Puncak Bintang Bukit Moko salah satu tempat wisata yang sudah tidak asing di telinga keluarga saya. Sebagai warga Bandung, tempat wisata ini sudah sering menjadi perbincangan karena keindahan alamnya. Setelah sekian lama, akhirnya kami berencana untuk bisa menikmati keindahan Kota Bandung dari atas ketinggian. Tidak hanya sekedar mampir, tetapi kami pun berencana untuk berkemah di sana.
Selain keindahan alamnya, akses jalan yang menuju Puncak Bintang juga menjadi bahan perbincangan para wisatawan yang sudah bertandang ke sana. Menurut berita yang beredar, untuk menuju Bukit Moko kita harus melewati jalan berliku dan mendaki. Bahkan ada beberapa artikel yang menghimbau agar berhati-hati saat berkendara ke sana.
Berhubung ini merupakan kali yang pertama dan masih asing dengan kondisi jalannya, maka kami memutuskan untuk berangkat lebih siang. Namun rencana hanyalah rencana. Tepat di hari kami akan berangkat berkemah di Puncak Bintang, keluarga kami kedatangan tamu yang pulangnya sesudah asar. Padahal rencananya kami berangkat tepat setelah selesai menjalankan ibadah salat asar. Akhirnya waktu keberangkatan menjadi semakin sore, sempat khawatir juga, karena kami belum tahu kondisi jalanan menuju tempat berkemah.
Sebenarnya jalanan Kota Bandung saat itu, cukup lancar. Hanya di titik-titik tertentu saja yang agak tersendat. Namun masih wajar. Kami tiba di Jalan Padasuka (jalan menuju Puncak Bintang) sekitar jam 5 sore. Suasana masih cukup terang. Kami bisa sedikit bernapas lega.
Namun kami salah perhitungan. Di Jalan Padasuka juga terdapat tempat wisata lain yang kondang. Di sana ada Saung Angklung Ajo. Setiap waktu libur, tempat itu ramai dikunjungi. Pengunjungnya tidak hanya menggunakan kendaraan pribadi, mereka juga memakai bus-bus pariwisata. Alhasil, jalanan yang hanya cukup untuk dua mobil itu, menjadi macet. Sore hari adalah saatnya para pengunjung pulang dari tempat wisata, beberapa bus tampak keluar dari Saung Angklung Ajo. Perjalanan kami tersendat hingga satu jam.
Hal yang kami khawatirkan pun terjadi. Kami harus menempuh perjalanan di rute yang belum kami kenal. Hari semakin gelap, jalanan yang kami lalui tidak ada penerangan. Hanya lampu mobil yang kami andalkan untuk melihat jalan yang sempit. Kami tidak bisa melihat kanan dan kiri jalan. Tetapi samar-samar terlihat sisi jalanan adalah kebun yang posisinya jauh di bawah jalan. Sehingga ketika bertemu dengan kendaraan lain, pak suami harus ekstra hati-hati mengemudikan mobil. Saya dan anak-anak tidak berhenti komat-kamit berdoa untuk kelancaran perjalanan dan keselamatan kami.
Sekitar jam 18.30 akhirnya kami menemukan area parkir untuk menuju Puncak Bintang. Alhamdulillah, kami berhasil melalui jalanan berliku yang di bagian tertentu memiliki kemiringan 45 derajat. Terbayang tanjakan asoy-nya kan? Hehehe.
Suasana di tempat parkir kendaraan sudah gelap, hanya ada penerangan beberapa lampu yang menyinari kendaraan milik pengunjung. Di bagian sebelah kanan ada Warung Daweng. Bagi yang ingin sekedar duduk menatap Bandung city light sambil ngopi atau ngemil, bisa menggunakan fasilitas di tempat ini.
Dari tempat parkir kami pun berjalan menuju tempat pembelian tiket. Untuk masuk ke tempat wisata Puncak Bintang biaya yang harus dikeluarkan untuk satu orang yaitu Rp. 15.000 perorang. Sedangkan bagi yang hendak berkemah di kawasan ini, dikenakan biaya Rp. 25.000 perorang. Sebelum memasuki area perkemahan, kami diminta mengisi buku data dan menyimpan kartu identitas seperti KTP atau SIM.
Di sebelah kiri pintu masuk, terpampang papan yang mencantumkan peraturan yang berlaku di tempat wisata Puncak Bintang.
Setelah selesai menulis data yang dibutuhkan, kami pun mencari tempat untuk berkemah. Banyak area yang bisa digunakan untuk berkemah. Dari pintu masuk, pengunjung bisa mengambil arah kiri menuju Puncak Bintang. Banyak area datar di bawah pohon pinus, yang bisa digunakan untuk berkemah di belakang bintang besar. Bandung city light akan terlihat jelas dari area tersebut, selagi kabut tidak menghalangi pemandangan.
Sekumpulan pemuda mengambil gambar di bawah Bintang Raksasa |
Sedangkan jalan lurus dari pintu masuk, merupakan arah menuju Patahan Lembang. Kami lihat untuk menuju Patahan Lembang, pohon-pohon pinusnya lebih rapat dan tampak gelap. Sepertinya tidak banyak yang memilih berkemah ke arah sana.
Namun apabila ingin melihat matahari terbit, sebaiknya memang berkemah di dekat Patahan Lembang saja. Di atas bukit yang ada di sana, matahari terlihat jelas. Semburat jingganya begitu indah menembus pepohonan pinus. Tidak heran, kini di Kota Bandung banyak tempat menarik yang memanfaatkan keindahan hutan pinus sebagai tempat wisata.
Keluarga saya memilih jalan ke arah sebelah kanan dari pos pembelian tiket. Kami menuju Darmaga Bintang yang terlihat lebih terang. Lagi pula kami juga melihat sudah banyak yang mendirikan tenda di sana. Ada juga sekelompok muda-mudi yang sedang mengikuti pelatihan. Bisa dibilang tempat yang satu ini lumayan ramai.
Dari arah Dermaga Bintang kami juga bisa melihat city light meski tidak seluas pandangan di Puncak Bintang. Pilihan kami untuk berkemah di sini juga karena areanya terlihat lebih rapat, sehingga kami tidak perlu khawatir dengan hembusan angin yang kencang.
Setelah memilih tempat yang agak lapang dengan tanah yang datar, akhirnya kami pun mendirikan tenda. Saat tenda sudah berdiri, kami pun menyimpan barang-barang kami di tenda dan bergegas untuk mengeksplorasi menuju Puncak Bintang. Tujuan kami ingin melihat Kota Bandung dari arah Puncak Bintang.
Untuk menuju tempat tertinggi di Bukit Moko tersebut, pengelola tempat wisata ini membuat tangga yang tertata rapi dengan paving block. Di sepanjang jalan menuju puncak terdapat deretan pohon kopi. Beberapa buah kopi yang sudah matang terlihat menyembul di balik dedaunan.
Sayang sekali cuaca malam itu tidak begitu cerah. Ada sedikit kabut yang menghalangi pemandangan dari atas bukit. Terlihat beberapa muda-mudi asyik bercengkerama duduk menatap city light. Sekelompok pemuda sedang asyik mengambil gambar di bawah bintang raksasa. Udara di luar cukup dingin. Kami memutuskan untuk tidak terlalu lama berada di bawah bintang besar.
Lagi pula banyak pasangan yang merasa dunia ini hanya milik mereka berdua. Pemandangan yang tidak baik untuk kedua anak kami. Jangan sampai, deh, anak kami berlaku seperti itu. Bayangkan saja, sudah jam 9 malam, mereka masih berada di puncak bukit. Kemana orang tuanya, ya?
Sebelum ke tenda, kami menyempatkan untuk pergi ke kamar kecil dan musala. Daripada kebelet ingin buang air kecil tengah malam, ya, kan? Sesampainya di tenda, kami pun lanjut membuat makan malam. Perbekalan yang kami bawa, segera kami santap. Untuk menghangatkan badan kami pun membuat minuman coklat dan segelas kopi panas untuk pak suami.
Kami berencana untuk mengejar sunrise yang menurut kabarnya, sangat indah dipandang dari Bukit Moko. Rencananya setelah salat Subuh kami akan berangkat menuju spot yang paling baik untuk melihat sunrise.
Oh iya, saya hanya ingin berbagi dan mengingatkan untuk teman-teman yang berencana untuk berkemah di Puncak Bintang Bukit Moko. Ada beberapa poin penting yang mesti diperhatikan, diantaranya:
- Perhatikan kondisi kendaraan. Pastikan rem dan bagian lain kendaraan dalam kondisi baik. Mengingat jalan menuju Puncak Bintang, berliku dan banyak tanjakan dengan kemiringan 45 derajat serta kebun yang berada jauh di bawah badan jalan.
- Persiapkan fisik dengan baik. Untuk yang hendak berkemah di Puncak Bintang, sebaiknya mempersiapkan kondisi badan. Dinginnya cuaca di puncak, bisa membuat badan menggigil.
- Lengkapi perlengkapan berkemah. Lebih baik menggunakan sleeping bag saat berkemah di Bukit Moko, karena udaranya dingin.
- Membawa peralatan masak. Udara di sana cukup dingin, lebih enak makan dan minum yang bisa menghangatkan badan, bukan?
- Memperbanyak pengetahuan mengenai cara mendaki gunung dengan aman.
Area berkemah di Darmaga Bintang |
Lalu, bagaimana kisah kami selanjutnya? Akankah semuanya berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan keinginan kami melihat sunrise di Puncak Bintang Bukit Moko? Berhasilkah kami mengejar sunrise di Bukit Moko?
Nantikan cerita selanjutnya ya...
Untuk sedikit bocoran, berikut ini video sederhana saat kami melakukan perjalanan mengejar sunrise.
Okey...nantikan cerita kami selanjutnya ya?
Salam takzim
61 Comments
Wah enaknya berkemah sekeluarga, pasti familytime banget. Seharian connect bareng
ReplyDeleteNgebayangin jalannya sama keindahan di puncak bukit jadi ingetpilihan waktu ke telaga sarangan melewati tawang mangu yg kaya gitu, persiiiis. Betul sekali kendaraan harus fit ya dan gitu deh ya ada aja pemandangan pasangan muda mudi yang sepantasnya mereka tuh berada di rumah masing2 jam segitu. Huhuuu ... Semoga anak2 kita bisa menjaga marwah dirinya ya...
ReplyDeleteWoahhh seruuu bisa berkemah dengan pemandangan malam hari yang menggugah mbak heee
ReplyDeleteIya lebih baik pas sebelum menjelang malam trlalu larut, ke toilet dulu, supaya pas tengah malam kebangun malah bingung hehheee
Nggak sia-sia walau pernuh perjuangan dan diluar rencana awal berangkatnya ya mbak, tetap dapat suguhan di dermaga bintang dan kemah di bukit mokonya hheheee
Gimana dinginnya mbak? bisa mencapai berapa derajat suhunya?
Dingin sekali udara di sana saat kami berkemah. Suhunya sekitar 17 derajat.
DeleteWah sama kayak di Jogja ya ada juga namanya Bukit Bintang tapi nggak bisa buat camping hehe. Enakeuun ini mah Teh pemandangannya keren, pastinya.
ReplyDeleteWah asyik neh, kalau bisa kemah di sini nggak jauh-jauh dari rumah. Mau ah
ReplyDeleteAku sampai sekarang belum pernah euy ke Bukit Moko. Meski udah tau lama soal tempat ini. Ah, ke Tebing Keraton aja aku blom nyampe-nyampe.
ReplyDeleteKalau camping kayanya aku belum berani. Di rumah mamih di Sersan Bajuri aja aku kedinginan, kumaha di Bukit Moko ya.
Hihihi..iya, tiris pisan Teh
DeleteHarus pakai peralatan yang lengkap kalau enggak buat api unggun untuk menghangatkan.
Dinginnya hampir sama deh dengan kawasan Sersan Bajuri :)
Waaah dari dulu aku ngidam banget kesini dari zaman kuliah di bandung. Tapi gak kesampean, paling cuma sampe punclut itu aja udah takjub gimana sampe moko? Mauuuu. Kapan ya? Heu. Duh baca ulasannya mba nurul jadi pengeen kebangetan oi. Bujuk paksu dulu deh wkwkw.
ReplyDeleteWah kalau Punclut belum begitu tinggi.
DeleteAyok, cobain ke Bukit Moko, Mbak hehehe
Wah, seru ya camping bersama keluarga...pasti asyiiik
ReplyDeleteWah ngebayangin berkemah aja sudah seneng bangets apaalagi bisa menikmati sunrise nya.
ReplyDeleteDinginnnya ini yang enggak bisa dikira..euy..jangan-jangan dingin bangets ya brrr
Iya Mbak, kalau musim kemarau seperti saat ini, hawanya dingin. Diperkirakan sekitar 17 derajat.
DeleteOh, jadi ini arah Saung Ujo ya. Berarti bisa bangey sekali jalan ke sana. Udah lama sih pengin camping.Pengin ke Saung Ujo juga. *AkuMemangBanyakMaunya. Kapan2 perlu disambangi nih
ReplyDeleteGak papa dua-duanya juga. Kebetulan searah, jadi bisa sekalian disambangi :))
DeleteOooh bisa dibuat kemah juga toh. Asik ya. Gak harus ke gunung untuk kemah sambil nonton bintang.
ReplyDeleteKe puncak bintang pun udah oke. Kemah sama keluargapun juga oke
Bener Mbak, untuk berkemah dengan keluarga juga bisa di bukit. Apalagi jika tidak ada waktu untuk naik gunung yang lebih tinggi
DeleteTeteeh...
ReplyDeleteInitenda dan semuanya bawa sendiri?
Kalau mau bikin makanan hangat, ada colokan listriknya gitu teh?
Bareng temen-temen yang lain...ga bikin api unggun, teh?
hehehe...jangan sama yang "Dunia milik berdua" deeh...
Iya, perlengkapan berkemahnya bawa sendiri, Teeh
DeleteKalau mau bikin makanan hangat pakai kompor gas (khusus untuk kemping) atau kompor spirtus.
Di sana menyediakan kayu untuk buat api unggun juga, jadi tinggal beli langsung bisa buat api unggun.
Yaa ampuun.. aku envy banget teh. Pengen banget camping di bukit, nah dulu pernah diajakin sm temen main ke bukt bintang tp sampai skrg belum kesampean.
ReplyDeleteIndah banget pasti lihat kerlip lampu dari bandung di ketinggian, meskipun perjalanan ke sana ternyata ckup butuh effort ya, tp terbayar deh sm pengalaman campingnya.
Butuh effort banget saat menuju Puncak Bintang, apalagi kami ke sana sudah gelap. Mendekati waktu Isya
DeleteSeru banget teh, bisa ke Bukit Moko dan kemping di Darmaga Bintang, dulu sama teman kantor mau jalan-jalan ke sana tapi nggak jadi, padahal kayaknya seru ya walaupun hiking aja
ReplyDeleteWah..kenapa gak jadi?
DeleteAyok sekarang direncanakan lagi hehehe
Setidaknya bg traveller dr jauh ke sana harus sama org yg mengenal medan ya. Ngeri jg kalau jalannya di tepi jurang dan berliku begitu. Semoga ada peraturan dan pengawasan dr pihak pengelola utk para pengunjung yg belum menikah sehingga tdk bs bebas berduaan di jam malam.
ReplyDeleteNah setuju, supaya tidak ada yang bebas lagi ya..
DeleteSeru banget mbak, aku blm pernah nih ajak anak2ku kemping pdhl pengen banget. Tunggu gedean dikit lagi😁 Sayangnya agak berkabut ya jd gk liat puas pemandangan langit malamnya, tanda kapan2 kudu balik kemping ke sana lg mbak hehe
ReplyDeleteHihihi..iya nih Mbak. Kayaknya pengen ke sana lagi. Belum puas :D
Deletemakin keren kota bandung waktu aku tinggal disana dulu aku belum tau ada tempat ginian atau memang belum ada yaa
ReplyDeleteIngin datang ke sini. Deket rumah padahal ini, cuma tinggal naik angkot aja ada kayanya. Dingin banget pasti ini brr
ReplyDeleteDuh mbak aku gak kebayang kemiringan 45° itu aku pasti uda sport jantung serem. Tapi setelah tiba rasanya seru banget ya
ReplyDeleteWuah, petualangan beneran ini ya, Mbak. Belum pernah ke sana, eh berangkatnya udah mau malem. Trus masih harus jalan jauh pula untuk sampai ke lokasi kemahnya. Tapi seruuu.. aku kapan ya bisa kayak gitu bareng keluarga? Hehe.
ReplyDeleteGak terasa capeknya kalau jalan bareng-bareng apalagi dengan keluarga. Apalagi lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat parkir, Mbak.
DeleteDitunggu cerita selanjutnya kak.
ReplyDeleteAku tau bukit Moko ini dari beberapa film Indonesia yang syuting disana. Eh, tempat ini juga sempat viral pas film Dilan yang tayang awal tahun kan.
Terus kemarin pas nginep di kost'an sepupu aku, doi ngajak kesini tapi belum kesampaian sampe sekarang 😅
ayok rencanakan lagi datang ke Bukit Moko
DeleteAku ke Bukit Moko pernahnya main aja, belum pernah camping gitu teh.. seru juga yaa lihatnya. Memang jalan menuju ke sana perjuangan pisan, aku aja kemarin pakai motor pas nanjak takut turun lagi karena nggak kuat hahaha
ReplyDeleteIya, tanjakannya meni asoy ya hihihi. Kendaraan harus dalam keadaan fit.
DeleteHal pertama yang harus kami siapkan adalah menyiapkan perlengkapan kemah. Ya meskipun ada ynag bisa menyewa, tapi perlu ada yang milik pribadi juga. Misal peralatan masak atau sleeping bag. Kayaknya seru banget nih, apalagi pas gak terlalu ramai gitu.
ReplyDeleteSleeping bag memang perlu untuk mencegah kedinginan. Kalau soal sleeping bag kami lebih baik punya sendiri
DeleteBaca cerita perjalanan ke sananya dan ngebayangin tidur di kemah aja, aku gak bisa bayangin bisa apa engganya. Mesti nunggu anak2 gede semua kayaknya. Tapi seru yaa, jadi pengen ngalamin juga bisa ajak anak2 kemah di alam terbuka
ReplyDeletePerjalanannya cukup ngeri, Mbak. Udah gelap, jalan sepi, terus sempit. Kan kalau saya enggak berani. Udah pasti yang naik mobil baca doa untuk keselamatan.
ReplyDeleteTapi dari perjalanan itu terbayar akhirnya sampai di tujuan untuk camping bersama keluarga.
Waah, saya menunggu cerita selanjutnya nih. Apakah sunrise berhasil nampak dengan sangat menawan?
Camping bersamabkelyarga tercinta madih menggantung dalam angan. Semoga masih diberi kesempatan oleh Allah urk melaksanakan aktivitas ini.
ReplyDeleteDari awal baca sya menduganya tenda sudah disiapkan oleh pengelola loh Mbak. Tapi seru juga sich, kita sendiri yang menetapkan akan berkemah di mana dan bersama keluarga mendirikan tenda merupakan hal yang menyenangkan sekali ya. Jadi kepikiran kepingin berkemah juga, tapi anak-anak gimana nanti kalau mau ke kamar mandi malam-malam ya?
ReplyDeleteIni si Bukit Moko aku tuh udah beberapa merencanakan kesini tapi tak kunjung juga ke Bukit Moko. Selalu ada aja kalau mau kesini, efek banyakan yang mau pergi jadi kalau ada yang gak bisa suka minta ganti tanggal. Dengan ending sekarang rencana itu sudah 3 bulan berlalu loh.
ReplyDeleteSerunya bisa camping sama keluarga ya mbak. Konsep wisata camping ground gini emang mulai marak ya? Sudah punya angan2 kepengen coba juga sih cuma entah kapan realisasinya, apa lagi nih masuk musim dingin ehehehe
ReplyDeleteBerulangkali aku mau kemah eh belum sempat melulu. Padahal udah beli tenda. Oh aku baru tahu tingkat kunjungan ke bukit moko ini kemiringan lokasi menuju sana sampai 45 derajat ya. Harus hati2 tapi pemandangannya asyik nih
ReplyDeleteWah bersambung ceritanya. Nggak sabar pengen tahu ceri lengkapnya. Bukit Moko ini bisa buat wisata siang atau malam. View-nya beda tapi sama cantiknya. Kapan ya bisa Ke bandung. Pengen coba camping ke Dermaga Bintang.
ReplyDeleteSeru juga ya mak untuk liburan anak-anak itu berkemah. Saya belum pernah hihihi makanya baca ini kok jadi excited. Wisata yang murah meriah tapi pemandangannya keren.
ReplyDeletecita-cita ku mau ajak anak berkemah seperti ini, gak tau kenapa kok gak terealisasi hingga sekarang. Padahal seru ya, pasti anak punya pengalaman yang tak terlupakan
ReplyDeleteSampai sekarang belum juga sampai Saung Angklung Ajo yang katanya memang selalu ramai ituuu. Aksesnya udah paving gitu, memudahkan wisatawan buat jalan sampai lokasi, gitu.
ReplyDeleteHoaaaa ini tendanya beneran tenda ya? Maksudnya bukan glamping. Pasti lebih seru kayak gini ya.
ReplyDeleteDari mulai perjalanan menuju ke Puncak Bukit Moko saja...sudah sangat penuh perjuangan yaa, teh...
ReplyDeleteRasanya rugi banget kalau gak camping sekalian.
Tapi gak kebayang dinginnya eui...
Brr...
Asyiknya bisa kemah bareng keluarga. Melihat pemandangan indah, sunrise..sungguh menyenangkan ya. Meskipun jalan menuju kesana harus berkelok-kelok dan mendaki. But It's worth it :)
ReplyDeleteMenyenangkan banget ya Mak bisa berkemah sekeluarga.. berbagi untuk hanya menikmati tingginya langit dan gemerlapnya bintang...
ReplyDeleteEnakkknyooo bisa kemah sekeluarga gini. Pasti seru
ReplyDeleteTapi jalanan kemiringan 45 derajat pasti bikin ser-ser pas ngelewatinnya ya mak xixi.
Kalau aku nyerah kalau ke alam gini xD
Deg-deg-an banget Maak, takuut
DeleteWah ternyata ada tempat kemping baru yang kece di Bandung. Pernah dengar namanya tapi saya fikir entah dimana gitu. Taunya di Bandung.
ReplyDeleteKalau camping-nya pas ada barengan gitu enak dan seru ya mbak, gak horor bangetlah. saya belum pernah mengajak anak-anak camping nih, pengen juga sih suatu saat nanti.
ReplyDeleteKayanya aku baru dengar tentang puncak bintang ini. Jadi busa buat camping ya, pasti seru deh.
ReplyDeleteAsiknya teh kemah sekeluarga, sesekali Tian juga jadi ingin ngerasain ah kemah bareng keluarga pasti bakalan menyenangkan yah
ReplyDeleteBunda. Saya dari Bangka Belitung, cudah 3 kali sihh ke Bandung, semunay buat liburan aja. Karena memang gak ada saudara atua keluarga Disana, tapi kali ni Saya pengen nyobain camping Juga dan cari cari di Google artikel tentang camping di Bukit Moko, eh nemu deh tulisan bunda ini, dan Alhamdulillah paling terperinci dari semua tulisan yang Saya Baca tentang pengalaman serupa saat berkemah di Bukit Moko. Pertanyaan Saya, apakah kalau mau Kemah Disana, alat camping memang harus Bawa sendiri. Ataukah ada tempat penyewaan nya. Karena kalau Bawa sendiri mungkin Saya harus sewa perlengkapan tenda dari sebelum pergi Kesananya. Terimakasih bunda sebelumnya.
ReplyDeleteUntuk camping tiketnya Rp.15.000, perorang
DeleteKalau sewa tenda Rp.200.000 untuk tenda berkapasitas 8 orang
dan Rp.150.000 untuk tenda berkapasitas 4 orang.
Selamat berlibur di Bandung, Bunda
Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^