7 Kiat Memilih Sekolah

Bulan Juni dan Juli identik dengan tahun ajaran baru yang berarti bertepatan dengan momen memilih sekolah untuk anak. Sebagai orang tua memang kita harus tanggap dengan pendidikan anak. Namun bukan berarti orang tua menaruh anak pada perlombaan gengsi diri sendiri. Tetangga menyekolahkan anaknya ke sekolah standar internasional, karena jengah dengan tetangga yang selalu membanggakan anaknya, kita pun mempersiapkan anak untuk bersekolah ke tempat itu juga.

7-kiat-memilih-sekolah

Bebaskan Anak dalam Minat dan Bakatnya

Diakui atau tidak, perlombaan gengsi antar orang tua ini sudah lama terjadi. Tanpa disadari oleh orang tua, anak bisa merasa lelah karena dirinya tidak mendapat kepercayaan untuk memilih dan menentukan masa depannya sendiri.

Setop! Hati-hati dengan gengsi, karena persaingan dengan orang tua lainnya bisa membawa dampak kurang baik bagi anak. Ya, mungkin anak mengenyam pendidikan yang baik, mendapatkan pengalaman berharga karena belajar di sekolah yang memiliki bermacam fasilitas. Namun anak juga akan merasa lelah karena orang tua tidak memberikan dia kebebasan dalam memilih sekolah.

Bahkan hingga kini masih ada orang tua yang memaksakan jurusan kuliah kepada anaknya. Saya sendiri lebih membebaskan anak dalam memilih jurusan kuliahnya. Sejak SMP dia sudah suka dengan dunia bisnis, hingga dia fokus untuk memilih jurusan di SMA yang sesuai dengan jurusan kuliah yang dia minati. Alhamdulillah karena lebih fokus dengan minat anak, kini anak sulung saya bisa berkuliah di Jurusan Bisnis Manajemen ITB.

Apa alasan saya untuk membebaskan anak memilih jurusan berdasarkan minatnya? Saya berharap agar anak bisa lebih percaya diri untuk menghadapi kehidupan yang serba tidak terduga. Saya mengambil pelajaran dari kasus yang ada di sekitar kita, saat beberapa anak tidak lulus kuliah karena merasa jurusan yang dia ambil tidak sesuai dengan minatnya. Atau mereka yang lulus kuliah tetapi sulit mendapatkan pekerjaan karena orang tuanya selalu protes terhadap pekerjaan yang diambilnya. Itu fakta yang sudah jadi banyak perbincangan orang tua zaman now, bukan?

Sebenarnya beberapa sekolah yang "tidak terkenal" atau tanpa label 'taraf internasional', bukan berarti tidak berkualitas. Masih banyak faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih sekolah untuk anak selain label-label tersebut. Lebih baik perhatikan minat dan bakat anak sehingga orang tua bisa memberikan pilihan tempat belajar kepada anak. Bisa saja ada beberapa anak yang tidak cocok bersekolah di sekolah umum, dia lebih suka sekolah yang mendukung minatnya seperti sekolah untuk menjadi koki, misalnya.

Iya, sih, pembahasan tentang minat dan bakat memang sudah jadi perdebatan antara orang tua dan anak. sejak lama. Sebagai orang tua kita hanya perlu belajar bahwa seorang anak kelak akan tumbuh dewasa. Artinya dia bisa memiliki pilihan sendiri. So, percayakan saja pada anak mengenai pilihannya dan tugas orang tua melakukan kontrol pengawasan yang tidak overprotective.

7-kiat-memilih-sekolah

Lalu, apa saja kiat memilih sekolah yang ideal menurut orang tua dan anak?

 

Kiat Memilih Sekolah 

1. Libatkan Anak dalam Memilih Sekolah

Langkah yang paling penting dalam memilih sekolah untuk anak yaitu melibatkan anak. Orang tua harus memahami bahwa anaklah yang nantinya belajar di sekolah pilihannya. Terutama dalam memilih sekolah dasar, kondisikan agar anak bisa merasakan proses pembelajaran yang menyenangkan. 

Bagaimana jika pilihan anak tidak sesuai dengan keinginan orang tua? Mari berdiskusi! Anak akan merasa bangga apabila dilibatkan dalam diskusi yang penting seperti memilih tempat dia belajar. 

2. Memiliki Program Pendidikan Karakter

Hindari memilih sekolah yang hanya mementingkan pendidikan yang hanya condong ke nilai akademis, yang membantu anak untuk cerdas tapi minim pendidikan moralnya. Seperti diketahui, pendidikan karakter seorang anak tidak bisa dibentuk dalam waktu yang singkat. Karakter baik pada anak sangat dibutuhkan untuk membentuk moralnya. 

Para pakar parenting sangat setuju apabila anak-anak lebih baik dibekali dengan rasa cinta lingkungan, gemar berbagi, memiliki rasa empati, toleransi, menjunjung kejujuran dan karakter baik lainnya. Dan untuk megetahui apakah sekolah yang dituju memberikan pendidikan karakter dapat dilihat dari kurikulum dan kegiatan yang biasa dilakukan di sana.

Selain itu  pertimbangkan pula pendidikan agama yang diselenggarakan di sekolah. Diharapkan siwa akan memiliki kesadaran dan pemahaman yang aik mengenai tugas, peran dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Dalam implementasinya, anak mampu menghargai orang lain dengan segala perbedaan dan bisa memilah kegiatan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.

3. Tidak Melulu Prestasi Akademis

Tidak sedikit orang tua memilih sekolah berdasarkan aspek akademis. Makanya, gak heran kalau banyak orang tua yang bisa melakukan apapun untuk bisa memasukkan anaknya ke sekolah dengan prestasi akademik tinggi. Dan menurut Kemendikbud, sebaiknya orang tua tidak terjebak dengan istilah sekolah favorit, sekolah unggulan, akselerasi, standar international dn label-label lainnya. 

Untuk pendapat dari Kemendikbud memang ada benarnya, tetapi saya sendiri merasakan perbedaan sekolah dengan label "wah" dengan sekolah lainnya. Mengapa? Saya lihat, sekolah unggulan memiliki banyak fasilitas yang bisa menunjang proses belajar, pengajar dan pembimbingnya pun biasanya memiliki lebih berkompeten. Ini berdasarkan pengalaman saya saja, ya. Barangkali teman-teman pembaca mempunyai pengalaman berbeda.

Jadi misalnya, Kemendikbud ingin tidak ada hanya beberapa sekolah saja yang difavoritkan oleh para orang tua dan calon siswa, sebaiknya kualitas sekolahnya juga disamakan. Fasilitas sekolah sama-sama lengkap dan tenaga pengajarnya pun semuanya berkompeten.

Intinya, sekolah yang baik itu yang mampu menggali, menemukan, mengembangkan, dan mengoptimalkan semua potensi atau kecerdasan majemuk para siswanya, tidak hanya pada aspek kognitifnya saja.

4. Guru sebagai Role Model

Guru dan teman-teman anak kita yang ada di sekolah merupakan role model yang akan ditiru oleh anak. Apapun yang dilakukan orang-orang yang ada di lingkungan sekitarnya akan ditiru oleh anak, dan ini bisa mempengaruhi perilaku dan sikap seorang anak.

Guru juga merupakan ujung tombak pendidikan untuk mencetak generasi penerus yang berkualitas. Tidak ada artinya kurikulum yang bagus tanpa didukung sumber daya manusianya yang berkompeten.

Oleh karenanya orang tua harus memilih sekolah dengan guru yang berkompeten dan menginspirasi. Terutama sikap dan perilaku yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.

Diharapkan guru bisa menjadi role model bagi anak. Misalnya saja membiasakan anak ketika menemukan sampah di jalan untuk langsung memungut dan membuangnya ke tempat sampah. Atau membiasakan mengingatkan teman yang melanggar peraturan sekolah, itu semua merupakan role model yang baik untuk anak.
 

5. Kurikulum 

Seperti telah dibahas sebelumnya, untuk memilih sekolah harus memperhatikan juga kurikulum yang diterapkan oleh sekolah tersebut. Meskipun kurikulum pendidikan ini sudah diatur dan diseragamkan oleh pemerintah, tetapi dalam pelaksanaannya, sekolah melakukan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, lingkungan sekitar dan kebutuhan masyarakat.
 
Berkaitan dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini, orang tua juga perlu memperhatikan apakah sekolah yang dituju itu mampu memenuhi kebutuhan anak di luar akademis meski pembelajaran dilakukan secara online. 

Kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan di sekolah juga perlu dicermati, dalam konteks apakah kegiatan tersebut dapat mengoptimalkan bakat, minat dan potensi para siswa.

6. Kooperatif antara Guru dan Orang tua

Pendidikan yang dilakukan di sekolah, tidak akan berhasil seratus persen tanpa keikutsertaan orang tua murid. Sebaiknya pihak sekolah dan orang tua saling mendukung untuk proses pendidikan yang dilakukan. 

Ketika ada masalah yang dihadapi oleh siswa di sekolah, pihak sekolah seharusnya membicarakan dan mencari solusi dari masalah tersebut dengan orang tua. Begitu pula dengan penerapan kebiasaan baik di sekolah, sebaiknya dilakukan juga di rumah, misalnya anak dididik untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, kebiasaan tersebut seharusnya diterapkan juga di rumah.
 
7-kiat-memilih-sekolah


7. Sarana dan Prasarana

Ibaratnya, sekolah itu merupakan rumah kedua bagi anak sehingga sekolah yang baik itu bisa memenuhi kebutuhan siswa dan membuat mereka merasa nyaman.

Oleh karenanya, komponen pendidikan yang tidak kalah penting yaitu sarana dan prasarana yang mendukung. Pastikan semua alat yang tersedia adalah age-approprite untuk anak-anak. Supaya anak terlatih untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya kemudian dapat membantu mereka menyerap ilmu pengetahuan yang nantinya dijadikan bekal kedepannya.

Sarana yang perlu diperhatikan yitu bangunan fisik, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, sarana olahraga dan kesenian, taman, kantin hingga alat peraga edukasi.

Bisa ditarik kesimpulan bahwa layak tidaknya sebuah sekolah untuk anak merupakan pilihan personal. Namun yang menjadi fokus utamanya yaitu kenyamanan anak itu sendiri. Selaku orang tua, sangat wajar apabila menentukan pilihan pada sekolah yang terbaik menurut mereka, tetapi tidak boleh mengabaikan pendapat anak. Melibatkan anak dalam memilih sekolah sebagai tempat mereka belajar merupakan tindakan yang sangat bijak.

Bagaimana dengan teman-teman, adakah pengalaman dalam memilih sekolah untuk sang buah hati? 

Salam takzim

 
 
Artikel  ini diikutkan dalam Tantangan  Artikel Pasukan Blogger Joeragan Artikel bulan Juni 2021 dengan tema “Memilih Sekolah”
7-kiat-memilih-sekolah

Editor : Ayunda Pininta Kasih

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Kemendikbud menyarankan baiknya orangtua tidak lagi terjebak pada istilah-istilah sekolah favorit, unggulan, plus, akselerasi, standar internasional dan label-label "wah" lainnya. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menggali, menemukan, mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi atau kecerdasan majemuk peserta didiknya, tidak hanya pada hanya pada aspek kognitif saja atau academic minded.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orangtua, Simak 8 Kiat Memilih Sekolah Ideal untuk Anak", Klik untuk baca: https://edukasi.kompas.com/read/2020/12/10/081159771/orangtua-simak-8-kiat-memilih-sekolah-ideal-untuk-anak?page=all.
Penulis : Ayunda Pininta Kasih
Editor : Ayunda Pininta Kasih

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Kemendikbud menyarankan baiknya orangtua tidak lagi terjebak pada istilah-istilah sekolah favorit, unggulan, plus, akselerasi, standar internasional dan label-label "wah" lainnya. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menggali, menemukan, mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi atau kecerdasan majemuk peserta didiknya, tidak hanya pada hanya pada aspek kognitif saja atau academic minded.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orangtua, Simak 8 Kiat Memilih Sekolah Ideal untuk Anak", Klik untuk baca: https://edukasi.kompas.com/read/2020/12/10/081159771/orangtua-simak-8-kiat-memilih-sekolah-ideal-untuk-anak?page=all.
Penulis : Ayunda Pininta Kasih
Editor : Ayunda Pininta Kasih

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Post a Comment

8 Comments

  1. Tergantung usia juga sih, mbak, kalau menurutku. Anak usia playgroup dan TK, belum bisa memilih berdasar pertimbangan ala orang dewasa. Mereka hanya memilih berdasar suka atau tidak suka berdasar pengamatan luar saja. Beda dg yg sudah usia remaja, seperti anak lulus SD yang mau masuk SMP, SMA dan jenjang yg lebih tinggi lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak, kalau anak kecil biasanya memilih sekolah yang dia anggap menyenangkan, seperti tersedianya sarana permainan. Memang lebih baik tetap mendiskusikannya dengan anak, ya ...

      Delete
  2. Sarana dan prasarana memang penting asal sumber daya atau guru-guru dan staf di sekolah tersebut bisa memanfaatkannya.
    Karena banyak sekolah dengan sarana yg memadai tetapi terbengkalai sebab tidak ada yg mampu menggunakana sarana tsb.

    ReplyDelete
  3. Zaman anak-anak temen disekolahin ke sekolah favorit di pusat kota Bandung, aku nyekolahin anak di kompleks aja. Menurutku kalau SD, 70% pengaruh ortu masih gede ya. Nah, dari nilai SD baru deh bisa milih sendiri lanjut sesuai dng nilai mereka. Tapi tetep sih yg deket rumah, biar engga capek di jalan. Eh...skrng SD di kompleks masuk favorit di Bandung Timur deh...hehe...

    ReplyDelete
  4. kalo anaknya masih TK kayak anakku, kadang yang terlewat adalah melibatkan anak nih, hiks. Harusnya anak kudu tetep dilibatnya ya ternyata mba, Makasih nih masukannya :) semoga meski sistem jarak jauh, anak-anak tetep bisa nerima ilmu dengan bahagia.

    ReplyDelete
  5. setuju dengan poin terakhir tentang kenyamanan anak, walaupun pada kenyataannya untuk saat ini apalgi sistem zonasi, agak sulit (terutama untuk sekolah negeri)

    ReplyDelete
  6. Poin-poinnya emang penting banget untuk dicatat. Tapi saya pribadi karena anak-anak masih taraf SD, saya mengutamakan jarak dan biaya. Mengapa, karena saya nggak ingin mereka kelelahan di jalan. Untuk biaya, karena saya memperhitungkan sekolah SD itu lama, 6 tahun. Jadi faktor biaya penting untuk diperhitungkan agar tidak mengeruk kebutuhan lainnya.

    Untuk perbedaan fasilitas sekolah dengan embel2 tertentu, yap, saya setuju. bagaimanapun juga, nyatanya yg disebut favorit fasilitasnya tetap lebih baik. Ini PR buat pemerintah untuk menyeragamkan fasilitas.

    ReplyDelete
  7. semua yang ada di artikel ini bermanfaaaaat sekali. Dan pelibatan anak dalam memilih sekolah juga ga kalah penting. Apalagi buat anak-anak pemalu seperti si bungsuku. Setidaknya dia nyaman dengan suasananya dulu. Thanks for sharing mba Nurul.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar. Mohon maaf, untuk menghindari SPAM, komentarnya dimoderasi dulu, yaa ^~^