Mau Menghindari Bad Mood? Tulislah Momen-momen Yang Membahagiakan

Kalau teman-teman ditanya, lebih mudah menulis hal yang menyedihkan atau menuliskan momen yang membahagiakan, apa yang akan teman-teman jawab? Mungkinkah lebih mudah menuliskan hal-hal yang membuat kita sedih, perasaan gundah atau mengundang emosi? Karena kata-kata bisa mengalir dengan mudah ketika hendak mencurahkan perasaan yang terpendam?


https://www.nurulfitri.com/2018/02/hindari-bad-mood-tulislah-momen-bahagia.html
Tidak ada yang salah, kalau kita suka mencurahkan perasaan sedih, galau atau amarah kita dalam bentuk tulisan. Menurut beberapa ahli, hal ini bisa membantu perasaan kita menjadi lebih ringan. Namun, salah seorang mentor saya. yaitu Julie Nava memiliki anggapan lain. Justru dengan menuliskan hal-hal yang membuat kita bahagia dapat menimbulkan mood yang baik.

Dengan menuliskan hal-hal yang membahagiakan, membuat kita senantiasa banyak bersyukur dan selalu mengingat bahwa hidup kita selama ini banyak mengalami kebahagiaan.

Atas dasar itulah, kali ini saya juga ingin menuliskan hal-hal yang membahagiakan dalam hidup saya. Siapa yang tidak ingin, aktivitasnya sepanjang hari bisa dijalani dengan penuhi dengan semangat, bukan? 

Okey, saya akan mengingat-ingat kembali, hal-hal yang membuat saya bahagia dan bisa dikenang hingga sekarang. Agar mood saya semakin bertambah baik.

Baca juga : Masa Kecil Anak Kolong

Masa Kanak-kanak
Saya sangat bersyukur, begitu banyak hal bahagia yang bisa dirasakan selama ini. Masa kecil yang penuh dengan warna, bisa menikmati indahnya bermain di sawah, mengejar dan menangkap capung berwarna merah yang ada di sawah atau mencari kepik dengan sayap emas yang hidup di semak sekitar pinggiran sawah.

Di sela-sela bisingnya pesawat yang hilir mudik (saya tinggal di komplek AURI dan rumah saya  terletak di ujung landasan pacu), saya juga bisa menikmati nyanyian kodok yang memanggil hujan, ketika malam menjelang. Meskipun saya sendiri masih sangsi benarkah kodok bernyanyi hanya untuk memanggil hujan? #eh, dibahaass!! 😂😂

Pesawahan di depan perumahan, ternyata tidak bertahan lama. Karena beberapa tahun kemudian, area pesawahan yang ada di depan rumah ditimbun oleh tanah dan dijadikan lapangan. Di lahan tersebut, kami bisa dengan bebas bermain sepeda, kejar-kejaran, main galah asin atau permainan tradisional lainnya. Masa itu, belum ada gawai yang bisa membius kami diam di dalam rumah. Justru kami lebih sering bermain di luar rumah. Bersenda gurau dengan teman-teman sebaya sambil menikmati sinar matahari di sore hari.

Baca juga : Festival Kaulinan Barudak Sunda

Tidak pernah sedikit pun, timbul perasaan khawatir dalam hati orang tua kami. Pada masa itu, belum begitu banyak kendaraan yang melintas di dalam perumahan, hingga orang tua kami merasa tenang melepas kami bermain sepeda. Dahulu para orang tua pun tidak perlu mengkhawatirkan keadaan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Berbeda dengan orang tua zaman sekarang, yang khawatir terjadi penculikan yang hingga saat ini kerap terjadi pada anak mereka.

Baca juga : Indahnya Masa Kecil yang Tak Terlupakan


Masa Remaja
Saat remaja pun, banyak hal yang bisa membuat saya bahagia. Usai menempuh pendidikan di SMA, saya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,  masuk universitas. Masih terekam dengan jelas dalam ingatan saya, ketika ibu memeluk saya dengan erat sambil berlinangan air mata. Ibu mengungkapkan rasa bahagianya ketika tahu, saya lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Dari sekian banyak teman, waktu itu hanya saya yang bisa lolos ujian tersebut. Hal itulah yang membuat ibu begitu bahagia, dan tentu saja kebahagiaan tersebut menular pada saya. Anak mana yang tidak senang melihat ibunya bahagia, kan?

Di masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa ini pula, saya bisa menemukan cinta pertama sekaligus cinta terakhir hingga saat ini. Menemukan sosok yang tidak romantis, tapi sangat bertanggung jawab. Saya masih ingat, ketika sosok lelaki itu selalu menepati janji yang diucapkannya. Bahkan janji untuk membawa saya mengarungi bahtera rumah tangga setelah dia mendapatkan pekerjaan tetap pun, benar-benar dia wujudkan. Wanita mana yang tidak bahagia, kala sang pujaan hati memenuhi janjinya untuk memujudkan jalinan kasih bersama yang sah, bukan?

Menyongsong Masa Kehamilan
Setelah menikah, Allah juga memberikan kebahagiaan yang semestinya saya syukuri. Karena sebulan usai resepsi, Allah menitipkan janin di rahim saya. Kebahagiaan saya semakin bertambah ketika melihat raut wajah belahan jiwa yang begitu antusias, saat mendengar berita yang membuat dia akan menjadi seorang ayah sebentar lagi. Begitu pula dengan orang tua saya yang terlihat bahagia karena akan mendapatkan cucu pertamanya, ekspresi orang-orang terdekat saya itu, semakin membuat kebahagiaan saya menjadi lebih sempurna.

Proses kehamilan pertama yang dipenuhi dengan drama muntah, mual, tidak mau mencium bau masakan dan tidak bisa makan nasi, ditanggapi dengan penuh kasih sayang oleh suami tercinta, membuat saya merasa menjadi wanita yang utuh. Yup, tidak pernah ada keluhan yang berarti dari dia. 😍😍 Apalagi ketika mengalami kehamilan yang kedua, proses kehamilan yang tidak ada keluhan sama sekali, membuat saya merasa tenang menjalaninya selama 9 bulan.

Mendampingi Tumbuh Kembang Buah Hati
Mengamati tumbuh kembang buah hati, menjadi hal selanjutnya yang membuat saya merasa bahagia. Kedua bayi mungil nan montok itu selalu bisa membuat saya tersenyum bahagia. Menikmati harum tubuhnya, ikut tersenyum mendengar tawanya yang renyah dan yang tidak pernah saya lupakan hingga saat ini, ketika melihat tatapan mata mereka ketika sedang diberi ASI. Tangannya yang mungil, berusaha menggapai wajah saya, dan matanya yang bulat menatap mata ibunya dengan tatapan yang seolah-olah mengatakan tak ingin lepas dari pelukan saya. 
Ya, Nak, ibu tidak akan pernah melepaskan pelukan ibu, hingga sekarang. Meskipun kini kalian sudah besar, ibu tidak akan pernah lupa untuk tetap memeluk kalian.

Entahlah, setelah menulis momen bahagia ketika mengandung kedua anak saya, perasaan sayang terhadap mereka seakan semakin bertambah. Saya menjadi lebih semangat mengurus, mendidik dan mendampingi tumbuh kembang anak-anak serta bisa melupakan semua kekacauan yang biasa dilakukan oleh anak-anak.

Hmmm ... Ternyata benar juga yang dikatakan oleh mentor saya, menuliskan sesuatu yang membahagiakan, ternyata bisa menimbulkan semangat baru. Mengingat kelembutan dan  kelucuan anak-anak di masa kecil, membuat saya lebih menyayangi mereka dan bertekad untuk bisa memenuhi semua yang dibutuhkan oleh anak-anak, dan melupakan semua hal-hal ajaib menggemaskan yang mereka lakukan.

Kini saya bisa merasakan, jika memang perlu menuliskan hal-hal yang membahagiakan dalam hidup kita. Karena dengan menuliskannya, kita menjadi ingat semua momen itu, dan tentu saja dapat membuat kita akan selalu bersyukur dan menghargai makna kehidupan ini.

Nah ... bagaimana dengan teman-teman, sudahkah menuliskan hal-hal yang membahagiakan untuk membooster semangat kita?

#ALUMNI_SEKOLAHPEREMPUAN
#sekolahperempuan

Post a Comment

44 Comments

  1. aku hamil pertama selalu mual jika dekat-dekat dengan pak Suami hihihi. Untunglah, setelah lahiran enggak gitu lagi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi..iya, kadang ada yang begitu. Kasian Pak suaminya ya.. :))

      Delete
  2. Gratitude journal ya istilahnya. Saya pernah menerapkan ini dan tidak lagi, karena tidak sempat. Tapi saat sedih atau kecewa, saya memotivasi diri dengan mengingat banyak nikmat yang sudah saya rasakan. Rasanya tak sebanding dengan duka yang saya alami.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah Mbak...mengingat hal yang indah bisa membuat kita banyak bersyukur

      Delete
  3. Menulis kebahagiaan itu meningkatkan harapan hidup lebih lama. 😁

    ReplyDelete
  4. Boleh juga dicoba enuliskan sesuatu yang membahagiakan sebanyak mungkin ya mbak. Dan aku kok yakin kalau memang itu sangat baik untuk kita dan yang membaca

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang terasa efeknya, Mbak, jadi lebih banyak bersyukur

      Delete
  5. Alhamdulillah, bahagia juga menular kak nggak bikin kita doang yang jadi semangat hihi. Buktinya baca postingan ini aku juga ikut mengenang masa2 bahagiaku dulu hehe. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, bisa menularkan kebahagiaan untuk pembacanya ya..

      Delete
  6. kalau buatku menulis itu semacam healing

    ReplyDelete
  7. Menulis fiksi kuliner tuh bisa jd ood boosterku :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah...bisa menggungah selera makan juga ya, Teh hehehe

      Delete
  8. iya ya teh menuliskan hal yang membahagiakan akan mengalir juga semangat dalam diri, ningkatin mood juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat mengingatnya lagi, jadi tambah semangat ya...

      Delete
  9. Wahh..setuju banget nih..mau coba ahh..menulis hal2 yg membahagiakan supaya mood bisa ikut naik..secara saya orgnya memang moody-an 😓

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cocok untuk yang moodnya turun naik. Bisa jadi mood booster, ya..

      Delete
  10. Wajib coba nih, apalagi buat orang orang yg moodnya gampang naik turun kaya aku 😁

    ReplyDelete
  11. Betul banget, jadi seperti menepuk nepuk ingatan yang membahagiakan bisa buat hati happy 🙂🤗

    ReplyDelete
  12. hmm,, betul itu. gunakan saat-saat indah sebagai penangkis bad mood. Saya udah nyoba beberapa kali dan hasilnya memang ampuh koq. TFS mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah..syukurlah, sudah bisa merasakan manfaatnya ya...

      Delete
  13. Membaca postingan mbak Nurul ini juga bs jd mood booster.

    Seorang guru ngaji saya bilang, jgn peliharan pikiran negatif, perasaan tdk enak, dan semua hal yg tdk membawa kebaikan krn hanya akan memperbesar gelombang energi yang negatif. Segera ganti sesuatu yg dirasa gak enak, gak nyaman dgn pikiran dan sugesti positif, niscaya perlahan akan menghadirkan mood booster.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nasehat guru ngajinya Mbak Ririe benar juga, noted!

      Delete
  14. Iya lebih baik menularkan kebahagiaan ya daripada menularkan kesedihan hehe..

    ReplyDelete
  15. BAd mood harus dihilangkan dengan melihat yang indah, mendengar yang baik dan melakukan hal hal positif bersama teman teman keren pasti bad mood tak akan kembali :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Melakukan hal-hal yang positif bisa membuat kita selalu berpikiran positif ya...

      Delete
  16. Masa masa mengkenang masa anak anak itu seru dan lucu ya tapi kalo saya sendiri menghilangkan rasa badmod dengan cara main games dan nonton pilem

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk gamers kayak Dikki, main games bisa menyenangkan ya...

      Delete
  17. Setuju tulislah hal yang membhagiakan, karena tulisan kita adalah doa dan menulis hal membahagiakan adalah doa agar kita selalu bahagia hehhe

    ReplyDelete
  18. Aku jadi ikut bahagia setelah baca cerita teteh...
    Ternyata benar yaa...bahagia itu menular.
    Demikian pun energi negatif.

    Jadi mari kita teliti lagi...apa benar si kodok nyanyi buat manggil hujan?
    Ahhaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah..nah...benarkah kodok bernyanyi tanda memanggil hujan? Wkwkwk

      Delete
  19. Iya sih, aku suka menulis tentang hal-hal lucu yang bikin hati bahagia tentang anak-anak ketika mereka masih kecil dan waktu dibaca lagi suka senyum-senyum sendiri dan bikin mood jadi bagus :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengenang masa kecil anak-anak memang dapat membahagiakan,ya, Teh :)

      Delete
  20. Iya Insya Allah membiasakan diri menulis momen membahagiakan. Walau enggak semua diposting di blog hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Momen membahagiakan yang sifatnya pribadi, gak perlu diposting di blog, ya, Teh. Bisa di diary

      Delete
  21. Bener juga yaa..
    Bahkan membaca tulisan ini bikin saya jadi bahagia dan bersyukur 😊

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^