Sudah hampir satu setengah tahun saya pindah domilisi. Kembali ke tanah kelahiran kami, ke Kota Bandung. Sebelumnya kami merantau di Kota Subang. Kota tingkat kabupaten yang tidak padat dengan wilayah yang luas. Kendaraan di sana pun masih terbilang tidak sebanyak yang ada di kota besar lain, seperti Bandung atau Jakarta.
Tinggal di daerah yang dikepalai oleh bupati ini, terbilang nyaman dalam bidang transportasinya. Jalanan yang tersedia, masih cukup memuat jumlah kendaraan yang ada. Nyaris tidak ada kemacetan yang berarti di sana. Kecuali jika ada acara-acara besar, ya ...
Setelah menikmati suasana jalan yang lengang tanpa kemacetan di Subang, kini kami harus berhadapan dengan arus lalu lintas Kota Bandung yang padat. Yup, kini Bandung-ku sudah tak sama lagi. Dulu, kendaraan pribadi masih jarang. Kami beramai-ramai menggunakan kendaraan umum. Jalanan pun terlihat masih lengang. Sekarang? Wah, jangan ditanya, deh! Seiring perkembangan zaman dan kemajuan bidang wisata di kota kembang, kita akan menemukan kemacetan di mana-mana.
Itu, cerita tentang suasana lalu lintas di Kota Bandung. Sebagai kota terbesar di Jawa Barat, keadaan jalanan di Bandung semakin macet saja. Berbicara tentang kemacetan kota besar, lalu saya pun jadi teringat dengan kondisi lalu lintas ibu kota kita, bagaimana ya? Hmm ....
Jakarta sebagai Ibu kota negara merupakan pusat pemerintahan juga pusat kegiatan bisnis. Tidak heran para perantau berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk menguji peruntungan di kota metropolitan ini.
Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan infrastruktur yang masif membuat Jakarta telah banyak bermetamorfosis, salah satunya pada transportasi umum. Sejak periode tahun 1980 ke akhir 1990-an jumlah kendaraan roda 4 dan 2 tidak sebanyak saat ini. Dulu yang eksis di jalanan ibu kota adalah bus tingkat PPD, Bus Mayasaribakti, Kopaja, bemo dan mikrolet.
Jakarta sebagai Ibu kota negara merupakan pusat pemerintahan juga pusat kegiatan bisnis. Tidak heran para perantau berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk menguji peruntungan di kota metropolitan ini.
Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan infrastruktur yang masif membuat Jakarta telah banyak bermetamorfosis, salah satunya pada transportasi umum. Sejak periode tahun 1980 ke akhir 1990-an jumlah kendaraan roda 4 dan 2 tidak sebanyak saat ini. Dulu yang eksis di jalanan ibu kota adalah bus tingkat PPD, Bus Mayasaribakti, Kopaja, bemo dan mikrolet.
Seperti halnya Kota Bandung, waktu lampau jalanan ibu kota pun saat itu masih lengang. Dulu, sangat umum terjadi, ada pemberhentian “suka-suka supir” meskipun halte-halte telah disediakan. Dari soal waktu pun, calon penumpang harus rela menunggu hingga lama. Setelah menunggu, eh, yang datang bus dengan kondisi penuh dan membuat senewen.
Pengemudi mengangkut penumpang yang tidak memperkirakan ruang kendaraan yang tersedia di bus. Kapasitas selalu berlebih. Bukan pemandangan aneh, penumpang bergelantungan di depan pintu yang membahayakan jiwanya. Supir bus juga “nafsu” mengejar setoran harian tanpa memikirkan keselamatan. Ngebut dan ugal-ugalan jadi hal biasa. Sayangnya, penumpang nyaris tidak punya pilihan. Cenderung pasrah karena butuh transportasi yang bisa membawa mereka ke tempat tujuan.
Metamorfosis Kendaraan Umum
Saat pertumbuhan jumlah kendaraan tidak sebanding dengan jumlah jalan, transportasi umum belum memadai ditambah lagi dengan sebagian masyarakat yang masih gengsi naik kendaraan umum, kita memang butuh sebuah terobosan transportasi. Harus diakui, selama dua tahun terakhir Pemerintah sudah banyak sekali melakukan pembaharuan, walaupun hasilnya belum bisa dikatakan optimal.
Dulu, rute-rute bis yang disediakan hanya di beberapa jalan protokol ibukota saja, kini rute kian diperluas hingga menjangkau daerah pemukiman. Secara tidak langsung, lapangan pekerjaan baru pun makin terbuka. Jangan heran jika banyak pengemudi dan asisten Bus Transjakarta adalah wanita.
Pernah naik Commuter Line Jabodetabek? Keliatan, kan, bedanya sekarang dengan 5 atau 10 tahun lalu? Dari mulai kualitas kenyamanan di tiap armadanya, perluasan rute, penerapan pemisahan gerbong wanita/pria, penambahan stasiun perbehentian dan sistem pembayaran yang lebih efisien dan efektif. Sudah tidak ada lagi penumpang yang bergelantungan apalagi duduk di atas armada yang membahayakan jiwa.
Dulu, rute-rute bis yang disediakan hanya di beberapa jalan protokol ibukota saja, kini rute kian diperluas hingga menjangkau daerah pemukiman. Secara tidak langsung, lapangan pekerjaan baru pun makin terbuka. Jangan heran jika banyak pengemudi dan asisten Bus Transjakarta adalah wanita.
Pernah naik Commuter Line Jabodetabek? Keliatan, kan, bedanya sekarang dengan 5 atau 10 tahun lalu? Dari mulai kualitas kenyamanan di tiap armadanya, perluasan rute, penerapan pemisahan gerbong wanita/pria, penambahan stasiun perbehentian dan sistem pembayaran yang lebih efisien dan efektif. Sudah tidak ada lagi penumpang yang bergelantungan apalagi duduk di atas armada yang membahayakan jiwa.
Nah di tahun 2019 ini, MRT (Mass Rapid Transit) segera dapat dinikmati penduduk ibukota. Meski terkesan “terlambat” dibanding negara tetangga. Dua tahun ke depan akan banyak yang berubah dalam keseharian masyarakat Ibukota. Mungkin transportasi pribadi tidak lagi populer, mungkin kemacetan yang berkurang akan membuat ritme hidup kita pun berubah. Di sisi lain, kesiapan masyarakat juga perlu diantisipasi. Mulai dari sekarang membiasakan diri dengan transportasi cashless, belajar memelihara fasilitas umum dan lain-lain yang intinya menjadi social society seperti di negara maju.
Inovasi lainnya tidak hanya dalam pengadaan kendaraan namun juga sistem terapan bagi seluruh pelaku jalan. Sistem 3 in 1 yang dulu sempat populer, kini berganti dengan sistem ganjil genap. Tujuannya untuk mengontrol kuantitas kendaraan pribadi baik maupun transportasi online yang kian marak sebagai kegemaran masyarakat ibukota.
Namun hal tersulit bukan pembenahan infrastruktur dan fasilitas tapi mengubah kebiasaan masyarakat berpindah ke kendaraan umum. Biasa di zona nyaman dengan kendaraan pribadi, membuat kita malas mencoba naik kendaraan umum.
Padahal, perkembangan transportasi di ibukota Jakarta sudah sangat meningkat pesat. Tahun 2029, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek menargetkan ada 60% orang-orang di Jabodetabek menggunakan kendaraan umum sebagai sarana mobilisasi utama dan jarak tempuh maksimal dari seluruh titik Jabodetabek adalah 1,5 jam per satu kali perjalanan.
Alangkah baiknya kita mencoba membiasakan diri untuk menggunakan fasilitas transportasi yang disedikan. Bukan hanya untuk mengurangi kemacetan, agar tidak ada lagi istilah Jakarta kota juara macet dan semrawut, namun juga mendukung kota yang nyaman, udara bersih dan tentu saja produktivitas yang makin baik. Semoga masyarakat ibu kota bisa membiasakan dirinya ya..
Seiring dengan perkembangan transportasi di Kota Jakarta, saya juga merasakan kenyamanan metamorfosis kendaraan umum di Kota Bandung. Dulu sewaktu masih kuliah, kami selalu berebutan untuk mendapatkan bus menuju ke kampus. Jumlah mahasiswa yang menggunakan transportasi ini lumayan banyak, sedangkan bus masih belum sebanyak seperti sekarang. Akibatnya kami selalu berebutan untuk naik bus saat hendak ke kampus. Kadang kala rela berdesak-desakan asalkan tidak terlambat kuliah. Keadaan dalam bus semakin panas karena jumlah penumpang yang banyak, tanpa AC pula.
Namun itu dulu, sekarang kendaraan umum di Bandung juga sudah mengalami metamorfosis. Sudah semakin nyaman. Selain itu, menggunakan bus, perjalanan menjadi semakin cepat. Karena bus tidak ngetem di setiap perempatan jalan. Dan yang pasti, dengan semakin banyak penumpang yang menggunakan kendaraan umum, kendaraan pribadi tidak banyak yang keluar. Sehingga bisa mengurangi kemacetan.
Well, semoga semakin banyak masyarakat yang mau beralih menggunakan kendaraan umum. Toh, sekarang sudah semakin nyaman. Sekarang masyarakat bisa menikmati metamorfosis kendaraan umum dan membantu menghilangkan kesemrawutan yang sering terlihat di jalanan kota besar.
Yuk, naik kendaraan umum!
51 Comments
Aku merasa kendaraan umum sekaran lebih nyaman. Kalau pergi sendiri aku lebih suka pakai kendaraan umum kecuali perginya sama keluarga baru deh bawa kendaraan sendiri
ReplyDeleteAku masih berani naik bis berdua sama anak dibanding naik kereta padahal kereta lebih murah, cepat dan ngga macet hihi
ReplyDeleteKendaraan umum, aku seringnya ya naik kereta api. Dulu waktu kuliah sukanya naik bus dan angkot hehe. Semakin banyak yang menggunakan kendaraan umum, kemacetan jalan bisa berkurang ya.
ReplyDeletePernah naik gratis pas acara jabar etalage nyaman banget dan adem
ReplyDeleteIya harusnya pada sadar naik angkutan umum ya teh, hihi lah saya aja masih naik kendaraan pribadi wwkwkkw, tar mah mau naik angkutan umum ah
ReplyDeleteSetelah tinggal di Jogja, nggak pernah lagi naik kendaraan umum. Kendaraan umum di Jogja jarang banget, bisa keburu kering kerontang nunggu bus datang, rute yang dilewatin juga nggak banyak. Padahal waktu tinggal di bekasi kemana-mana naik kereta, bus, angkot, enak banget tinggal duduk manis.
ReplyDeletePublic transport di jakarta sekarang memang beda banget sama dulu yaa, jauh lebih bersih, lebih teratur, lebih banyak armadanya. Walaupun di jam-jam pergi dan pulang kerja tetap aja masih penuh hahahaa. Mungkin itu juga yang bikin banyak orang masih lebih memilih naik kendaraan pribadi yaa :)
ReplyDeleteAku selalu menggunakan kendaraan umum, mba dan selalu ajarkan anak juga buat menikmati aneka kendaraan umum :)
ReplyDeleteSmoga makin banyak kendaraan umum yang terawat dengan baik ya mba :)
Ojol kendaraan umum bukan sih, Teh? Hihihi.
ReplyDeleteKalau naik kereta dan bus, aku masih berani. Tapi big no untuk angkot, kecuali jarak dekat. Pernah ngalamin kejadiaan nggak enak soalnya.
Aku sukaaa naik kendaraan umum, apalagi yg bersih dan nyaman giniih... waktu di jakarta ada urusan, aku naik trans dan duduk anteng aja gada capek2nya ahahahh
ReplyDeleteMamah saya sampai pernah cerita ke keluarga besar kalau saya sekarang benari ke mana-mana naik kendaraan umum. Padahal dulu saya selalu milih taxi kalau gak bawa mobil pribadi. Sekarang, memang lebih nyaman naik transportasi umum, terutama TransJakarta dan KRL. Mudah-mudahan LRT kalau udah jadi juga akan sama nyamannya
ReplyDeleteMakin asyik sekarang mah naik kendaraan umum kayak bis ini. Lega dan nyaman. Dulu mah bis teh desek-desekan. Tapinya tetep seru. :D
ReplyDeleteBerhuhung saya mah tidak bisa menyetir baik roda 2 komo roda 4. Jadi weh, amat sangat tergantung pada transportasi publik. Sekarang memang jauuh sekali dibanding zaman lampau. Semoga kedepannya peminat dan penikmat transportasi umum akab bertambah.
ReplyDeletesamaam kita teh Bandung :D transportasi sekarang memang jauh lebih bagus, inget dulu masih tinggal di Tangerang palinng males naik bis soalnya bisnya kurang nyaman. Sekarang sudah ada trans jakarta yang bersih dan nyaman. Di Bandung juga bis damri sekarang sudah bagus-bagus :D
ReplyDeleteSaya masih kadang kadang pakai jasa bis gitu, karena memang aktivitas di rumah yaa lebih banyak sekarang jadi mau kemana naik bis. Hehehe. Pengen deh naik bis 😊
ReplyDeleteKayaknya aku udah lama banget gak naik bus nih Teh, kurang suka juga suka gampang mabok soalnya hahahaha seriusan!
ReplyDeleteMudah2an penumpang juga bisa jaga ketertiban dan kebersihan yah, jadi angkutan umumnya juga nyaman.
Terakhir kali aku naik angkot mau ke stasiun Teh, meuni jorok pisan, banyak sampaaah
Aku sekarang lumayan sering naik Damri teh maklum rumahnya di Bandung Timur, jauh kemana-mana, enakeun Damri sekarang mah jauh dekat harganya 5000rb murah hehe
ReplyDeleteHihi.... aku lagi suka naik damri nih di Bandung,adem kaya naik transjakarta,macetnya gak sebanyak di Jakarta kalau di Bandung mah,hehe.
ReplyDeletePas masih di Bandung, saya sering ajak anak-anak naik bis damri yang baru, anak-anak exciting banget dan seru kata mereka
ReplyDeleteTerakhir kali naik bus di Bandung aku masih ngalamin kelas festival alias kebagian berdiri hihihi tapi masih kebagian duduk juga sih, walau tinggal seprempat jalan. Cuman emang ga sepadet dulu, uyel-uyelan dan berisiko ini itu. Kalau selow dan ga buru-buru emang enak naik angkutan umum. Bisa buka-buka notif sosmed (tetep_) buka buku atau ngobrol sama temen jalan
ReplyDeleteAku pernah tinggal di Bandung, cuma seminggu sih. Jaman jalanan masih lengang, naik becak aja bisa sambil menikmati suasana malam kota Bandung
ReplyDeleteEh ya, kalo ojol itu masuk kendaraan umum gak sih? Soalnya aku sering pake ini *tutup muka pake serbet* Hmm, soalnya kalo kendaraan umum suka macet sii. Semoga cepet berubah ya lalu lintas di Jakarta dan kota padat lalin lainnya :)
ReplyDeleteSemoga kendaraan umum di Indonesia bisa bagus dan nyaman kyk di Singapura atau KL yak.. Soalnya di Bdg naik angkot tuh ngeselun krn lama hrs muter, ngetem n macet hehe..
ReplyDeleteCoba kalau bus2 yg digunakan untuk transportasi umum semuanya nyaman, nggak ada bus tua yg kotor dgn asapnya yg hitam, orang pun tentu mau berpindah dari kendaraan pribadi ke umum dan itu secara nggak langsung akan mengurangi kemacematan.
ReplyDeleteOh iya Mbak, jadi kepikir gini. Meski sekarang udah banyak ojek dan taksi online, angkot di Bandung juga ya masih rame kah? Dan emang lah ya, apalagi kalau weekend. Macetnya Bandung tu alamak banget...
ReplyDeleteKalau naik kendaraan umum saja udah nyaman dan lebih efisien waktu dan hemat pengeluaran, kenapa harus pake ke daraan probadi yang akan menambah kemacetan??
ReplyDeleteBener ya jaman dulu yang nama nya naik bis tuh ga enak,panas pengap dan gak aman. Tapi sekarang kebalikannya
ReplyDeleteAku paling sering naik busway dan bajaj.. suka dan seru karena lebih cepat memang
ReplyDeletePengennya yang berkembang bukan cuma di kota besar. Kendaraan umum di Jakarta sekarang nyaman dan kerasa aman. Jadi kepengen juga ada di kota-kota lain.
ReplyDeleteKereta komuter bandung juga udah oke skrg, teh. Stasiunnya juga udah bagus. Kalau lagi gak dijemput suami, saya selalu pake kereta buat pulang 😁
ReplyDeleteSaya bersyukur banget lho mbak bisa ngerasain zaman peralihan dari 90-an ke 2000-an. Dari gerbong kereta masih campur aduk segala ayam ada di situ, kumuh, kotor, dan sekarang luar biasa bagus meski belum kayak di eropa dan amerika.
ReplyDeleteAamiin. Mudah-mudahan makin baik dan terus berbenah layanan transportasi umum di Indonesia.
Aku lebih sering naik commuter line mbak..karena terhindar dari macet,pernah nyoba naik bus macet banget.
ReplyDeleteDi Jepara belum ada kereta atau trans gitu. Kalau ada aku mau deh naik kendaraan umum. Busnya masih model lama, kalau sore banget ya dempet2 sampai gelantungan
ReplyDeleteSuka naik kendaraan umum yg bersih tapi kalau banyak sampah dan bau asap rokok akunya suka punyeng
ReplyDeleteAku penasaran naik commuter line mba Fit, hehehe kayak apa apa kayak naik kereta biasa ya.
ReplyDeleteAku juga suka naik kendaraan umum, macem bus kalo mudik ke rumah sendiri. Biar ngak capek di jalan.
Kalau nyaman begini asyik ya, dulu aku sering banget naik busway kalau sekarang karena sudah pindah depok, lebih seringanya ya KRL
ReplyDeleteSekarang udah enak kalau pergi-pergi naik kendaraan umum, kecuali angkot ya yang masih begitu2 aja. KRL, dulu kayaknya aku anti banget, sekarang malah lebih enak naik KRL karena cepat dan walaupun berdiri, masih tetap enak ga panas. Murah pula. Kalau naik TJ pun enak, pasti sama adem juga, tapi kadang masih suka kena macet aja padahal udah dibikin jalur khusus. Semoga bisa makin nyaman lagi.
ReplyDeleteAminn aminn semoga pad aberalih ke kendaraan umum, saya sendirj lebih suka pakai KRL soale rumah dan ke tempat acara ya dekatnya kalau pakai KRL dan disambung ojol.
ReplyDeleteKalau di Lampung belum ada kendaraan umum yang nyaman. Supir2 angkot sekarang kurang tertib. Bus2 damri disingkirkan diganti bus macam busway tapi pengelolaannya buruk. Sekarang banyak ojek/taksi online tapi ya driver2 mulai nakal juga. Mudah2an ada solusi transportasi umum aman nyaman dan terjangkau
ReplyDeleteFasilitas transportasi umum kian dipebaiki dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah ya. Sekarang apa2 serba bagus dan nyaman. Kalau seperti ini kan kita jadi nyaman ya bepergian kemana saja tanpa membawa kendaraan pribadi.
ReplyDeleteSejak SD saya juga penikmat kendaraan umum, mbak. Ada kenangan tersendiri apalagi kalo udah umpek2an hahah.. pernah juga mendadak kami turun dari angkot karena takut dengan orang2 di angkot yang mencurigakan. Senang sekarang pemerintah makin turun tangan untuk perbaikan kendaraan umum.
ReplyDeleteSemoga perkembangan transportasi umum bisa sampai ke pelosok-pelosok, jangan cuma di perkotaan.. hehe
ReplyDeleteTerus terang, ketolong banget dengan krl. Dulu waktu tinggal di Bogor kalau ke Jakarta jadi murah meriah.
ReplyDeleteSaya sekarang senang karena transportasi umum makin baik. Kayak di Surabaya, bus nya jauh lebih nyaman.
ReplyDeleteAku belum pernah naik kendaraan umum selain angkot :D
ReplyDeleteTapi ikut seneng banget kalau kendaraan umum semakin kesini semakin diperbaiki, biar kita-kita yang naik juga semakin nyaman :)
Di Jogja sudah ada Trans Jogja dan itu udah memadai banget menurutku. Udah mirip-mirip GO KL nya Malaysia. Kereta api juga sekarang nyaman banget ekonomi sekalipun udah memadai lah
ReplyDeleteAku suka pakai kendaraan umum terutama buat jarak jauh
ReplyDeleteBersyukur banget rasanya transportasi publik lebih baik, menyenangkan dan tertata. Cuma macetnya ya belum ya nba. Mudah mudahan ke depannya smakin baik lagi
ReplyDeleteKendaraan umum ini adalah pahlawanku!
ReplyDeleteKarena dengan kenyamanannya saya tetep bisa berhemat dan bisa menjalani hidup sampai akhir bulan hahaha
Meskipun kadang nggak dapet tempat duduk, tapi anggap saja semua itu adalah bentuk tirakat hidup di ibukota.
Dan yang penting, sekarang jarang ada orang ngamen di kendaraan umum.
Wkwkwkw
Biasanya wass wass tiap ada pengamen atau yang naik turun begitu, pernah ada teman kehilangan barang berharga soalnya.
Aku tuh penggemar transportasi umum banget. Soalnya belum punya mobil sendiri, huehehehe ... Nah, aku juga berpikir seperti itu, Teh. Andai semua moda transportasi sudah siap, bagaimana dengan masyarakatnya? Apakah sudah siap menggunakan? Mengingat selama ini bisa bersantai di kendaraan pribadi, apalagi yang biasa membawa segala macam keperluan di dalam mobil. Pastinya beda banget karena menggunakan transportasi umumnya artinya harus siap dengan membawa barang yang diperlukan saja. Selain itu, menggunakan transportasi umum harus mau berkorban berjalan kaki dulu dari halte ke halte. Semoga semuanya siap agar apa yang telah dipersiapkan nggak sia-sia.
ReplyDeletesebagai anak yang daerah rumahnya ga dilewatin busway dan angkot dah semakin berkurang, mau ga mau masih belum bisa lepas dari ojol atau bawa kendaraan sendiri. hmm. semoga next transportasi umum bisa lebih merata lagi. :D
ReplyDeletesalam kenal ya mba.
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^