Teman-teman pernah merasa penasaran dengan tempat makan yang lagi nge-trend alias sedang diperbincangkan oleh orang-orang di sekitar kita? Penasaran yang berujung dengan keinginan untuk mencoba mendatangi tempat tersebut dan menyicipi makanannya yang katanya enak itu? Saya pernah penasaran dengan Rumah Makan Ceu Een yang sering dibicarakan oleh ibu-ibu di perumahan dan teman mamah yang mengajar di kampus Unpad Jatinangor.
Sebenarnya rumor tentang nikmatnya hidangan di Rumah Makan Ceu Een sudah kami dengar sebelum Bulan Ramadhan tahun kemarin. Konon makanannya enak, meskipun tempatnya berada jauh dari jalan raya. Nah untuk menghilangkan rasa penasaran, keluarga saya dan mamah ingin mengunjungi tempat makan yang ramai diperbincangkan tersebut.
Ini cerita saya saat hendak berbuka puasa di Bulan Ramadhan tahun lalu.
Ini cerita saya saat hendak berbuka puasa di Bulan Ramadhan tahun lalu.
Bermula dari keinginan untuk buka puasa di sana, kami memutuskan berangkat sore hari. Maksudnya supaya kami bisa tiba di tempat makan sebelum waktu berbuka puasa tiba. Berdasarkan petunjuk beberapa kawan yang menyebutkan tempat rumah makan tersebut berada di dekat Bumi Perkemahan Kiara Payung, kami berangkat menuju lokasi.
Kami masuk melalui jalan yang berada di samping kanan kampus Unpad Jatinangor. Karena saya dan suami pernah berkuliah di sana, tentu saja lingkungan tersebut tidak asing lagi bagi kami. Suami mengendarai mobil dengan penuh percaya diri. Mamah yang juga pernah menjadi dosen di fakultas yang berada ujung kampus tersebut, meyakini jika Rumah Makan Ceu Een tidak jauh dari lokasi kampus.
Akhirnya kami pun tiba di bagian paling belakang kampus Unpad Jatinangor. Di depan kami terpampang tulisan besar yang memberikan informasi jika kami sedang berada di depan lokasi Bumi Perkemahan Kiara Payung. Melihat suasana yang sepi dan dipenuhi pohon-pohon besar, membuat kami menjadi ragu. Mungkinkah ada rumah makan di area perkemahan yang tampak rimbun dengan pepohonan?
Matahari mulai bergerak makin rendah di ufuk barat. Lembayung senja tampak menghiasi langit di sore hari. Tanda-tanda adzan Maghrib akan berkumandang. Yang artinya sebentar lagi saatnya berbuka puasa. Namun dihadapan kami berupa pos penjagaan dengan latar belakang tanah lapang yang luas. Di mana Rumah Makan Ceu Een berada? Jawabannya tidak kami dapatkan pada saat itu juga.
Mengingat anak-anak sudah tidak sabar ingin membatalkan puasa mereka setelah adzan Maghrib berkumandang, akhirnya suami menepikan kendaraan di dekat perumahan yang ada di sana. Di dalam mobil tidak ada banyak makanan. Hanya ada kerupuk, sisa amunisi perjalanan kami sebelumnya. Apa boleh buat, akhirnya kami pun berbuka dengan kerupuk, hihihi...
Kenyataan tidak sesuai dengan ekspetasi. Yeah, ujung-ujungnya kami pergi ke Jatinangor Town Square (Jatos). Di sana kami memesan makanan sea food langganan kami, D' Cost. Akhirnyaa itu-itu juga deh, makanan buka puasa kami waktu itu, LOL.
Selang beberapa bulan, kami yang masih penasaran dengan ketenaran Rumah Makan Ceu Een, mencoba untuk mencarinya kembali. Kali ini kami berangkat lebih siang yaitu sekitar jam makan siang.
Masih melewati jalur yang sama ketika beberapa bulan yang lalu kami hendak ke sana. Namun kali ini kami tidak mau pulang dengan perut kosong, harus bisa menikmati kuliner di Rumah Makan Ceu Een.
Setibanya kami di depan gerbang Bumi Perkemahan Kiara Payung, kali ini kami memilih untuk bertanya pada pak satpam. Pengalaman malu bertanya dan membuat kami sesat di jalan, tidak perlu kami ulang, bukan? Kapook, deh! Wkwkwk ...
Dan ternyata sodarah-sodarah, kami melalui jalan yang benar, dong! Ternyata memang salah satu jalan menuju tempat makan itu harus melewati gerbang Bumi Perkemahan. Dan karena seolah-olah kita masuk ke tempat wisata meski gak berwisata di dalamnya (halah, mbulet!) kita tetap harus membayar tiket masuk.
Sesuai arahan pak satpam, kami akan menemukan tempat makan tersebut di sebelah kanan tugu. Okey, anggapan kami lokasi kulineran tersebut berada di dalam area bumi perkemahan.
Lagi-lagi kami salah! Ternyata tempat makan tersebut berada di luar pagar pembatas antara bumi perkemahan dan perkampungan di sebelahnya. Hihihi...
Kami pun menerobos pintu kecil yang ada di pagar. Jadi, parkir mobil di area bumi perkemahan dan kami makan di lokasi perkampungan warga.
Tempat makan itu ternyata di teras sebuah rumah. Tempat tinggal yang dijadikan rumah makan, tepatnya. Saya kira itu memang asli rumahnya Ceu Een.
Di teras rumah bagian depan disediakan bangku dan meja yang terbuat dari kayu. Sebelah kanannya dibuat semacam tempat lesehan. Sedangkan di bagian kiri rumah ada gazebo kecil dengan meja kayu di dalamnya.
Di depan gazebo terdapat ruangan dengan jendela besar tanpa penutup untuk pengunjung yang ingin makan dengan cara lesehan. Tempat lesehannya dibuat memanjang dari arah depan hingga ke bagian belakang.
Keadaan Rumah Makan Ceu Een di siang hari itu, cukup ramai. Beberapa pengunjung terlihat sedang menikmati makanan yang tersedia. Keluarga saya harus menunggu beberapa saat agar bisa mendapat tempat duduk. Saat ada rombongan yang bersiap meninggalkan meja, kami segera merapat. Sebelum memesan makanan, kami meminta salah satu karyawan berseragam untuk membersihkan meja.
Sambil menunggu meja dibersihkan, saya memilih lauk tambahan dan aneka tumis sayur yang tersedia. Ayam goreng dan ayam bakar menjadi menu utama yang dipilih. Kami ingin membuktikan rasa ayam yang katanya enak itu. Lalu, bagaimana rasanya?
Alhamdulillah, perjuangan kami ingin mencicipi ayam bakar dan ayam goreng khas Ceu Een tidak sia-sia. Ayamnya memang uenaak! (maaf agak lebay mendeskripsikannya, wkwkwk). Daging ayamnya empuk dan tanpa bau amis. Bumbunya meresap hingga ke dalam tulang. Saking ingin puas menikmati rasa bumbunya, kita bisa menyesap bumbu yang terserap di dalam tulang.
Apalagi kalau dicocol dengan sambalnya, wuih ... perpaduan yang klop, deh! Sambalnya lumayan pedas, manis dan ada rasa jeruk nipis yang menyegarkan. Rasanya bisa menghabiskan nasi beberapa porsi! Untung ingat diri, jadi cukup satu nasi timbel aja ...
Oh iya, nasinya terdapat dua varian, kita bisa memilih nasi putih atau nasi merah. Eh, dua-duanya juga boleh, kok!
Bagaimana dengan minumannya? Kita bisa memesan aneka jus yang tersedia di dekat kasir. Waktu itu kami memesan jus sirsak, jus jambu dan jus jeruk hangat. Maaf tidak sempat diabadikan karena langsung ludes, untuk penghilang rasa pedas..hehehe
Untuk yang tidak ingin memesan jus, Rumah Makan Ceu Een menyediakan teh hangat yang disajikan dalam cangkir unik. Cangkir keluaran baheula alias jadul. Tapi terkesan antik dan alami, bukan?
Selain aneka minuman yang tidak sempat didokumentasikan, saya juga tidak sempat mengambil gambar aneka lauk yang jadi pendamping ayam bakar. Sebagai pelengkap kami juga memesan oseng tulang jambal roti, oseng kangkung, oseng daun pepaya dan pepes ikan peda. Tidak ketinggal dua papan petai sebagai pemancing selera (padahal tanpa petai pun saya rasa makan sudah terasa nikmat, sambalnya itu loh ... pelengkap yang sempurna!)
Usai menyantap hidangan hingga tandas tak bersisa, giliran membayar semuanya di kasir. Bagaimana dengan harganya? Wah.. alhamdulillah, biaya makan lima orang kurang dari dua ratus ribu, loh!
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kau dustakan?
Ketika menuju pintu keluar, kami bertemu dengan keluarga tetangga di perumahan. Tambah yakin, deh, kalau tempat makan ini memang terkenal di daerah kami. Padahal jaraknya dari rumah sekitar 10 km. Berada di kaki gunung dan jauh dari jalan raya. Namun saya lihat banyak mobil dan motor yang terparkir di sebelah dalam pagar bumi perkemahan, dan beberapa kendaraan yang diparkir di sekitar rumah warga.
Sambil berjalan pulang, kami berdiskusi. Sekarang tempat makan sejauh apapun kalau rasa makanannya sudah terkenal enak, sepertinya akan didatangi. Seperti Rumah Makan Ceu Een ini. Meski harus melewati jalan berliku, menanjak dan berada di daerah pegunungan, tapi ketenaran rasanya memicu orang untuk datang berkunjung. Lokasi strategis ternyata tidak menjamin larisnya bisnis kuliner, setuju?
Bagaimana dengan teman-teman, adakah tempat makan yang terkenal dengan kelezatannya tapi letaknya di pelosok dan jauh dari keramaian di kota teman-teman? Ceritain, dong! Ditunggu ya :))
Salam Takzim
42 Comments
Kapan hari daku ke BDG, tapi nginep di Gerlong, mayan jauh yaaa dari Jatinangor.
ReplyDeleteInsyaAllah kalo ke BDG lagi mau coba RM Ceu Een ini aahhh
Masakannya sedeeppp ya
ReplyDeleteSepertinya berasa makan dgn menu yg dimasak ibu sendiri
duh, ayam bakar dan sambalnyaaaaaa :)))
Dari judulnya aja udah kelihatan ini menunya makanan sunda, kesukaan aku banget. SUka banget sama pepes, oseng daun pepaya ah pokoknya semuanya suka:)
ReplyDeleteAku kadang agak susah sih milih tempat makan apalag kalau baru kecuali ada rekomendasi seperti ini baru deh mau nyobain
Saya pikir kata Ceu itu cuman kata-kata asal aja, ternyata memang bener ada kata Ceu ya hihihi.
ReplyDeleteMakanannya Sunda banget ini, segar pastinya :)
Wajib banget dicoba, sambelnya juga menggoda :)
MasyAllah Teteh,perjuangan cari tempat makan ceu een penuh drama ya. Allhamdulillah untungnya emang makanannya enak ya Teh. Rasanya langsung bahagia dan kecewa terbayar seketika. Ikhhh aku jadi kepo seenak apa sih makanan ceu een ini hihihi
ReplyDeletebener teh kalo tempat makan enak walo nyempil pun tetep diuber pengunjung.
ReplyDeletewah baru tahu kalo di jatinangor ada tempat makan lejat. terakhir ke jatinangor pas anak baru satu dan belum ada mall wkwkkw lama amat yak
btw baru tahu kalo mamahnya teteh itu dosen :)
cucok ceu! Enak banget ini kayanya jadi ngiler kakkkk! Ayam bakarnya itu loh pengen banget dicocol sambal terus makannya siang-siang ditemani es teh manis nyammm
ReplyDeleteDi tempatku ada nih, penjual sate dan nasi kebuli. Di gofood direkomendasikan banget, ternyata pas datang ke tempatnya langsung, di gang kecil banget. Kalo gak nanya2 orang gak bakal ketemu. Tapi rame bangeet driver ojol dan orang yg mau beli antri. Padahal di lokasi yg lebih terjangkau banyak juga penjual sejenis. Rasa emang gak bisa bohong ya. Kalau udah dijamin enak, di manapun tempatnya akan dicari orang.
ReplyDeleteHarganya bagaimana, Mbak? Kalau harganya murah meriah, kayaknya bakal jadi idola mahasiswa juga. Soalnya dekat kampus kan lokasinya :D
ReplyDeletetempat makan yang makanannya ngangenin itu biasanya yang masakannya cita rasa masakan rumah. Rumah makan kayak gini ini, salah satu contohnya. Tradisional dan otentik menu ala kadarnya yang justru diserbu orang. Lokasinya juga oke. Sambelnya itu lhoooo
ReplyDeleteAku tertarik dengan cangkirnya sangat vintage y mbak.
ReplyDeleteYang makan rame bgt yaaa. Aku jadi imjt ngebayangin rasa ayam yg bumbunya merasukkk.
ReplyDeleteAyam bakarnya pakai ayam kampung ya, Mbak? Saya mendadak jadi pengen ayam bakar hihihi. Nama warung makannya aja udah nyunda banget, ya
ReplyDeleteKalau resto menyajikan makanan rumahan itu emang nikmat banget ya. Apalagi nuasanya juga nuansa rumahan. Pake gelas kaleng bener2 berasa makan pas jaman kecil.
ReplyDeleteTempat makannya ramai banget ya. Tadi sebelum selesai baca, kukira tempat makan ini lokasinya strategis dan dekat jalan besar. Ternyata malah di pegunungan gitu ya? Berarti ya benar makanannya enak makanya banyak yang suka makan di sana.
ReplyDeleteAku paham nih kenapa rumah makan ceu een ini ramai pengunjung, dilihat dari menu makanannya aja sudah bikin aku tertarik untuk cobain menu makanan disana.. sambalnya itu lho, penyajiannya langsung di cobek kayu dan air minum di cangkir lurik khas.. jadi serasa makan rumahan tapi ada rasa kepuasan tersendiri
ReplyDeleteWah akhirnya setelah perjuangan pertama gagal bisa cicipin juga ya teh masakan ceu Een aku jadi penasaran nih seenak apa hahahha sok kabitaan aku mah
ReplyDeletePenasaran de teh kalau dilihat dari penyajiannya dan foto ramenya pengunjung jadi pengen makan di ceu een hehehe
Deletekalau ada tempat makan baru memang seru untuk dicoba ya mba..apalagi ternyata memang enak dan okee untuk jadi tempat ngumpul
ReplyDeleteMeskipun lokasinya jauh kayak Rumah Makan Ceu Een ini, kayaknya tetap bakal diserbu ya. Apalagi udah terbukti makanannya enak, jadinya bakalan tersebar dari mulut ke mulut deh.
DeleteBarang - barang banyak yang vintage gitu yaaa mba.. seru pisaan nih tempatnya
DeleteTeteh bisa makan banyaakk??
ReplyDelete**kok aku gapercaya, hahhaha...
Aku jadi mupeng berraat ama cocolan sambelnya.
Nikmaatt dipadu dengan nasi uduk haneeuut.
Paling suka liat cangkir2 vintage kayak jaman mbah mbah kita dlu minum. Hahaha. Asik gtuuu..
ReplyDelete.
Jadi laper liat postingannya mbak ini
Pagi pagi belom sarapan ngomongin makanan enak tuh bikin makin laper ya mbak..tapi aku tu juga berusaha ga tergiur makanan juga kadang kadang... Ini enak kayaknya
ReplyDeletePasti sedep banget nih bumbunya sampe bisa disesap asyik gitu. Dari fotonya aja udah bikin ngiler nih mba. Nggak heran ya sampai terkenal gitu.
ReplyDeleteDuuh gelasnya legend banget yak itu. Gelas kaleng memang juara nya. Menu Sunda juga enak banget, khs Indonesia banget
ReplyDeleteSama Mbak di Batam juga gitu kalau ada yang enak dan resetorannya pintar menjaga kualitas, biar jauh juga tetap diburu warga.
ReplyDeleteRame juga ya biasanya ada khas nya yang membuat pengunjung datang lagi. Peralatan makannya unik nih kaleng ingat zaman kecil dulu nih
ReplyDeleteEnak banget tu ayam bakar dicocol ama sambal terasi. Uh...apalagi pake nasi anget
ReplyDeleteBoleh bngt nih kupikir ceu een itu saudaranya mba nurul.. boleh bngt nih sesekali mampir sambelny mnggoda bngt y mba
ReplyDeleteWah inj menunya layak dicoba banget ya Mak... sampai 2x mencari dan akhirnya ketemu. Bahkan sampai dicap enaknya pake banget...
ReplyDeleteKalau ditanya yang enak dan di pelosok, di warung2 kecil deket rumahku ada hihihi tapi ya kecil aja blm ada nama, walau mereka udah kerja sama dengan aplikasi ojol :D
ReplyDeleteWah itu sambelnya manteb banget mbak Nurul, aku paling suka deh makan makanan dengan sambal gtu :D
Wah ada pilihan nasi merahnya ya, cocok buat yang diet hehe :D
Wah, dari deskripsinya kok jadi auto ngiler ya..saya suka ayam yang empuk dan juicy, jadi tidak keras dan kering. Sepertinya ayam goreng ceu een ini seperti yang saya suka...pengen deh kapan-kapan mencicipi rasanya..
ReplyDeleteDuh duh jadi ngiler dan penasaran bagaimana enaknya ayam Ceu Een..duh sayang ya lokasinya Jatinangor huhu..
ReplyDeleteAku ngeliat sambelnya pengen nyocolin ke nasi loh mbak, hehehehe
ReplyDeleteHarga makannya juga lumayan murah, untuk 5 orang gak sampe 200k
Duh, jadi laper malam2 baca begini. Btw, kalau di Jawa sepertinya masakan berjenis ayam enak2 ya. Saya suka sekali. Kalau di Kalimantan lebih banyak ikan. Jd masakan yg terkenal itu ya masakan ikan. Kadang kalau ke Jawa kangen jg sm masakan ayamnya
ReplyDeletekok aku jadi pengen tehnya ya mba, kayaknya legit enak dan nikmat gitu. trus ayamnya juga menawan hati
ReplyDeleteDuh aku baca artikel ini lagi malam2 gini jadi laper haha :D
ReplyDeleteTernyata walau lokasinya nylempit tapi cukup terkenal yaaa. Ini salah satu review yang bikin org akan lbh penasaran jg haha
waaa ini mah deket sama kampung suami, kalau ke jatinangor harus nyobain nih, apalagi lihat sambelnya menggoda pisan, thanks referensinya mak
ReplyDeleteWaduuuuh kalau sambalnya lumayan pedas, manis plus ada rasa jeruk nipis yang menyegarkan, ini mah bakal saya rekomendasiin ke temen2 yang lagi di daerah sana :D
ReplyDeleteMakanan khas Sunda memang selalu menggugah selera untuk dicoba. Cikal bakal naik berat badan hehee... Semog suatu saat bisa lewat ke sana biat bisa dicoa.
ReplyDeleteSaya setuju kalau lokasi strategis tidak akan membuat sebuah kuliner akan jadi ngehitz. Yang penting rasanya yang enak baru bisa sukses
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^