Bulan Juni dan Juli identik dengan tahun ajaran baru yang berarti bertepatan dengan momen memilih sekolah untuk anak. Sebagai orang tua memang kita harus tanggap dengan pendidikan anak. Namun bukan berarti orang tua menaruh anak pada perlombaan gengsi diri sendiri. Tetangga menyekolahkan anaknya ke sekolah standar internasional, karena jengah dengan tetangga yang selalu membanggakan anaknya, kita pun mempersiapkan anak untuk bersekolah ke tempat itu juga.
Bebaskan Anak dalam Minat dan Bakatnya
Diakui atau tidak, perlombaan gengsi antar orang tua ini sudah lama terjadi. Tanpa disadari oleh orang tua, anak bisa merasa lelah karena dirinya tidak mendapat kepercayaan untuk memilih dan menentukan masa depannya sendiri.
Setop! Hati-hati dengan gengsi, karena persaingan dengan orang tua lainnya bisa membawa dampak kurang baik bagi anak. Ya, mungkin anak mengenyam pendidikan yang baik, mendapatkan pengalaman berharga karena belajar di sekolah yang memiliki bermacam fasilitas. Namun anak juga akan merasa lelah karena orang tua tidak memberikan dia kebebasan dalam memilih sekolah.
Bahkan hingga kini masih ada orang tua yang memaksakan jurusan kuliah kepada anaknya. Saya sendiri lebih membebaskan anak dalam memilih jurusan kuliahnya. Sejak SMP dia sudah suka dengan dunia bisnis, hingga dia fokus untuk memilih jurusan di SMA yang sesuai dengan jurusan kuliah yang dia minati. Alhamdulillah karena lebih fokus dengan minat anak, kini anak sulung saya bisa berkuliah di Jurusan Bisnis Manajemen ITB.
Apa alasan saya untuk membebaskan anak memilih jurusan berdasarkan minatnya? Saya berharap agar anak bisa lebih percaya diri untuk menghadapi kehidupan yang serba tidak terduga. Saya mengambil pelajaran dari kasus yang ada di sekitar kita, saat beberapa anak tidak lulus kuliah karena merasa jurusan yang dia ambil tidak sesuai dengan minatnya. Atau mereka yang lulus kuliah tetapi sulit mendapatkan pekerjaan karena orang tuanya selalu protes terhadap pekerjaan yang diambilnya. Itu fakta yang sudah jadi banyak perbincangan orang tua zaman now, bukan?
Sebenarnya beberapa sekolah yang "tidak terkenal" atau tanpa label 'taraf internasional', bukan berarti tidak berkualitas. Masih banyak faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih sekolah untuk anak selain label-label tersebut. Lebih baik perhatikan minat dan bakat anak sehingga orang tua bisa memberikan pilihan tempat belajar kepada anak. Bisa saja ada beberapa anak yang tidak cocok bersekolah di sekolah umum, dia lebih suka sekolah yang mendukung minatnya seperti sekolah untuk menjadi koki, misalnya.
Iya, sih, pembahasan tentang minat dan bakat memang sudah jadi perdebatan antara orang tua dan anak. sejak lama. Sebagai orang tua kita hanya perlu belajar bahwa seorang anak kelak akan tumbuh dewasa. Artinya dia bisa memiliki pilihan sendiri. So, percayakan saja pada anak mengenai pilihannya dan tugas orang tua melakukan kontrol pengawasan yang tidak overprotective.
Lalu, apa saja kiat memilih sekolah yang ideal menurut orang tua dan anak?
Kiat Memilih Sekolah
1. Libatkan Anak dalam Memilih Sekolah
Langkah yang paling penting dalam memilih sekolah untuk anak yaitu melibatkan anak. Orang tua harus memahami bahwa anaklah yang nantinya belajar di sekolah pilihannya. Terutama dalam memilih sekolah dasar, kondisikan agar anak bisa merasakan proses pembelajaran yang menyenangkan.
Bagaimana jika pilihan anak tidak sesuai dengan keinginan orang tua? Mari berdiskusi! Anak akan merasa bangga apabila dilibatkan dalam diskusi yang penting seperti memilih tempat dia belajar.
2. Memiliki Program Pendidikan Karakter
Hindari memilih sekolah yang hanya mementingkan pendidikan yang hanya condong ke nilai akademis, yang membantu anak untuk cerdas tapi minim pendidikan moralnya. Seperti diketahui, pendidikan karakter seorang anak tidak bisa dibentuk dalam waktu yang singkat. Karakter baik pada anak sangat dibutuhkan untuk membentuk moralnya.
Para pakar parenting sangat setuju apabila anak-anak lebih baik dibekali dengan rasa cinta lingkungan, gemar berbagi, memiliki rasa empati, toleransi, menjunjung kejujuran dan karakter baik lainnya. Dan untuk megetahui apakah sekolah yang dituju memberikan pendidikan karakter dapat dilihat dari kurikulum dan kegiatan yang biasa dilakukan di sana.
Selain itu pertimbangkan pula pendidikan agama yang diselenggarakan di sekolah. Diharapkan siwa akan memiliki kesadaran dan pemahaman yang aik mengenai tugas, peran dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Dalam implementasinya, anak mampu menghargai orang lain dengan segala perbedaan dan bisa memilah kegiatan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.
3. Tidak Melulu Prestasi Akademis
Tidak sedikit orang tua memilih sekolah berdasarkan aspek akademis. Makanya, gak heran kalau banyak orang tua yang bisa melakukan apapun untuk bisa memasukkan anaknya ke sekolah dengan prestasi akademik tinggi. Dan menurut Kemendikbud, sebaiknya orang tua tidak terjebak dengan istilah sekolah favorit, sekolah unggulan, akselerasi, standar international dn label-label lainnya.
Untuk pendapat dari Kemendikbud memang ada benarnya, tetapi saya sendiri merasakan perbedaan sekolah dengan label "wah" dengan sekolah lainnya. Mengapa? Saya lihat, sekolah unggulan memiliki banyak fasilitas yang bisa menunjang proses belajar, pengajar dan pembimbingnya pun biasanya memiliki lebih berkompeten. Ini berdasarkan pengalaman saya saja, ya. Barangkali teman-teman pembaca mempunyai pengalaman berbeda.
Jadi misalnya, Kemendikbud ingin tidak ada hanya beberapa sekolah saja yang difavoritkan oleh para orang tua dan calon siswa, sebaiknya kualitas sekolahnya juga disamakan. Fasilitas sekolah sama-sama lengkap dan tenaga pengajarnya pun semuanya berkompeten.
Intinya, sekolah yang baik itu yang mampu menggali, menemukan, mengembangkan, dan mengoptimalkan semua potensi atau kecerdasan majemuk para siswanya, tidak hanya pada aspek kognitifnya saja.
4. Guru sebagai Role Model
Guru dan teman-teman anak kita yang ada di sekolah merupakan role model yang akan ditiru oleh anak. Apapun yang dilakukan orang-orang yang ada di lingkungan sekitarnya akan ditiru oleh anak, dan ini bisa mempengaruhi perilaku dan sikap seorang anak.
Guru juga merupakan ujung tombak pendidikan untuk mencetak generasi penerus yang berkualitas. Tidak ada artinya kurikulum yang bagus tanpa didukung sumber daya manusianya yang berkompeten.
Oleh karenanya orang tua harus memilih sekolah dengan guru yang berkompeten dan menginspirasi. Terutama sikap dan perilaku yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.
5. Kurikulum
6. Kooperatif antara Guru dan Orang tua
7. Sarana dan Prasarana
Bisa ditarik kesimpulan bahwa layak tidaknya sebuah sekolah untuk anak merupakan pilihan personal. Namun yang menjadi fokus utamanya yaitu kenyamanan anak itu sendiri. Selaku orang tua, sangat wajar apabila menentukan pilihan pada sekolah yang terbaik menurut mereka, tetapi tidak boleh mengabaikan pendapat anak. Melibatkan anak dalam memilih sekolah sebagai tempat mereka belajar merupakan tindakan yang sangat bijak.
Bagaimana dengan teman-teman, adakah pengalaman dalam memilih sekolah untuk sang buah hati?
Salam takzim
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orangtua, Simak 8 Kiat Memilih Sekolah Ideal untuk Anak", Klik untuk baca: https://edukasi.kompas.com/read/2020/12/10/081159771/orangtua-simak-8-kiat-memilih-sekolah-ideal-untuk-anak?page=all.
Penulis : Ayunda Pininta Kasih
Editor : Ayunda Pininta Kasih
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orangtua, Simak 8 Kiat Memilih Sekolah Ideal untuk Anak", Klik untuk baca: https://edukasi.kompas.com/read/2020/12/10/081159771/orangtua-simak-8-kiat-memilih-sekolah-ideal-untuk-anak?page=all.
Penulis : Ayunda Pininta Kasih
Editor : Ayunda Pininta Kasih
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
8 Comments
Tergantung usia juga sih, mbak, kalau menurutku. Anak usia playgroup dan TK, belum bisa memilih berdasar pertimbangan ala orang dewasa. Mereka hanya memilih berdasar suka atau tidak suka berdasar pengamatan luar saja. Beda dg yg sudah usia remaja, seperti anak lulus SD yang mau masuk SMP, SMA dan jenjang yg lebih tinggi lagi.
ReplyDeleteBetul, Mbak, kalau anak kecil biasanya memilih sekolah yang dia anggap menyenangkan, seperti tersedianya sarana permainan. Memang lebih baik tetap mendiskusikannya dengan anak, ya ...
DeleteSarana dan prasarana memang penting asal sumber daya atau guru-guru dan staf di sekolah tersebut bisa memanfaatkannya.
ReplyDeleteKarena banyak sekolah dengan sarana yg memadai tetapi terbengkalai sebab tidak ada yg mampu menggunakana sarana tsb.
Zaman anak-anak temen disekolahin ke sekolah favorit di pusat kota Bandung, aku nyekolahin anak di kompleks aja. Menurutku kalau SD, 70% pengaruh ortu masih gede ya. Nah, dari nilai SD baru deh bisa milih sendiri lanjut sesuai dng nilai mereka. Tapi tetep sih yg deket rumah, biar engga capek di jalan. Eh...skrng SD di kompleks masuk favorit di Bandung Timur deh...hehe...
ReplyDeletekalo anaknya masih TK kayak anakku, kadang yang terlewat adalah melibatkan anak nih, hiks. Harusnya anak kudu tetep dilibatnya ya ternyata mba, Makasih nih masukannya :) semoga meski sistem jarak jauh, anak-anak tetep bisa nerima ilmu dengan bahagia.
ReplyDeletesetuju dengan poin terakhir tentang kenyamanan anak, walaupun pada kenyataannya untuk saat ini apalgi sistem zonasi, agak sulit (terutama untuk sekolah negeri)
ReplyDeletePoin-poinnya emang penting banget untuk dicatat. Tapi saya pribadi karena anak-anak masih taraf SD, saya mengutamakan jarak dan biaya. Mengapa, karena saya nggak ingin mereka kelelahan di jalan. Untuk biaya, karena saya memperhitungkan sekolah SD itu lama, 6 tahun. Jadi faktor biaya penting untuk diperhitungkan agar tidak mengeruk kebutuhan lainnya.
ReplyDeleteUntuk perbedaan fasilitas sekolah dengan embel2 tertentu, yap, saya setuju. bagaimanapun juga, nyatanya yg disebut favorit fasilitasnya tetap lebih baik. Ini PR buat pemerintah untuk menyeragamkan fasilitas.
semua yang ada di artikel ini bermanfaaaaat sekali. Dan pelibatan anak dalam memilih sekolah juga ga kalah penting. Apalagi buat anak-anak pemalu seperti si bungsuku. Setidaknya dia nyaman dengan suasananya dulu. Thanks for sharing mba Nurul.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^