Literacy Goes To School merupakan program rutin hasil besutan Joeragan Artikel. Tujuannya tentu saja untuk menggiatkan literasi pada anak sekolah. Dan di Bulan Januari 2019 yang lalu, kami memiliki agenda kegiatan mengenalkan literasi ke siswa-siswi SD Tunas Unggul Global Interactive School.
Kali pertama memasuki sekolah yang menggunakan dua bahasa ini, saya sedikit takjub. Melihat sekolah yang begitu besar dan tidak telihat dari jalan besar. Ketika tukang ojek mengantar saya yang baru pertama kali ke sekolah berbasis Islam ini, saya sedikit ragu karena si mamang membawa saya memasuki sebuah kawasan perumahan.
Sempat terlintas dalam pikiran saya, jangan-jangan mang ojek hendak membawa saya ke suatu tempat. Wah penculikan, nih! Hihihi ...! Atau mang ojek enggak mendengar permintaan saya untuk diantar ke SD Tunas Unggul Global Interactive School?
Syukurlah semua kekhawatiran saya tidak terbukti. Mang ojek menghentikan laju motornya di sebuah halaman sekolah yang cukup luas.
Ternyata di balik jejeran rumah-rumah megah, ada sebuah sekolah bertingkat dengan mesjid yang cukup besar.
Ketika saya datang, halaman sekolah sudah sepi. Terdengar riuh rendah suara anak-anak di dalam kelas. Jam pelajaran telah berlangsung. Pada malam sebelumnya, saya telah berjanji untuk bertemu di sekolah tersebut dengan dua orang teman. Setelah bertanya pada bapak satpam akhirnya saya naik ke lantai dua menuju kelas, tempat kegiatan literasi dilakukan.

Kemudian saya memasuki sebuah ruangan yang cukup luas, diperkirakan sebuah ruangan hasil penggabungan dua kelas. Di beberapa bagian dinding terlihat hasil karya anak-anak dan agenda kegiatan belajar mengajar selama setahun.
Oh, iya di sekolah ini, saya bersama rekan-rekan akan memperkenalkan tentang cara menulis cerita fabel pada anak-anak kelas 2 SD. Sebelumnya kami sempat bertanya-tanya, apakah anak usia 8-9 tahun itu bisa membuat sebuah cerita? Kami perkirakan anak-anak tersebut belum terbiasa membaca kalimat-kalimat panjang. Lalu bisakah mereka merangkai kata untuk membuat sebuah cerita?
Untuk menepis keraguan, akhirnya kami berdiskusi terlebih dahulu dengan wali kelas di sekolah dasar yang berada di Bandung timur tersebut. Menurut sang wali kelas, anak-anak sudah mengenal cerita fabel. Bahkan sudah bisa menentukan ide ceritanya. Anak-anak itu hanya butuh cara mengembangkan ide mereka hingga menjadi sebuah cerita yang utuh.
Anak-anak berseragam hijau itu terlihat antusias ketika kami tanya tentang tokoh yang akan mereka pilih. Kami meminta mereka memilih 3 ekor hewan saja untuk dijadikan tokoh cerita. Rata-rata mereka memilih hewan laut. Namun ada juga yang memilih harimau dan hewan hutan lainnya sebagai tokoh.
Saya lihat tokoh fabel yang mereka pilih tidak jauh dari film kartun yang sering mereka tonton, seperti serial Sponge Bob dan salah satu seri di serial Upin dan Ipin. Beberapa anak memilih bintang laut, kuda laut, ikan hiu, cumi-cumi atau ikan buntal. Saya senang sekali dengan beberapa lelaki kecil yang begitu aktif mengeluarkan pendapat mereka.
Mendengar suara riuh anak-anak yang bersemangat menjawab, membuat saya selaku mentornya, bisa bernapas lega. Ternyata mereka bisa menerima materi yang kami sajikan. Terlebih saat mendengar anak-anak memanggil saya dengan sebutan "miss", membuat saya berbunga-bunga. Berasa masih muda du du du ... huehehe
Literacy Goes To School Joeragan Artikel
Kali pertama memasuki sekolah yang menggunakan dua bahasa ini, saya sedikit takjub. Melihat sekolah yang begitu besar dan tidak telihat dari jalan besar. Ketika tukang ojek mengantar saya yang baru pertama kali ke sekolah berbasis Islam ini, saya sedikit ragu karena si mamang membawa saya memasuki sebuah kawasan perumahan.
Sempat terlintas dalam pikiran saya, jangan-jangan mang ojek hendak membawa saya ke suatu tempat. Wah penculikan, nih! Hihihi ...! Atau mang ojek enggak mendengar permintaan saya untuk diantar ke SD Tunas Unggul Global Interactive School?
Syukurlah semua kekhawatiran saya tidak terbukti. Mang ojek menghentikan laju motornya di sebuah halaman sekolah yang cukup luas.
Ternyata di balik jejeran rumah-rumah megah, ada sebuah sekolah bertingkat dengan mesjid yang cukup besar.
Ketika saya datang, halaman sekolah sudah sepi. Terdengar riuh rendah suara anak-anak di dalam kelas. Jam pelajaran telah berlangsung. Pada malam sebelumnya, saya telah berjanji untuk bertemu di sekolah tersebut dengan dua orang teman. Setelah bertanya pada bapak satpam akhirnya saya naik ke lantai dua menuju kelas, tempat kegiatan literasi dilakukan.

Kemudian saya memasuki sebuah ruangan yang cukup luas, diperkirakan sebuah ruangan hasil penggabungan dua kelas. Di beberapa bagian dinding terlihat hasil karya anak-anak dan agenda kegiatan belajar mengajar selama setahun.
Oh, iya di sekolah ini, saya bersama rekan-rekan akan memperkenalkan tentang cara menulis cerita fabel pada anak-anak kelas 2 SD. Sebelumnya kami sempat bertanya-tanya, apakah anak usia 8-9 tahun itu bisa membuat sebuah cerita? Kami perkirakan anak-anak tersebut belum terbiasa membaca kalimat-kalimat panjang. Lalu bisakah mereka merangkai kata untuk membuat sebuah cerita?
Untuk menepis keraguan, akhirnya kami berdiskusi terlebih dahulu dengan wali kelas di sekolah dasar yang berada di Bandung timur tersebut. Menurut sang wali kelas, anak-anak sudah mengenal cerita fabel. Bahkan sudah bisa menentukan ide ceritanya. Anak-anak itu hanya butuh cara mengembangkan ide mereka hingga menjadi sebuah cerita yang utuh.
Menulis Cerita Fabel
Serupa dengan kegiatan literasi sebelumnya, kami juga memperkenalkan tata cara menulis cerita pendek kepada anak-anak. Kami ajak anak-anak untuk menggali tema cerita yang dilanjutkan dengan menentukan tokoh yang akan mereka ceritakan di cerita fabel mereka.Anak-anak berseragam hijau itu terlihat antusias ketika kami tanya tentang tokoh yang akan mereka pilih. Kami meminta mereka memilih 3 ekor hewan saja untuk dijadikan tokoh cerita. Rata-rata mereka memilih hewan laut. Namun ada juga yang memilih harimau dan hewan hutan lainnya sebagai tokoh.
Saya lihat tokoh fabel yang mereka pilih tidak jauh dari film kartun yang sering mereka tonton, seperti serial Sponge Bob dan salah satu seri di serial Upin dan Ipin. Beberapa anak memilih bintang laut, kuda laut, ikan hiu, cumi-cumi atau ikan buntal. Saya senang sekali dengan beberapa lelaki kecil yang begitu aktif mengeluarkan pendapat mereka.
"Miss ... miss, saya pilih kuda laut, kepiting dan ikan hiu!" ujar seorang anak sambil mengacungkan tangannya.
"Miss, aku mau pilih ikan hiu, ikan paus dan kura-kura!" sambung yang lainnya.
"Aku mau pilih harimau, kelinci dan rusa, Miss!"
Mendengar suara riuh anak-anak yang bersemangat menjawab, membuat saya selaku mentornya, bisa bernapas lega. Ternyata mereka bisa menerima materi yang kami sajikan. Terlebih saat mendengar anak-anak memanggil saya dengan sebutan "miss", membuat saya berbunga-bunga. Berasa masih muda du du du ... huehehe
Setelah memilih tokoh cerita, kami juga mengajak anak-anak untuk menentukan setting cerita. Setiing di sini adalah waktu dan tempat kejadian. Dengan waktu dan tempat kejadian yang jelas, dapat membuat sebuah cerita fabel menjadi lebih menarik.
Di bagian setting, anak-anak tampak sudah mahir dalam menentukan setting untuk cerita mereka. Bagi yang memilih hewan laut, mereka menentukan perairan laut sebagai setting cerita. Sedangkan yang memilih harimau, kelinci dan serigala menentukan suasana hutan untuk mendukung ceria mereka.
Setelah menentukan tema, memilih tokoh cerita, dan menentukan setting, anak-anak pun kami ajak untuk membuat alur/plot. Kami berharap anak-anak bisa membuat alur cerita yang menarik dan tidak membosankan.
Di akhir penyampaian materi, kami kemukakan tahapan yang tidak kalah penting dalam sebuah tulisan, yaitu ending cerita.
Membuat sebuah ending cerita, tidaklah mudah. Sebuah cerita akan terasa hambar tanpa ending yang berkesan.
Kami ajak anak-anak berdiskusi cara mengakhiri sebuah cerita. Senang sekali ketika ada beberapa anak yang aktif membuat ending dari contoh cerita yang kami berikan.
Rata-rata mereka membuat happy ending untuk contoh cerita yang kami buat. Well, tidak hanya anak-anak, kita pun senang jika cerita yang kita baca berakhir bahagia, bukan?
Melihat anak-anak yang antusias dan tidak sabar untuk langsung praktek menulis cerita fabel, akhirnya kami mengajak anak-anak untuk menuliskan karya mereka di selembar kertas.
Tahukah teman, ternyata sekolah yang kami datangi ini, sudah mempersiapkan dengan matang acara lierasi di sekolah mereka. Untuk mempraktekkan materi yang ttelah mereka dapatkan, anak-anak diberi selembar kertas dengan bagan-bagan kecil di dalamnya.
Di bagian atas kertas, tertera kolom untuk diisi nama dan kelas. Di bawahnya terdapat kolom tempat anak-anak menuliskan tokoh cerita mereka. Di tengah kertas terdapat 3 buah kotak besar yang dimanfaatkan peserta untuk menuliskan paragraf-paragraf bagian dari cerita.
Bermacam-macam reaksi mereka. Ada yang dengan khusyu menulis rangkaian kalimat demi kalimat di atas kertas. Ada juga yang sibuk berdiskusi untuk menentukan tokoh. Serta ada pula yang tampak tercenung, tidak berbuat apa-apa. Sepertinya ide ceritanya mendadak lenyap :))
Menyosialisasikan cara membuat cerita fabel pada anak-anak, bukan tanpa kendala. Bahkan saya menghadapi situasi yang membingungkan. Di deretan anak laki-laki terlihat 3 orang anak yang sedang bersitegang. Entah apa persoalannya hingga salah satu dari mereka mogok, tidak mau meneruskan membuat cerita fabel.
Dengan setengah membujuk, saya ajak anak tersebut untuk menuliskan tokoh ceritanya. Namun, usaha saya sia-sia. Mood anak tersebut sepertinya sudah hilang. Bersitegang dengan kawan, membuatnya malas untuk mulai menulis. Untung saja, guru-guru yang hadir di acara sharing tersebut memberi keringanan pada anak-anak untuk menyelesaikan tulisan mereka di lain waktu.
Aman, deh! Tidak perlu terus membujuk anak yang sudah tidak semangat lagi, kan? Hehehe :))
Pengalaman memberikan materi menulis cerita fabel pada anak memberikan kesan mendalam. Keingintahuan anak, antusias mereka berpartisipasi saat materi dibagikan dan saat mereka mencurahkan ide di atas kertas, membuat kami merasa lega.
Alhamdulillah, misi kami untuk menggiatkan literasi pada anak sekolah, bisa berjalan dengan baik. Harapan kami, anak-anak tersebut bisa terus membiasakan diri mereka menulis sebuah cerita. Anak-anak jadi gemar membaca dan menulis.
Siapa tahu, nanti di kemudian hari, anak-anak tersebut bisa menulis sebuah buku dan menerbitkannya, bukan?
Kami dari tim Joeragan Artikel mengucapkan banyak terima kasih pada sekolah-sekolah yang sudah mempercayakan kami sebagai pemateri. Semangat kami mengadakan literacy goes to school tentu saja akan terus berlanjut.
Semoga kami masih bisa diberi kesempatan untuk memotivasi anak-anak agar tetap konsisten menulis.
Nah, bagi sekolah-sekolah yang ingin kami giatkan literasinya, bisa menghubungi kontak Joeragan Artikel di website atau instagramnya...ya!
Insyaallah kami siap mendatangi sekolah yang masih berada di sekitar Kota Bandung, kok!
Salam literasi!
55 Comments
Masya Allah keren baik mentor maupun anak-anaknya. Kegiatan literasi jemput bola yang akan menumbuhkan kecintaan membaca dan menulis sejak dini seperti ini tentu bermanfaat sekali bagi anak-anak kita. Salut untuk Joeragan Artikel dan sekolah yang peduli akan hal ini!
ReplyDeleteDuh JA ini emang super sekali. Nggak cuma memfasilitasi makemak biar produktif, tapi juga berbagi manfaat sama banyak orang. Sukses selalu JA!
ReplyDeleteMasya Allah, keren bangeet Teh Nurul... Semoga banyak sekolah memberi sambutan positif dengan kegiatan seperti ini ya...
ReplyDeleteJadi ingin membaca tulisan-tulisan yang dibuat oleh anak-anak ini, pasti lucu-lucu dan menarik cerita fabel yang mereka buat.
ReplyDeleteIya Mbak, cerita mereka unik dan lucu hehehe
DeleteWah masya Allah teh Nurul. Salah satu program juragan artikel ini bagus banget sih dan mengedukasi sekali untuk anak-anak. Terlihat juga ya anak-anak jaman now itu beda banget ama jaman kita. Kalau jaman kita disuruh cari tokoh fabel pasti banyak yang pilih si kancil atau kura-kura ya wkwkwk. Ngomong-ngomong tunas unggul memang sekolah bagus dan harganya juga bagus. Sesuailah ya. Dulu aku punya murid2 dari tempat les anak tunas unggul juga soalnya. Aih jadi kangen ngajar aku
ReplyDeleteKarena yang kita kenal hanya kancil dan kura-kura ya, Teh hihihi
DeleteWah.. anak-anak tampaknya bersemangat sekali ya Mbak mengikuti kegiatan literasi ini. Sekolah pun tampaknya sudah full support. Tinggal menjaga semangat dan mengembangkan bakat-bakat menulis yang mungkin sudah muncul di sana :)
ReplyDeleteTeh Nurul keren...bersama JA jadi ujung tombak literacy goes to school. Seneng yaaa jadi Bu Guru, ada rasa tak bisa diganti dengan uang sekalipun. Happy, terharu campur aduk, lihat wajah anak-anak yang semangat.
ReplyDeleteSukses terus ya Teh...
Mba Nurul kamu luarbisa, Mashaa Allah, menulis cerita fabel dikenalin ke anak-anak. pastinya bermanfaat banget ya buat mereka kedeppannya
ReplyDeleteWaah keren. Mbak ajarin saya juga dong teknik membuat cerita fabel. Bagus nih buat praktikkan ke anak saya. Secara dia suka banget kalau baca cerita fabel. Agaknya bisa deh kalau disuruh buat cerita sendiri.
ReplyDeleteSuch an incredible experience! You must have so much fun with the kids out there. And writing is always be interesting especially if you have tons of ideas and imagination
ReplyDeleteMasya Allah mbak, berkah ilmunya. aku mau juga lah jadi muridnya juga, kepengen ikut belajar bikin cerita fabel eheheh. Btw, hasil cerita anak-anak pasti lucu2 ya? 😊
ReplyDeleteYa, Mbak lucu dan unik :))
DeleteMasyaAllah teteh mentor aku keren banget.. mengamalkan ilmu dan mengajarkannya pada anak-anak pasti jadi pengalaman yang hebat banget. Semoga yah anak-anak yang sudah didatangi tim JA semakin antusias sama dunia literasi aamiin
ReplyDeleteWuih, keren deh Teh Nurul bisa sharing soal nulis buku Fabel. Aku 2 kali nulis buku anak. Dan kerasa banget susahnya. Mending disuruh nulis 5 buku nonfiksi deh dibandingkan nulis 1 buku anak. Susaaaaah. Apalagi sekarang. Udah jarang banget nulis fiksi. Makin susaaaah. :)))
ReplyDeleteKalau sudah biasa, gak akan susah Teeh hehehe
DeleteBuktinya Teh Nia sudah buat 2 buku anak :D
Menanamkan literasi menulis di usia SD adalah masa yang menyenangkan. Pengalaman selama 11 tahun mengajar di SD banyak hal yang bisa saya ceritakan dan perbuat, andai saya mengenal JA lebih cepat sebelum pindah mengajar di SMK
ReplyDeleteDi sekolah anakku belum ada acara kayak gini mba, padahal sebenarnya asyik dan bermanfaat ya.
ReplyDeleteAnakku cowok tu..susah banget klo tak minta mengarang mba, coba klo ikutan acara ginian..jd lebih termotivasi kan..
Masya Allah mba.. Suatu hari nanti pas anakku udah sekolah SD mau banget didatangin literasi goes yo school ini. Anak2 tuh imajinasinya amazing banget. Kalau tersalur dengan baik bakal bisa jadi penulis keren di masa depan. Mau donk sekolah2 disini dimampirin kegiatan keren macam ini jg..
ReplyDeleteDulu waktu SD suka banget kalau baca cerita fabel. Barakallah ya teh, semoga bermanfaat ilmunya buat adek-adek SD Tunas Unggul dan semoga JA bisa terus kembangin programnya ke sekolah-sekolah lain biar anak-anak jaman now termotivasi buat belajar menulis. Hehe.
ReplyDeleteMasyaallah... keren sekali ceritanya mbak nurul. Jadi semangat nulis nih,masak kalah sama anak SD ya kan?
ReplyDeleteNah iya, aku juga jadi malu haha. Anak2 ini ide dan semangatnya luar biasa ya mbak.
DeleteKalau diasah dengan baik pasti jd karya2 oke:D
miss miss saya mau diajarin jugaa :D
ReplyDeletekeren teteh, keep inspiring yaa
Anak-anak yang sudah dapat materi belajar menulis dari tim Juragan Artikel pasti senang dan semangat ya mb? Diajari cerita fabel yg dekat dengan kehidupan mereka. Masya Allah tim JA keren. Seru ya mb acaranya..
ReplyDeleteKeren banget programnya mbaaak. Aku suka nih. Wah, pengen deh ngedaftarin sekolah aira, tapi ga bisa yaa, jauh banget. Sukses terus utk joeragan artikel.
ReplyDeleteAndai ya dulu waktu sekolah ada pelatihan kaya gini. Beruntungnya anak sekarang. Ponakanku kadang suka tuh bikin cerita asal. Aku kadang bantu dikit2 tanya ini itu sampai dia buat alur cerita sendiri
ReplyDeletemantab ini mba Nurul dan Joeragan Artikel karena mau meningkatkan kemampuan literasi pada anak².. semoga terus sukses dan pasti anak² yg dilatih kelak akan berguna bagi bangsa mba
ReplyDeleteSeru banget, aku juga pernah mengajarkan anak-anak SD di daerah Mampang dan aku pun meminta mereka untuk membuat suatu tulisan pendek. Dan gak nyangka mereka antusias sekali dan ceritanya bagus-bagus.
ReplyDeleteTernyata anak-anak pun bisa menulis cerita dengan bagus ya, Mbak
DeleteSepanjang baca aku tuh kaya mau ngasih emotikon yang matanya love2 gitu loh teh, cinta bangeeet. Fabel untuk anak2 terlihat simpel untuk pemula dan melatih kepekaan menulis, ah, semoga dari sini bakal muncul bakat2 menulis ya teh :3
ReplyDeleteWaaahh...ada yang sampai ngambek gitu ya pas nulis cerita :)) Mood anak-anak memang susah diprediksi yaaa.. Tapi seneng banget deh membaca artikel ini, keceriaan dan semangat anak-anak sangat terasa. Semoga dengan aktivitas ini, imajinasi menulis mereka makin berkembang. Makin doyan baca dan menulis di kemudian hari.
ReplyDeleteIyaa .... mood anak-anak memang susah diprediksi. Kalau moodnya bagus, pasti bisa menulis ceritnya
DeleteAnak-anak memang antusias ya kalau diajarin sesuatu yang baru. Apalagi nulis fabel, tentu mereka suka karena mereka jadi diajak mengkhayal gitu.
ReplyDeleteTeh...
ReplyDeleteBoleh di publish satu contoh cerita anak karya SD Tunas Unggul ini?.
Aku bener-bener penasaran sama bahasa anak SD kelas 2.
Pasti lucu dan menggemashkan yaa teh...
Hasil ceritanya sudah didokumentasikan oleh gurunya, dan rencananya memang akan dicetak, tapi diterbitkan secara internal saja, Teh
Deleteseru dan senang ya mba bisa berbagi ilmu dengan anak-anak
ReplyDeletesemoga sukses di acara-acara selanjutnya..dan benar, kita memang harus ikut mengusahakan agar anak-anak gemar membaca dan menulis
Literasi memang peer bagi bangsa ini. Mudah2an kegiatan2 sprt ini banyak dilaksanakan d berbagai tempat.
ReplyDeleteSeru banget ya mbak bisa mengajar anak2 gtu2 :D
ReplyDeleteKeinget dulu aku ngajarin anak2 jg, tapi usia yang lbh muda sih rata2.
Mereka tuh ide2nya bagus2 dan ajaib2, apalgi kalau anaknya suka dibacain cerita sama ortunya dan suka nonton animasi biasanya idenya bagus, tinggal pooles dikit beneran deh nerbitin karya :D
Betul Mbak April, anak-anak kalau sudah dekat dengan literasi, biasanya idenya bagus-bagus.
DeleteBagus sekali program dari Joeragan Artikel, semoga program ini terus berjalan ya, sehingga anak-anak sudah mengenal dunia literasi sejak dini dengan cara yang menyenangkan, btw kalau miss memang mungkin panggilan murid ke guru di sana hehehe, itu mungkin ya karena saya belum pernah ke Tunas Unggul
ReplyDeleteMiss memang panggilan untuk yang mengajar di sana, Teh :D
DeleteUwaaaah keren acaranya
ReplyDeleteEh dulu aku pernah baca tulisanny adekku. Jenisnya fabel. Lucu loh ceritanya. Kapanw kuunggah deh, haha
Ayoo....nanti saya ikutan abaca juga, pasti lucu ya...
DeleteLuar biasa sekali kak. Luar biasa sekali mau mengajarkan hal baik kepada anak anak penerus bangsa. dijaman teknologi canggih seperti ini tentu menulis fabel bukan hal lumrah. Ayo semangat terus berbagi
ReplyDeleteMbak Nurul, yuk ke sekolah anakku. Mereka mesti belajar juga membuat cerita fabel. Semoga ilmunya berkah ya mbak
ReplyDeleteProgram yang sangat bagus mbak nurul. Coba di setiap daerah ada program seperti ini ya? Btw ini gratis atau berbayar mba?
ReplyDeleteProgram ini gratis, Kak Liza hehehe
DeleteKeren nih programnya mba, aku kalau masih kecil pasti antusias nih ikutan program cem begini. mudah-mudahan banyak juga kegiatan kayak begini diadain di berbagai tempat ya mba
ReplyDeleteAlhamdulillah semuanya dilancarkan ya mba. Ini menarik banget, mengenalkan literasi pada anak-anak ya.
ReplyDeletePembiasaan menulis sejak dini menjadi investasi bagi masa depan anak-anak ini..sukses terus program-progrqm
ReplyDeleteIt will be nice experience mba. Buat anak anak akan inget terus ini. Kaya anak saya kalo disuruh menulis cerita suka banget
ReplyDeletesukses terus untuk JA. Semakin menginspirasi dan semakin banyak anak-anak yang mau belajar untuk menulis :)
ReplyDeleteKeren-keren ini mentornya, anak-anaknya bisa antusias gitu.
ReplyDeleteKu masih mentok kalau nulis cerita fabel nih. Suka mandek di tengah cerita :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^