Ketika salah seorang wali murid di WhatsApp Group membagikan informasi perihal akan dilangsungkannya sebuah acara talkshow yang bertema Melatih Metakognisi Anak, saya sangat tertarik untuk bisa mengikutinya. Ini ilmu yang penting untuk orang tua. Orang tua mana pun pasti ingin memberikan yang terbaik pada buah hatinya, bukan? Salah satunya memberikan pendidikan atau pelatihan agar anak-anak siap menghadapi semua permasalahan dalam hidupnya.

strategi melatih metakognisi pada anak

Pembahasan tentang metakognisi sendiri, merupakan pengetahuan baru bagi saya. Jadi saat mendapat informasi akan ada acara talkshow yang membahas masalah tersebut, tentu saja saya sangat antusias. Ini kesempatan saya untuk menambah pengetahuan tentang metakognisi. Sebuah ketrampilan yang perlu diajarkan pada anak untuk membangun struktur pengetahuan dan peningkatan perkembangan kognitifnya.

Apakah Metakognisi Itu?

Metakognisi adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks belajar, anak-anak mengerti bagaimana belajar, mengetahui kemampuan untuk belajar dan paham tentang strategi agar belajar bisa lebih efektif.



“Metacognitive skills includetaking conscious control of learning, planning and selecting strategies, monitoring the progress of learning, correcting errors, analyzing the effectiveness of learning strategies, and changing learning behaviors and strategies when necessary." (Ridley, D.S.,Schutz, P.A., Glanz, R.S. & Weinstein, C.E., 1992)
Keterampilan metakognitif termasuk mengendalikan secara sadar pembelajaran, merencanakan dan memilih strategi, memantau kemajuan pembelajaran, memperbaiki kesalahan, menganalisis efektivitas strategi pembelajaran, dan mengubah perilaku dan strategi belajar bila diperlukan.
Menurut Bapak Wasmin Al Risyad, M.PD sebagai narasumber di acara talkshow tersebut, di masa yang akan datang, membekali anak dengan pengetahuan dan ketrampilan saja tidaklah cukup. Diperlukan juga kemampuan untuk menggali pengetahuan dan mengasah ketrampilan. Jika hanya sekedar mau, mampu dan tahu menjelaskan masalah saja, semua itu tidaklah cukup. Yang diperlukan adalah kesadaran bagaimana agar bisa mau, mampu dan tahu. 

Seberapa Pentingnya Strategi Metakognisi itu?

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ketrampilan metakognisi sangat penting untuk diberikan pada anak. Tujuannya untuk membangun struktur pengetahuan, meningkatkan kebiasaan berpikir, dan memandu anak untuk meningkatkan perkembangan kognitifnya. 

Ciri yang dapat dilihat untuk mengetahui kemampuan metakognisi pada anak, dapat terlihat saat dia sadar pada waktu tidak mengerti pada suatu masalah dan berniat untuk mencari pemecahan permasalahannya.

Ketika anak bisa merancang, memantau dan merefleksikan proses belajarnya secara sadar, pada hakikatnya mereka akan lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam proses belajar. Lebih mandiri belajar berpengaruh pada perjalanan kehidupan mereka untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan informasi yang luas.

Orang tua dan guru yang berperan sebagai pendidik, dituntut untuk memiliki ilmu agar bisa mengembangkan kemampuan metakognitif anak, hingga dapat menjadikan mereka individu pembelajar dan berprestasi.

Strategi Melatih Metakognisi pada Anak

Melatih metakognisi pada anak, diawali dengan kemampuan berpikir bagaimana cara dia berpikir.
Pemateri di acara talkshow yang disiarkan secara langsung oleh MQFM tersebut, memberikan beberapa contoh mengenai tahapan dalam melatih metakognisi.

Contohnya saja:
* Anak mengerti bahwa dia tidak tahu
Ditandai dengan pernyataan : "Ooh berarti selama ini saya tidak tahu!"
* Anak mengerti saat dia tahu
Ditandai dengan pernyataan : "Ooh ... berarti selama ini saya sudah tahu!"

Senada dengan Bapak Wasmin, pembicara lainnya yaitu Bu Lilis memberikan contoh yang lebih jelas mengenai kemampuan metakognisi.

Bisa membaca =====> merupakan bagian dari ketrampilan.
Gemar membaca ====> adalah ketrampilan metakognisi sebagai solusi untuk permasalahan yang muncul di kemudian hari.

Anak yang bisa membaca memang penting, tetapi membuat anak gemar membaca, merupakan pekerjaan rumah bagi orang tua dan guru.

Contoh lainnya, pelaksanaan ibadah sholat. 
Siapa yang tidak senang melihat anaknya menjalankan ibadah sholat? Tentunya semua orang tua akan merasa senang dan bangga jika melihat anaknya menjalankan ibadah sholat.

Namun ada yang tidak kalah penting dan perlu dipahami. Orang tua harus bisa membuat anak mengerti makna sholat dan merasa butuh untuk melaksanakan sholat. Sehingga anak akan tetap rajin sholat meskipun orang tua tidak mengingatkan atau menyuruh anak.
Nah, munculnya kebutuhan untuk mengerti tentang makna sholat merupakan bagian dari metakognisi.

Lalu, bagaimana cara kita sebagai orang tua untuk bisa meningkatkan kemampuan metakognisi anak-anak?

Ada 3 strategi untuk melatih metakognisi pada anak, yaitu:

Pertama, bimbing anak untuk sadar belajar. Dalam tahapan ini ada sebuah momen atau titik saat anak mengatakan :

"Oh, saya tahu bahwa saya tidak tahu hal ini!"
"Oh ternyata, saya tidak menguasai masalah ini, ya..."

Pada tahapan sadar belajar ini, anak akan menetapkan tujuan belajar. Tujuannya yaitu, dia harus tahu dan paham soal tertentu dan saya harus menguasai hal tersebut.

Pak Wasmin memberikan contoh saat anak beliau pulang dari rumah temannya. Si anak bercerita bahwa temannya menggunakan Bahasa Inggris saat berbicara dengan orang tuanya. Dalam kondisi tersebut, anak sadar bahwa temannya bisa menggunakan Bahasa Inggris sedangkan dia tidak menguasainya.

Dari momen tersebut, kemudian muncul keinginan dia untuk belajar agar lebih menguasai Bahasa Inggris. Anak jadi tahu bahwa dia tidak bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris.

Anak yang sudah memiliki tujuan belajar, tidak perlu diingatkan kembali. Bisa dikatakan, anak sudah sadar untuk belajar. Secara tidak langsung, momen saat anak berkunjung ke rumah temannya tersebut menjadi sebuah pemacu sehingga anak berada dalam tahap pertama melatih metakognisinya.

Dan ketika anak sadar bahwa dia harus belajar karena tidak memahami suatu permasalahan, itu sudah menjadi strategi pertama yang patut diapresiasi.

Orang tua dan guru bisa menciptakan momen, agar anak sadar belajar. Contohnya, saat anak akan mengadakan field trip. Sebaiknya anak diberi gambaran terlebih dahulu mengenai tempat yang akan menjadi tujuan field trip. Anak diberi gambaran, akan diadakan acara apa saja di sana. Sehingga anak memiliki gambaran, dan tahu apa yang akan dia tanyakan serta apa saja yang akan dia pelajari.


Kedua, perencanaan belajar. Di tahap selanjutnya, saat anak sudah sadar belajar, dia akan memiliki strategi kapan waktunya dia akan belajar. Selanjutnya dia juga bisa menentukan bagaimana caranya membagi waktu untuk belajar, mengetahui apa yang harus dipelajari dan bisa menentukan skala prioritas. Selain itu, anak juga terpacu untuk merancang model belajar yang paling pas untuk dirinya. Seperti diketahui, setiap anak berbeda cara belajarnya.

Sama halnya apabila orang tua ingin anaknya gemar membaca, maka direncanakan tempat mana saja yang bisa membuat anak terpacu untuk gemar membaca. Ajak anak ke toko buku atau ke perpustakaan. Dengan begitu, anak akan terbiasa bergaul dengan buku.


Ketiga, melakukan refleksi, monitoring dan evaluasi. Dalam tahapan ini, tinggal orang tua mendampingi anak untuk memonitoring dan melakukan evaluasi terhadap cara belajar anak selama ini.

Dengan demikian,  anak akan lebih siap menghadapi semua permasalahan yang akan dihadapinya di masa depan. Kemampuan metakognisi yang terlatih bisa mengimbangi pengetahuan dan ketrampilan yang dia dapat.

Mengingat bahwa bekal ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif sangat dibutuhkan oleh anak demi menyongsong masa depannya. Seperti yang tertulis dalam artikel Pentingnya Bekal Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap Positif Untuk Masa Depan Anak dan artikel Ketrampilan Seperti Apa yang Perlu Kita Persiapkan Untuk Bekal Anak Kita di Masa Depan. Semuanya membahas tentang kaitan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang menjadi bekal masa depan anak-anak.

Lalu, usaha apa saja yang dilakukan oleh teman-teman untuk mempersiapkan masa depan buah hati kita? Sudahkah menerapkan latihan metakognisi pada anak-anak? Yuk, sharing!