin bahan untuk nanti ya..

      Delete
  10. pernah nyimak tentang materi ini di radio.
    baca ini jadi inget lagi. nuhun teteh

    ReplyDelete
  11. Patokannya 7 ya...seperti surat Al Fatihah yang berjumlah 7 ayat, subhanallah.
    Tfs mba, ilmunya bermanfaat sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, iya ya Mbak. Saya juga baru ngeh, semua serba 7 ya...

      Delete
  12. Terima kasih sharingnya Mbak Nurul, hiks aku sering gak sabaran sam dua balitaku :(

    Acara di sekolahannya keren ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga masih dalam tahap belajar untuk terus sabar, nih!

      Delete
  13. Duh say kadang nggak sabaran kalau anak udah mencak-mencak ngambek. Ingin rasanya bersabar tapi kadang khilaf suka marahin juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi kepancing ya Mbak :), memang gak mudah untuk selalu sabaar ya..

      Delete
  14. Setuju banget, mbak. Biar anak bahagia, ortunya dulu juga harus bahagia. Saya juga bukan ibu yang sering ngasih hadiah barang ke anak. Paling hadiahnya ya pujian, pelukan dan sun sayang. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hadiah berupa pujian, pelukan dan sun sayang itu, pasti berharga bangeet buat anak ya...

      Delete
  15. Terima kasih untuk berbagi mba Nurul. Ada masa ya untuk anak2 remaja diperlakukan sebagai sahabat. Kliatannya mudah, tapi harus dilakukan bertahap

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak, keliatannya aja yang mudah, tapi tetap haru dilakukan secara bertahap

      Delete
  16. Alhamdulillaah..., ini sangat bermanfaat bagi setiap orangtua, Mbak. Makasih banyak ya, Mbak. Semoga dapat mendampingi setiap tahapan 7 tahun 7 tahun itu dengan baik dan menyenangkan bagi tumbuh kembang anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, semoga kita semua bisa mendampingi anak di setiap tahapnya ya Mas..

      Delete
  17. Peran orang tua. Baik ayah dan ibu memang jadi pemegang peran terpenting agar tahap pengasuhan ngga ada yang meleset. Perjuangan berat membentuk karakter

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perjuangan berat yang tetap harus dilakukan demi pengasuhan yang positif ya, Mas

      Delete
  18. Setuju mba nurul. Memang sebagai ortu penting banget ya buat kita mengetahuo tahap perkembangan anak. Biar pemberian stimulasinya juga tepat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Stimulasi yang tepat, anak pun jadi hebat, ya kan Mbak Ira :)

      Delete
  19. Ayah itu termasuk tokoh yang penting dalam pengasuhan anak. Sering banget lihat keluarga yang ayahnya cuma memposisikan diri jadi atm dan pengasuhan semuanya diberikan pada ibu. Miris banget kalo lihat yang begitu.

    ReplyDelete
  20. ma kaish Mba, udah diingatkan. Anak saya baru berumur, 9, 3 dan 4 bulan

    ReplyDelete
  21. Waah makasih ilmunya maak, berguna banget buatku yg msh butuh bnyqk belajar :)

    ReplyDelete
  22. Saya sering mengamati dan intens berada dilingkungan ibu yang mengasuh anaknya. Membutuhkan ilmu dan juga ketelatenan, kesabaran ya agar bisa mengasuh anak dengan proporsional dan positif

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^